resensi film Archives - TelusuRI https://telusuri.id/tag/resensi-film/ Media Perjalanan dan Pariwisata Indonesia Sat, 15 Jul 2023 05:05:00 +0000 id hourly 1 https://wordpress.org/?v=6.8.1 https://i0.wp.com/telusuri.id/wp-content/uploads/2023/06/cropped-TelusuRI-TPPSquare-1.png?fit=32%2C32&ssl=1 resensi film Archives - TelusuRI https://telusuri.id/tag/resensi-film/ 32 32 135956295 A Walk in the Woods: Makna Perjalanan Sebenarnya https://telusuri.id/a-walk-in-the-woods-makna-perjalanan-sebenarnya/ https://telusuri.id/a-walk-in-the-woods-makna-perjalanan-sebenarnya/#respond Sat, 15 Jul 2023 09:00:00 +0000 https://telusuri.id/?p=39313 Dari kacamata makro seorang penulis perjalanan, film A Walk in the Woods (2015) sebenarnya merupakan salah satu cermin yang pas untuk menggambarkan sebuah perjalanan impian. Sukses menjadi penulis dan tinggal hampir dua dekade di Inggris,...

The post A Walk in the Woods: Makna Perjalanan Sebenarnya appeared first on TelusuRI.

]]>
Dari kacamata makro seorang penulis perjalanan, film A Walk in the Woods (2015) sebenarnya merupakan salah satu cermin yang pas untuk menggambarkan sebuah perjalanan impian. Sukses menjadi penulis dan tinggal hampir dua dekade di Inggris, Bill Bryson (Robert Redford) memutuskan pulang ke kampung halamannya di New Hampshire, Amerika Serikat. Ia mengajak istri tercintanya, Catherine (Emma Thompson).

Suatu ketika, mulanya, Bill ingin melakukan perjalanan gila sendirian sejauh kurang lebih 2.000 mil di jalur terkenal, yaitu Appalachian Trail. Pendakian tersebut membentang dari Georgia dan Maine. Catherine jelas marah dan tidak setuju atas ide suaminya, tetapi akhirnya luluh ketika Bill sepakat akan mencari dan mengajak teman seperjalanan.

Bill pun menghubungi banyak kawannya untuk ikut, tetapi kebanyakan menolak ajakannya. Tiba-tiba, seorang sahabat lamanya, Stephen Katz (Nick Nolte) menghubungi dan menawarkan diri untuk pergi bersama Bill. Catherine sebal dan hampir saja mencak-mencak, karena riwayat Stephen sebagai tukang selingkuh di masa lalunya. Namun, lagi-lagi Catherine (terpaksa) menyetujuinya karena Bill mengingatkan kesepakatan keduanya tentang keharusan mencari rekan bepergian.

Perjalanan kedua aktor veteran itu tidak berjalan mulus. Selain perbedaan fisik dan semangat—Bill yang bugar dan passionate versus Stephen yang payah dan kecanduan alkohol—ada saja rintangan dan masalah yang merentang. Sampai akhirnya pada satu titik Bill dan Stephen merasa lelah, lalu sepakat untuk berhenti dan pulang ke rumah masing-masing.

A Walk in the Woods: Makna Perjalanan Sebenarnya
Poster film A Walk in the Woods via IMDb/Broad Green Pictures

Kombinasi komedi-petualangan

Genre yang diusung film ini cukup unik. Ken Kwapis menggabungkan unsur komedi dan petualangan sebagai ruh utama. Tak hanya itu. Sutradara Sesame Street Presents: Follow That Bird (1985), The Sisterhood of the Traveling Pants (2005), dan He’s Just Not That Into You (2009) tersebut, bersama John Bailey yang duduk di kursi sinematografi, juga lumayan berhasil dalam menghadirkan keindahan lanskap Appalachian Trail. Sangat khas Amerika.

