rembang Archives - TelusuRI https://telusuri.id/tag/rembang/ Media Perjalanan dan Pariwisata Indonesia Thu, 02 Dec 2021 06:19:59 +0000 id hourly 1 https://wordpress.org/?v=6.8.1 https://i0.wp.com/telusuri.id/wp-content/uploads/2023/06/cropped-TelusuRI-TPPSquare-1.png?fit=32%2C32&ssl=1 rembang Archives - TelusuRI https://telusuri.id/tag/rembang/ 32 32 135956295 Sebuah Petualangan di Bukit Gading https://telusuri.id/sebuah-petualangan-di-bukit-gading-rembang/ https://telusuri.id/sebuah-petualangan-di-bukit-gading-rembang/#respond Thu, 02 Dec 2021 09:00:00 +0000 https://telusuri.id/?p=31133 Saat itu, langsung ku iyakan ketika keluarga mengajak untuk pergi menjenguk saudara ke pedesaan. Bukan tanpa sebab, aku memang rindu menyaksikan pemandangan hijau, menghabiskan waktu yang jauh dari hiruk pikuk kota. Berangkat pagi sudah kami...

The post Sebuah Petualangan di Bukit Gading appeared first on TelusuRI.

]]>
Saat itu, langsung ku iyakan ketika keluarga mengajak untuk pergi menjenguk saudara ke pedesaan. Bukan tanpa sebab, aku memang rindu menyaksikan pemandangan hijau, menghabiskan waktu yang jauh dari hiruk pikuk kota. Berangkat pagi sudah kami rencanakan. Begitu juga dengan rencana naik ke Bukit Gading selepas menjenguk saudara. Ada rasa penasaran, seperti apa pemandangan dari atas bukit tersebut.

Semula kami melewati hamparan sawah yang serba hijau, serta deretan pohon jati yang berjejer rapi. Langit pun seakan turut serta mendampingi kami karena cuaca cerah tapi tetap berhawa dingin pegunungan. Laju sepeda motor harus benar-benar kuat untuk naik ke atas. Jalan terus menanjak meski sedikit berkelok-kelok, namun karena aspal begitu mulus, perjalanan menjadi lancar hari itu.

Sembari menikmati pemandangan yang ada, nyiur melambai di setiap tepian jalanan, rumah-rumah khas di bawah perbukitan yang tampak saling tindih satu sama lain. Sampailah kami pada gapura anyaman bambu yang bertuliskan “Selamat Datang Desa Pakis. Tepatnya, di Desa Pakis, Kecamatan Sale, Kabupaten Rembang”.

Gapura Desa Pakis
Gapura Desa Pakis/Chusnul Chotimah

Setelah beberapa menit, tibalah kami di rumah saudara. Di sana, kami berbincang-bincang cukup lama, lalu saling melontarkan niat untuk pergi ke puncak Bukit Gading. Saudara saya menyambut dengan antusias, apalagi dari kejauhan sudah terlihat Bukit Gading dengan berkibar Bendera Merah Putih yang berdiri dengan tegaknya di puncak.

Perasaanku menggebu, jiwa petualanganku terpancing maju. Rasanya tak sabar ingin segera naik ke puncak bukit itu. “Hati-hati kalau ke sana ya,” pesan mereka.

Kadang kala, basecamp penuh dengan jejaran kendaraan bermotor, penuh sesak.

Biasanya orang berkunjung ke Puncak Gading untuk camping, menghabiskan malam di sana sembari menanti terbitnya matahari. Tentu berbeda dengan kami yang memang tidak mempunyai rencana untuk menginap. Sehingga siang pun, kami jabani untuk terus melanjutkan perjalanan.

Basecamp Bukit Gading
Basecamp Bukit Gading/Chusnul Chotimah

Bukit Gading mempunyai ketinggian 526 mdpl, namun tak menggoyahkan kami untuk melihat panorama alam dari sana. Saudara saya yang berasal dari sekitar tempat tersebut juga turut serta, ia berperan sebagai penunjuk jalan. Kami berjalan bersama anak-anak kecil, mereka bersemangat, aku pun tak mau kalah.

Awalnya kami mulai perjalanan dari basecamp. Basecamp adalah tempat pertama dimulai untuk para pendaki. Di basecamp tersedia makanan serta minuman untuk para pengunjung yang mau naik ke atas bukit. Basecamp yang berbentuk seperti rumah adat Minangkabau itu tampak begitu syahdu dengan tatanan meja dan kursi yang rapi. Terlebih lagi, dibingkai oleh pemandangan alam.

