rekam pangan Archives - TelusuRI https://telusuri.id/tag/rekam-pangan/ Media Perjalanan dan Pariwisata Indonesia Sun, 21 Jan 2024 17:55:50 +0000 id hourly 1 https://wordpress.org/?v=6.8.1 https://i0.wp.com/telusuri.id/wp-content/uploads/2023/06/cropped-TelusuRI-TPPSquare-1.png?fit=32%2C32&ssl=1 rekam pangan Archives - TelusuRI https://telusuri.id/tag/rekam-pangan/ 32 32 135956295 Food & Roots: Analyzing Food Problems Today https://telusuri.id/food-roots-analyzing-food-problems-today/ https://telusuri.id/food-roots-analyzing-food-problems-today/#respond Mon, 22 Jan 2024 09:00:00 +0000 https://telusuri.id/?p=40990 By nature, food is a basic need for human survival. Even with all the material possessions we own, the need for food is inevitable. No wonder people are always occupied with various activities in order...

The post Food & Roots: Analyzing Food Problems Today appeared first on TelusuRI.

]]>
By nature, food is a basic need for human survival. Even with all the material possessions we own, the need for food is inevitable. No wonder people are always occupied with various activities in order to ensure food availability every single day.

However, with the emergence of modern capitalism and the rapid digitalisation, it has become much easier for us to meet our daily food needs. We do not need to spend too much time or effort. Everything is available conveniently on our mobile devices through digital ordering and food delivery services.

There is nothing wrong with this phenomenon. Consequently, this accessibility severed our ties to our roots and to food itself. Most of the time, we are unaware of the ingredients or contents of the food we eat. It all seems to appear out of thin air on our dining table.

Food & Roots: Analyzing Food Problems Today
Magazine by Rekam Pangan/Mohamad Ichsanudin Adnan

A Discussion on Food with Rekam Pangan

The above prologue is a glimpse the discussion held by Bumbu Magz and Rekam Pangan. The discussion took place on June 3, 2023, at the BRIwork UGM Amphitheater, featuring several competent speakers in their fields. The speakers are; Ersya Ruswandono (chef-owner of Eyang Tun Cuisine), Gusti Shabia (manager of Rekam Pangan), and Rizkie Nurindiani (founder of Bumbu Majalah Kuliner).

In the discussion, Gusti Shabia offered an interesting question as a reference for the discussion. The question is as follows:

“How do we remember food? Some people remember its shape. Some people remember its smell. But some people remember it down to its taste, so if there is one food that has the same shape and smell as our favorite food, but the taste is different, we may be willing to find its most original form. Then we will go out of our way to cross a certain distance to embrace the authenticity of the food or to recreate the recipe so that the food can be created in our kitchen.

Based on this question, the discussion aimed to bridge a critical reading of how people today treat the availability of food. Although critical, the speakers and participants in the discussion tried to present it in a friendly and easy-to-understand way so that it could be accepted. Even in the discussion, some participants shared their stories about their memories of their family’s culinary heritage and their experiences of consuming food.

As Ersya Ruswandono said, his initiative to establish Eyang Tun Cuisine was inspired by his memories of his family. Based on his testimony, he often saw his grandmother making pastels for big events or as snacks every day when he was a child. However, as he got older, he felt quite distant from those memories. So he tried to preserve the recipes of his family’s heritage, and used them to build his small business.

In addition to uncovering everyday narratives, Gito, a participant, also offered an interesting reading about the problems he faced with food. According to him, he feels quite unfamiliar with the kitchen and the ingredients in it. The ease and convenience of getting food made him not have time to question where and how the food was made.

Gito’s reading triggered a variety of other interesting questions and readings. One of them was a question from an online participant whose identity I did not have time to find out. The participant raised a reading about the influence of foreign food on our culinary heritage.

Gusti Shabia responded to this reading quite brilliantly, saying that there is a more serious problem behind our loss of knowledge about food in the past. The increasing scarcity of crops due to land conversion into industrial projects makes it increasingly difficult to find sources of ingredients for processing food. Recipes and culinary will continue to develop as our cultural currents change. However, the availability of crops as raw materials for processing food is much more worrying.