Memasang aktor kawakan Robert Redford dan Nick Nolte sebagai duet dalam film juga sebenarnya merupakan ide cerdas. Keduanya menunjukkan semangat yang meledak-ledak, meskipun agak aneh, dalam hubungan pertemanan dan perjalanan. Interaksi dan komunikasi yang terbangun, serta kepribadian yang bertolak belakang, kerap menghasilkan polah yang kocak dan mengundang gelak tawa.

Sebagai contoh, adegan Bill dan Catherine yang pergi ke bandara untuk menemui Stephen. Sang kawan lama itu tampak memiliki fisik yang kurang bugar dan agak kelebihan berat badan. Langkahnya yang grusa-grusu menyebabkan pria bertopi itu tersandung ketika turun dari pesawat. Namun, seketika ia seperti merasa tidak mengalami masalah begitu melihat Bill dan Catherine, lalu memeluk keduanya. Kejadian tersebut memberikan pesan bahwa perjalanan selanjutnya akan penuh kekacauan.

Saya juga terkekeh-kekeh melihat kelakuan-kelakukan konyol lainnya, terutama Stephen yang cukup sering menciptakan keributan. Salah satunya ketika bapak tua itu sempat-sempatnya menggoda wanita yang ia temui di binatu, padahal wanita tersebut sudah bersuami. Tak pelak si suami memburu ke motel tempat Bill dan Stephen menginap di suatu kota, di tengah-tengah perjalanan, yang memaksa keduanya harus melarikan diri melalui jendela.

Namun, di sisi lain Ken Kwapis juga menghadirkan obrolan-obrolan hangat di antara Bill dan Stephen. Termasuk ketika mereka mendapati diri sedang di tepi tebing dan memandang panorama alam yang mengagumkan. Mereka segera berhenti untuk beristirahat, lalu membicarakan masa lalu Stephen sebagai pecandu alkohol dan perjuangannya untuk sembuh dari ketergantungan. Ia menunjukkan Bill sebotol bourbon di dalam tas. Stephen memberi tahunya sebagai pengingat bahwa ia bisa minum, tetapi memilih untuk tidak melakukannya.

A Walk in the Woods: Makna Perjalanan Sebenarnya
Tangkapan layar perjalanan Bill dan Stephen ketika terhenti di ujung tebing dan memandangi panorama yang mengagumkan via IMDb/Broad Green Pictures

Pelajaran terbesar

Jika saya harus memilih adegan dan dialog terbaik dalam film ini, itu adalah ketika Bill dan Stephen terjatuh dari tebing pendek dengan jurang yang menghadap sungai di bawahnya. Kondisi tersebut menjebak keduanya. Mereka tidak bisa naik dan melanjutkan pendakian, apalagi turun. Mereka pun terpaksa bermalam dan bertahan dari dingin dengan perlengkapan seadanya. Menunggu keajaiban di keesokan paginya.

Malam itu, langit ternyata cerah. Bertabur bintang. Beralas batuan tebing keras, di balik selimut sleeping bag yang menghangatkan, Bryson dan Katz saling mengobrol membahas pemandangan mengagumkan itu.

Stephen: Apakah menurutmu ada orang lain yang memandangi taburan bintang di langit yang sama?
Bill: Entahlah.
Stephen: Aku seperti melihat jutaan bintang.
Bill: Mata telanjang kita dapat melihat dua ribu bintang.
Stephen: Berarti aku hebat bisa melihat jutaan.
Bill: Alfa Centauri adalah bintang terdekat dengan kita, jaraknya 4,5 tahun cahaya.
Stephen: 4,5 tahun? Tidak jauh.
Bill: 1 tahun cahaya sama dengan 10 triliun kilometer. Berarti sekitar 40 triliun kilometer. Ada triliunan bintang di galaksi kita, lebih banyak dari pasir di bumi.
Stephen: Itu besar.
Bill: Ya, kita yang kecil.