Kami menghabiskan sekitar 30 menit untuk naik ke puncak bukit. Waktu yang cukup panjang, karena selama perjalanan kami banyak berhentinya. sejenak mengamati pemandangan sekitar, yang begitu memanjakan mata. Banyak pohon yang berbuah seperti durian dan nangka. Ada juga pohon kapas yang riup terbawa ayunan angin. Jalannya masih berupa batu-batu besar, harus berhati-hati saat berpijak. Kemiringannya beragam, perlahan kami melewatinya satu per satu. 

Dalam sebuah perjalanan kita juga harus jaga sikap dan jaga lisan. begitu pula saat perjalanan ini, kami berhati-hati baik dalam berjalan maupun bertindak dan berkata supaya tidak terjadi hal yang aneh-aneh.

Tak terasa, kami tiba di puncak. 

Di atas Puncak
Pesan di Bukit Gading/Chusnul Chotimah

Dari atas, aku memandangi keindahan alam yang begitu elok. Hamparan sawah terlihat luas. Panorama kecamatan di sekitar Sale pun terlihat sangat jelas di atas puncak. Dari puncak aku pandangi basecamp yang berada di bawah tadi. Lalu pandangan beralih ke bendera yang berkibar tertiup angin.

Tak lupa aku mengabadikannya dalam jepretan kamera. Saatnya swafoto!

Sebuah perjalanan yang mengajarkanku tentang titian pendakian. Harus yakin pada setiap proses yang terjal, namun akan terbayar saat tiba di puncak. Begitu pula, dengan sebuah mimpi yang meninggi. Ketika mempunyai mimpi janganlah takut, ketika lelah bisa berhenti dan jangan pernah menyerah atau balik arah. Tetap semangat untuk naik ke puncak. Segala yang kamu inginkan pasti akan tercapai. Semesta ikut mengamini. Tabik!

Aku melihat masih ada bekas api unggun. Ternyata semalam ada rombongan yang camping di Bukit Gading ini. Memang suasana di sini bisa menjadi healing terbaik itu seseorang yang diburu kepenatan. Sekadar refreshing melihat alam yang kaya akan makna kehdupan.

Kami pun ikut mengabadikan momen di atas puncak, sembari makan bekal dan memandangi ada gunung yang masih menjulang tinggi dan pohon-pohon rindang yang menari mengikuti alunan angin. Mentari seakan mengerti, tidak terlalu menyengat kulit ini. Suasana yang tenang, sejuk, dan jauh dari keramaian membuat ingin tidak turun dari puncak.

Berpotret di atas puncak
Berpotret di atas puncak/Chusnul Chotimah

Setelah lama beristirahat, kami pun turun dari puncak. Jangan lupa membawa sampah bekas makanan kita. Setelah rasa puas kami terbayar. Jalan turun

Setelah lama beristirahat, kami turun dari puncak. Tak lupa, membawa sampah bekas makanan. Kami berjalan dengan hati-hati, karena kalau tidak, bisa saja terpeleset ke dalam jurang. Pelan-pelan kami menurunkan kaki satu demi satu. Tak lupa tetap bekerja sama satu sama lain. Setelah sampai di batuan-batuan yang besar-besar hujan mulai mengguyur. Hujan membawa keberkahan, semua tampak subur dan hijau.

Meskipun hujan, kami tetap melanjutkan perjalanan untuk turun, sesekali berhenti untuk berteduh.Sampailah kami ke basecamp pertama perjalanan tersebut. Rumah saudara sudah terlihat. Petualangan ini mempunyai filosofi, yaitu tetap bersyukur apa yang telah dimiliki dan segalanya memang perlu diperjuangkan. Janganlah berbalik arah sebelum naik ke puncak.


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu

The post Sebuah Petualangan di Bukit Gading appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/sebuah-petualangan-di-bukit-gading-rembang/feed/ 0 31133
Sore-Sore di Pantai Karang Jahe https://telusuri.id/sore-sore-di-pantai-karang-jahe/ https://telusuri.id/sore-sore-di-pantai-karang-jahe/#respond Mon, 30 Aug 2021 10:51:07 +0000 https://telusuri.id/?p=30306 Libur semester akhirnya tiba. Liburan ini, saya gunakan untuk berlibur bersama sepupu. Setelah berdiskusi ingin berlibur kemana, akhirnya kami sepakat untuk menuju ke Kota Rembang yang terkenal akan keindahan pantainya. Apalagi kota itu dekat dengan...