Future Reflection on Food 

As one of the participants, I gained a lot of insights to read the conditions of our food today. From the discussion, I reflect more on how to appreciate food. Not just to fulfill stomach needs, but food as a source of knowledge itself.

However, I regret the lack of participation from participants in the discussion. During the discussion, only six participants were present physically. However, the lack of participants in person actually made us feel very intimate while talking about our experiences.

After the discussion session, a moderator brought a serving of traditional snacks that could be enjoyed for free by the participants. The snacks made us all more intimate. Even our conversations were not just about food, but more about experiences beyond that.

Written by: Mohamad Ichsanudin Adnan
Translated by: Dwita Nugrahanti


Get to know your Indonesia better through our Instagram and Facebook Fanpage.
Interested in sharing your story? Come on, submit your writing.

The post Food & Roots: Analyzing Food Problems Today appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/food-roots-analyzing-food-problems-today/feed/ 0 40990
Food & Roots: Membaca Problem Pangan Kita Hari Ini https://telusuri.id/food-roots-membaca-problem-pangan-kita-hari-ini/ https://telusuri.id/food-roots-membaca-problem-pangan-kita-hari-ini/#respond Fri, 01 Sep 2023 09:00:00 +0000 https://telusuri.id/?p=39715 Sejatinya pangan merupakan kebutuhan paling dasar bagi berlangsungnya kehidupan manusia. Bahkan segala bentuk materi yang kita miliki, nyatanya tak pernah mampu membuat kita beralih dari kebutuhan tersebut. Maka tak heran bila setiap hari manusia selalu...

The post Food & Roots: Membaca Problem Pangan Kita Hari Ini appeared first on TelusuRI.

]]>
Sejatinya pangan merupakan kebutuhan paling dasar bagi berlangsungnya kehidupan manusia. Bahkan segala bentuk materi yang kita miliki, nyatanya tak pernah mampu membuat kita beralih dari kebutuhan tersebut. Maka tak heran bila setiap hari manusia selalu sibuk dengan beragam kegiatan, guna mengupayakan adanya ketersediaan pangan di setiap harinya.

Namun, seiring hadirnya kapitalisme modern dan digitalisasi yang kian masif hari ini, justru memudahkan kita untuk memenuhi kebutuhan pangan sehari-hari. Tidak butuh waktu maupun tenaga yang berlebihan. Semua telah tersedia secara praktis di layar gawai: pemesanan digital dan layanan antar makanan melalui kurir.

Tak ada yang salah dengan fenomena tersebut. Akan tetapi, hadirnya kemudahan tersebut malah memutus kita dari akar dan makanan. Bahkan kita sendiri tidak tahu kandungan maupun bahan yang terdapat pada makanan tersebut. Semua tampak ada begitu saja di atas meja makan kita.

Diskusi Pangan bersama Rekam Pangan

Prolog tersebut merupakan secuil catatan dari diskusi yang diusung oleh Bumbu Magz bersama Rekam Pangan. Diskusi ini berlangsung pada 3 Juni 2023 di Amphiteater BRIwork UGM dan menghadirkan beberapa narasumber kompeten di bidangnya. Narasumber yang hadir antara lain Ersya Ruswandono (chef-owner Eyang Tun Cuisine), Gusti Shabia (pengelola Rekam Pangan), hingga Rizkie Nurindiani (founder Bumbu Majalah Kuliner).

Dalam diskusi tersebut Gusti Shabia menawarkan sebuah pertanyaan menarik sebagai acuan hadirnya diskusi tersebut. Pertanyaan tersebut telah tersemat di laman digital Rekam Pangan yang berbunyi:

Food & Roots: Membaca Problem Pangan Kita Hari Ini
Majalah karya Rekam Pangan/Mohamad Ichsanudin Adnan

“Bagaimana kita mengingat sebuah makanan? Ada yang mengingat bentuknya. Ada yang mengingat baunya. Tapi ada yang mengingat hingga ke rasanya, sehingga jika ada satu makanan yang bentuk dan baunya sama dengan makanan kesukaan kita, tapi rasanya tak sama, kita mungkin bersedia untuk mencari wujudnya yang paling asli. Lantas kita pun mengeluarkan usaha untuk melintasi jarak tertentu untuk merengkuh suatu otentisitas makanan atau mereka-reka resepnya agar makanan itu bisa tercipta di dapur rumah kita.”