Menyaksikan adegan tersebut, saya merasa tervalidasi atas posisi kita sebagai penghuni bumi ini. Di balik ego yang selalu penuh dengan ambisi-ambisi—baik itu tentang hidup maupun karier—ternyata ada pemahaman mendalam betapa tak berdayanya manusia di tengah-tengah alam semesta. Dalam pandangan saya, Bill dan Stephen sejatinya menemukan makna perjalanan yang sebenarnya, meskipun (harus) mengalami “musibah” tak terduga.

Mungkin seperti itulah kita dalam perjalanan hidup. Menyintas batas waktu. Pelan atau cepat, suatu saat akan menyadarinya.

A Walk in the Woods: Makna Perjalanan Sebenarnya
Bill Bryson dan Stephen Katz terpaksa bermalam di tepi jurang setelah terjatuh dari jalur pendakian via IMDb/Broad Green Pictures

Eksekusi agak kaku untuk sebuah film perjalanan

Sebagai sebuah adaptasi buku dan biografi perjalanan yang terinspirasi dari kisah nyata, sejatinya film ini secara umum memiliki skenario yang cukup unik dan tidak terlalu datar. Sinematografinya pun lumayan memanjakan mata dengan bentang alam di Appalachian Trail. Namun, ada sejumlah catatan yang membuat A Walk in the Woods kebanyakan mendapat nilai rata-rata (biasa) saja di banyak kritikus film.

Reputasi Robert Redford sebagai peraih Oscar, pun Nick Nolte yang pernah menjadi nominator Academy Awards, kurang bisa mengangkat alur film secara maksimal. Eksekusi sang sutradara dalam menerjemahkan cerita terkesan kurang cair. Perjalanannya cukup ramah dan hangat, bahkan lucu, tetapi bagi sebagian pejalan atau pendaki profesional, mungkin terasa agak kaku. Kekakuan ini tersirat dalam beberapa lelucon yang kurang familiar atau situasi canggung beberapa pemain, sehingga kadang terlalu mengaburkan perasaan kagum penonton pada keindahan lanskap alam.

Josh Trayer, seorang kritikus film dari The Forgetful Film Critic, lebih detail mengkritik beberapa detail yang saya kurang begitu mengenal budaya atau tren di Amerika pada zamannya, yaitu akhir tahun 1990-an. Salah satu yang ia singgung adalah adanya adegan karakter Mary Ellen (Kristen Schaal) saat menyanyikan lagu hit, seperti “Get Lucky” oleh Daft Punk, yang sebenarnya rilis jauh setelah latar waktu film ini. Josh mempertanyakan pengabaian riset untuk materi tersebut kepada pembuat film.

Selain itu, pengembangan cerita untuk persiapan Bill dan Stephen sebelum melakukan perjalanan bersama terkesan tergesa-gesa. Terutama untuk memenuhi perlengkupan mendaki yang mereka perlukan. Keberadaan Dave (Nick Offerman) yang muncul amat singkat sebagai karyawan toko outdoor REI tidak membantu apa pun. Padahal elemen ini sangat penting untuk memberi edukasi kepada penonton agar mempersiapkan perjalanan ke alam bebas dengan matang.

Meskipun demikian, menurut saya film ini masih cukup baik dan menghibur untuk ditonton. Terdapat beberapa adegan dan dialog yang relevan, sekalipun penontonnya bukan berasal dari kelompok yang hobi bertualang. Sisanya kita akan tergelitik melihat kekacauan oleh dua sahabat lama yang sudah berumur—termasuk cara mereka menghalau beruang grizzly—dan melakukan perjalanan bersama-sama.