The post Sore-Sore di Pantai Karang Jahe appeared first on TelusuRI.

]]>
Libur semester akhirnya tiba. Liburan ini, saya gunakan untuk berlibur bersama sepupu. Setelah berdiskusi ingin berlibur kemana, akhirnya kami sepakat untuk menuju ke Kota Rembang yang terkenal akan keindahan pantainya. Apalagi kota itu dekat dengan rumah saudara kami sehingga kami tidak capek jika harus bolak-balik.

Suasana liburan sangat terasa ketika di perjalanan. Awalnya jalan ramai karena truk dan bus antarkota, kini semakin padat karena kendaraan pribadi lebih banyak yang melintas. Setelah 4 jam melewati kemacetan jalan pantura akhirnya kami tiba di Rembang.

Kota Rembang merupakan salah satu kota yang banyak sekali wisata alam. Pantai-pantai di sini cukup banyak. Wajar, karena Rembang berada di sisi Pantai Utara Jawa.

Karena tidak ingin terlalu jauh dari jalur ke rumah saudara, akhirnya kami memilih untuk pergi ke Pantai Karang Jahe. Pantai Karang Jahe sendiri berada di desa Jetak Belah, Punjulharjo, Kecamatan Rembang, Kabupaten Rembang.

Pantai Karang Jahe biasa disebut dengan pantai seribu pohon cemara oleh masyarakat sekitar karena pencegahan abrasi di pantai ini tidak menggunakan pohon bakau melainkan menggunakan pohon cemara.

Kami memilih pantai ini karena aksesnya cukup mudah, berada di di jalur Pantura. Dari pusat kota, kami hanya perlu menempuh jarak sekitar 9 km.

Semilir angin pantai menyapa kami ketika tiba di sana. Matahari sore terasa masih sangat menyengat di kulit. Kami pun segera membayar parkir dan masuk ke area pantai. Tujuan pertama kami yaitu warung. Kami segera memesan makanan karena perut terasa berdendang.

Pantai Karang Jahe
Pantai Karang Jahe via Flickr/Niammuddin M

Warung-warung di sini menyediakan tikar, kita bisa makan sembari duduk lesehan di pinggir pantai, di bawah pohon cemara. Suasananya jauh lebih menyenangkan ketimbang makan di dalam warung.Suara deburan ombak, pemandangan pantai yang dapat dilihat secara langsung menjadi kawan untuk menyantap makanan.

Warung-warung menjual beraneka jenis makanan seperti bakso, soto, mie rebus/goreng, dll. Selain makanan berat, juga tersedia snack dan gorengan yang bisa disantap untuk mengganjal perut selama sementara waktu. Tak ketinggalan, minuman yang sangat cocok banget disantap saat di pantai, apalagi kalau bukan kelapa muda.

Kami berdua memilih bakso dan es kelapa muda sebagai menu makanan kali ini. Tak lupa keripik rempeyek dan gorengan menjadi pasangannya.

Selesai makan kami menyusuri pantai pasir putih ini dengan santai. Sembari menunggu sunset kami berswafoto dengan latar belakang pohon cemara dan juga deburan ombak. Hamparan pasir putih yang luas membuat kami tidak merasa berdesakan dengan pengunjung yang lain ketika berfoto.

Sebenarnya, di sini juga ada beberapa spot foto yang disediakan, tetapi jika ingin berfoto di spot-spot foto ini pengunjung harus mengantri untuk bergantian dengan pengunjung lain, begitu juga kami berdua.

Selesai berfoto, kami memutuskan untuk menyewa ATV karena ingin mencoba bagaimana rasanya keliling pantai menggunakan kendaraan itu. Ternyata menggunakan ATV sebagai alat transportasi mengelilingi pantai adalah sesuatu yang sangat mengasyikkan. Ada sensasi sendiri saat mencobanya. Harga yang ditawarkan pun relatif murah sehingga tidak terlalu mengocek kantong.

Sekitar 15 menit kami selesai dan mencoba untuk menaiki perahu wisata menuju karang  gosong. Jam sudah menunjukkan pukul 16.30 maka dari itu kami memutuskan mencoba menaiki perahu wisata juga. Tersedia berbagai rute, salah satu tujuan lain juga yang bisa dipilih yaitu menuju ke Pantai Karang Siwalan.