Berangkat dari pertanyaan tersebut, diskusi ini berupaya menjembatani pembacaan kritis mengenai cara masyarakat hari ini memberlakukan ketersediaan pangan. Meskipun kritis, tetapi beberapa pembicara dan partisipan di dalamnya berupaya membungkusnya seramah dan semudah mungkin agar dapat diterima. Bahkan dalam diskusi tersebut beberapa partisipan lebih banyak curhat, yaitu perihal memorinya terhadap warisan kuliner keluarganya dan pengalamannya mengonsumsi pangan.

Sebagaimana pernyataan Ersya Ruswandono, inisiatifnya mendirikan usaha Eyang Tun Cuisine tidak lepas dari memorinya terhadap keluarganya sendiri. Berdasarkan kesaksiannya, dahulu semasa kecil ia kerap menyaksikan neneknya membuat pastel untuk acara besar maupun sebagai kudapan sehari-hari. Akan tetapi, seiring bertambahnya usia ia merasa cukup berjarak dengan memori tersebut. Maka ia berupaya mencatat deretan resep warisan keluarganya yang kemudian ia gunakan untuk membangun sebuah bisnis kecil-kecilan.

Selain berupaya menguliti narasi-narasi keseharian, Gito sebagai partisipan turut menawarkan pembacaan menarik perihal permasalahan yang ia hadapi terhadap pangan. Menurutnya, ia merasa cukup asing dengan dapur dan bahan-bahan di dalamnya. Seiring kemudahan dan praktisnya mendapatkan makanan membuat ia tidak sempat mengkritisi dari mana dan bagaimana makanan tersebut dibuat. 

Pembacaan dari Gito tersebut memicu hadirnya beragam pertanyaan dan pembacaan lain yang tak kalah menarik. Salah satunya adalah pertanyaan dari partisipan daring yang belum sempat saya ketahui identitasnya. Partisipan tersebut mengajukan pembacaan seputar pengaruh makanan luar terhadap warisan kuliner kita.

Pembacaan tersebut lekas mendapat tanggapan yang cukup brilian oleh Gusti Shabia, bahwa terdapat permasalahan yang lebih serius di balik hilangnya pengetahuan kita terhadap kuliner di masa lalu. Bahwa makin minimnya ketersediaan tanaman akibat alih fungsi lahan menjadi proyek industri, membuat kita makin susah mencari sumber bahan untuk mengolah pangan. Resep maupun kuliner akan terus berkembang seiring berubahnya arus kebudayaan kita. Namun, ketersediaan tanaman sebagai bahan baku untuk mengolah pangan rasanya jauh lebih mengkhawatirkan.

Refleksi Pangan ke Depan

Saya sendiri, sebagai salah satu partisipan, memperoleh banyak bekal yang cukup untuk membaca kondisi pangan kita hari ini. Dari diskusi tersebut saya menjadi jauh lebih reflektif untuk mengapresiasi makanan. Bukan sekadar penyedia kebutuhan perut, melainkan makanan sebagai sumber dari pengetahuan itu sendiri.

Akan tetapi, saya cukup menyayangkan minimnya kehadiran partisipan pada diskusi tersebut. Selama berlangsungnya diskusi, hanya terdapat enam peserta yang hadir secara fisik. Meskipun demikian, minimnya partisipan secara luring justru membuat kita merasa sangat intim selama membicarakan pengalamannya masing-masing.

Setelah sesi diskusi berlangsung, seorang moderator membawakan satu sajian jajanan pasar yang dapat dinikmati secara gratis oleh para partisipan. Jajanan tersebut membuat masing-masing dari kita semakin intim. Bahkan pembicaraan kami bukan hanya perihal makanan, melainkan lebih pada pengalaman di luar itu.

Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

The post Food & Roots: Membaca Problem Pangan Kita Hari Ini appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/food-roots-membaca-problem-pangan-kita-hari-ini/feed/ 0 39715