Saatperjalanan, kami dapat menikmati keindahan pantai ini dan melihat pemandangan orang-orang di tepi pantai yang semakin lama semakin mengecil hingga akhirnya menghilang dari pandangan. Selain itu kami juga bisa melihat karang-karang yang ada di dalam laut karena air laut yang jernih. Selang beberapa menit kami pun sampai di Karang Siwalan, sayangnya perahu yang kami tumpangi tidak berhenti tetapi hanya melewati saja lalu putar balik karena kami harus kembali ke Karang Jahe sebelum matahari terbenam. Agak kecewa sebenarnya, tetapi tak apa daripada kami kemalaman di laut.

Sesampainya di Pantai Karang Jahe, kami segera mencari tempat yang pas untuk menikmati matahari terbenam yang begitu indah. Sungguh berkesan liburan kali ini. Sungguh indah ciptaan-Nya, semoga tempat ini selalu seperti ini dan semoga manusia yang datang ke sini selalu menjaga kebersihan lingkungan agar tidak tercemari. Dan semoga budidaya pohon cemara di pantai ini rutin dilakukan untuk mencegah abrasi.


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

The post Sore-Sore di Pantai Karang Jahe appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/sore-sore-di-pantai-karang-jahe/feed/ 0 30306
Berjejak di Jembatan Merah Mangrove https://telusuri.id/berjejak-di-jembatan-merah-mangrove/ https://telusuri.id/berjejak-di-jembatan-merah-mangrove/#respond Sat, 26 Jun 2021 01:36:00 +0000 https://telusuri.id/?p=28400 Tepat setelah seminggu berkutat dengan pekerjaan, aku ditemani teman perempuan, Putria namanya—untuk melepaskan penat. Memang pekerjaan sekarang masih belum kembali normal seperti sebelum terjadi pandemi. Namun, tetap harus dikerjakan dengan sebagaimana mestinya. Hari Minggu, aku...

The post Berjejak di Jembatan Merah Mangrove appeared first on TelusuRI.

]]>
Tepat setelah seminggu berkutat dengan pekerjaan, aku ditemani teman perempuan, Putria namanya—untuk melepaskan penat. Memang pekerjaan sekarang masih belum kembali normal seperti sebelum terjadi pandemi. Namun, tetap harus dikerjakan dengan sebagaimana mestinya.

Hari Minggu, aku mendapatkan informasi bahwa sekarang wisata yang akan ku kunjungi ini sudah banyak dilakukan renovasi. Sebenarnya sudah pernah berkunjung ke objek wisata itu, maklum agak dekat dari rumah sekitar 30 menit sudah sampai. Namun, tetap tidak menggoyahkan tekadku untuk mengintip keindahan alam itu.

Menurutku melepas penat yang baik adalah berkunjung ke destinasi wisata alam yang akan membuat mata menjadi lebih segar. Alhasil benar sekali, kami tiba di Taman Konservasi Hutan Mangrove (Jembatan Merah Mangrove), tepatnya di Desa Pasar Banggi, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah. Kalau kalian ingin berkunjung tidak jauh dari jalan raya. Rembang yang terkenal akan potensi pesisirnya ini membuat orang dari berbagai kota rela mendatangi wisata laut, termasuk Jembatan Merah Mangrove ini. Selain wisata Karang Jahe Beach, Jembatan Merah Mangrove ini mempunyai daya tarik tersendiri.

Gapura Pintu Masuk Wisata

Dari jalan raya kalian bisa naik mobil atau motor untuk berkunjung ke sana, nanti disambut oleh sebuah tulisan “Jembatan Merah Mangrove”. Wisata JMM (Jembatan Merah Mangrove) ini tiketnya sangat terjangkau, hanya merogoh kocek Rp5.000 untuk parkir sepeda motor, maklum kami ke sana naik motor.

Kalau mobil setahuku sekitar Rp10.000 saja. Setelah itu harus berjalan setapak dulu, di samping kanan kiri disambut oleh tambak (kolam di tepi laut yang diberi pematang untuk memelihara ikan, biasanya ikan bandeng dan udang, ada juga garam) yang amat memesona cantiknya. 

Tiket Parkir dan Donasi

Di masa pandemi ini yang hanya selalu dihadapkan pada layar datar, pasti sangat bersyukur melihat pemandangan yang sangat asri nan hijau itu. Semesta mendukung, cukup terang juga perjalanan waktu itu, langit yang begitu cerahnya, matahari yang begitu gagahnya memancarkan sinar terbaiknya dan tak membuat para pengunjung untuk patah semangat agar bisa sampai ke gapura “Selamat datang di Jembatan Merah Mangrove.”

Jangan khawatir, di Jembatan Merah Mangrove ini selama pandemi pengunjung diminta untuk tetap menerapkan protokol kesehatan dengan baik. Para pengunjung tetap harus memakai masker dan disediakan tempat cuci tangan sebelum memasuki area wisata.  

Sembari melangkahkan kaki, mataku tertuju pada deretan warung yang menjajakan dagangannya. Para penjual juga amat ramah pada pengunjung, masih sangat kental dengan adat tegur sapa. Penjual memasarkan dagangannya, berupa jajanan dan minuman. Ketika pengunjung haus, mereka bisa langsung mampir sekadar membeli air mineral atau makan sambil ngobrol asyik dengan memandangi hamparan tambak yang membuat mata takjub untuk memandang.

Tak terasa langkah ini sudah tepat sampai di gapura ”Selamat Datang Jembatan Merah Mangrove.” Di samping kiri ada kotak donasi seikhlasnya saja. Sebagai dana perawatan untuk perbaikan. Lalu pengunjung boleh masuk dan disambut oleh hijaunya mangrove. Derap kaki menginjakan ke jembatan merah sangat takjub, lebih luas daripada pertama kali berkunjung  ke sana. Rimbun sekali untuk mangrovenya. Tempatnya sangat tertata dan bersih, banyak disediakan tong sampah. Jadi pengunjung boleh membawa bekal makanan dan minuman serta membuang sampahnya pada tong sampah yang disediakan. 

Warna merah pada jembatan serta kanan kiri dikelilingi oleh tumbuhan mangrove yang hijau, membuat banyak pengunjung untuk berswafoto genik dan bergaya ala-ala selebgram. Tapi tak apa, semua itu demi mendokumentasikan jepretan pribadi. Bahkan banyak fotografer atau vlogger yang berburu foto “cantik” pemandangan yang menarik. Demi untuk mengenalkan wisata lokal yang amat indah itu.

Area Swafoto

Mataku berkeliaran memandangi seisi wisata Jembatan Merah Mangrove, banyak pasangan muda-mudi yang berkunjung, ada juga dengan teman dan sahabat, bahkan, juga keluarga yang lengkap dengan menikmati keindahan itu. Terlebih lagi banyak komunitas yang singgah untuk menikmati pesona destinasi wisata itu. Waktu itu, komunitas sepeda pun turut ikut  andil menikmati panorama mangrove.

Aku telusuri sekitar jembatan mangrove, memang benar sudah dilakukan renovasi yang sangat bagus, bertambah luas, membuat wajah baru pada destinasi wisata ini, banyak jembatan yang dibuat persimpangan, tempat swafoto dengan bergaya ngehits era sekarang. Keindahan yang sangat kentara dengan perpaduan antara pantai, mangrove beserta gazebo membuat segalanya menjadi menarik.

Disediakan gazebo, sebagai tempat untuk bercengkrama bersama pasangan, anak, sanak saudara serta rekan kerja. Tak ketinggalan para traveler dan fotografer membidik foto dengan sangat semangat untuk mendapatkan hasil yang terbaik. Sesekali mereka beristirahat di gazebo untuk memikirkan angel mana yang akan dibidik.

Setelah kami lanjutkan langkah menelusuri bagian-bagian lainnya, ada yang membuat terasa unik, yaitu berjualan di atas perahu yang dekat dengan ujung mangrovenya. Tempat yang sangat strategis melihat keindahannya itu, bagaimana tidak, melihat ke depan adalah pantai, sedangkan menengok ke belakang adalah untaian jembatan yang merah merekah diikuti rimbunnya mangrove yang hijau membentang. Serta bisa menikmati minuman dan jajanan dengan asyik. Perlu dicoba bagi yang ingin berkunjung ke sana.

Kini, destinasi wisata waktu bukanya belum normal seperti biasanya. Jembatan Merah Mangrove ini sekarang hanya buka hari Sabtu dan Minggu. Meskipun demikian, masih banyak yang rela berdatangan untuk bisa melihat keindahannya. Semoga pandemi segera usai, biar segala kikuk, bisa jadi ingar bingar. Segala yang sulit bisa termudahkan serta segala yang belum baik bisa menjadi baik.

The post Berjejak di Jembatan Merah Mangrove appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/berjejak-di-jembatan-merah-mangrove/feed/ 0 28400