Judul Film: A Walk in the Woods
Sutradara: Ken Kwapis
Produser: Robert Redford, Bill Holderman, Chip Diggins
Produksi: Route One Films, Wildwood Enterprises
Distributor: Broad Green Pictures
Tahun: 2015
Penulis Naskah: Rick Kerb, Bill Holderman
Pemain: Robert Redford, Nick Nolte, Kristen Schaal, Nick Offerman, Mary Steenburgen, Emma Thompson
Sinematografi: John Bailey
Genre: Adventure, Biografi, Komedi
Durasi: 1 jam 44 menit


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

The post A Walk in the Woods: Makna Perjalanan Sebenarnya appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/a-walk-in-the-woods-makna-perjalanan-sebenarnya/feed/ 0 39313
Only Yesterday: Perjalanan Dua Masa ala Studio Ghibli https://telusuri.id/only-yesterday-perjalanan-dua-masa-ala-studio-ghibli/ https://telusuri.id/only-yesterday-perjalanan-dua-masa-ala-studio-ghibli/#respond Fri, 07 Jul 2023 09:00:00 +0000 https://telusuri.id/?p=39242 Desa selalu menarik perhatian Taeko Okajima sejak ia masih kecil. Ada alasan khusus mengapa ia merasa seperti itu. Taeko dan keluarganya berasal dari Tokyo. Mereka besar dan tinggal di sana. Ketika teman-temannya berlibur ke desa,...

The post Only Yesterday: Perjalanan Dua Masa ala Studio Ghibli appeared first on TelusuRI.

]]>
Desa selalu menarik perhatian Taeko Okajima sejak ia masih kecil. Ada alasan khusus mengapa ia merasa seperti itu. Taeko dan keluarganya berasal dari Tokyo. Mereka besar dan tinggal di sana. Ketika teman-temannya berlibur ke desa, ia hanya bisa merengek ke ibunya meminta hal yang sama. Namun, mereka menolak permintaan itu karena memang tidak punya kerabat di desa yang bisa dikunjungi.

Selang belasan tahun, tepatnya di tahun 1982, Taeko akhirnya punya kesempatan untuk pergi ke desa. Ia datang untuk menemui keluarga suami Nanako, kakaknya. Taeko cuti selama 10 hari demi ikut memanen bunga safflower. Kala itu ia sudah berusia 27 tahun, bekerja di salah satu perusahaan di Tokyo, jomlo, dan belum menikah. Tak disangka, perjalanan tersebut justru mendatangkan banyak memori kala Taeko kecil, tepatnya ketika dia masih sekolah di tahun 1966.

Isao Takahata, salah satu sutradara Studio Ghibli, menggarap kisah Taeko tersebut dalam film berjudul Only Yesterday berdasarkan manga bikinan Hotaru Okamoto dan Yuko Tone. Ada dua cerita dalam film ini: Taeko saat berusia 10 tahun dan 27 tahun. Kisah Taeko kecil diambil Isao dari manga, sedangkan ia membuat cerita sendiri untuk Taeko versi dewasa. Only Yesterday rilis tahun 1991 di Jepang. Di waktu yang sama, film ini sukses menjadi box office di sana.

  • Only Yesterday: Perjalanan Dua Masa ala Studio Ghibli
  • Only Yesterday: Perjalanan Dua Masa ala Studio Ghibli

Cerita Beda Dimensi Waktu yang Menarik

Meski ada cerita beda dimensi waktu, Isao bisa menjahit keduanya menjadi satu kisah utuh. Porsi cerita Taeko versi kecil dan dewasa pas. Kedua kisah itu saling melengkapi sehingga mampu menjelaskan siapa Taeko.

Di awal, Only Yesterday memang berjalan lambat. Namun, hal itu bukan masalah karena Isao pelan-pelan menyeret penonton untuk mengenal Taeko lebih jauh lewat cara tersebut.

Dari segi visual, sang sutradara menyajikan gambar yang memiliki karakteristik berbeda. Warna gambar di cerita Taeko kecil lebih lembut, sedangkan visual Taeko versi dewasa lebih tegas. Hal ini tentu membantu penonton dalam membedakan latar waktu penceritaan kisah Taeko.

Keahlian Studio Ghibli dalam menggarap alam dalam bentuk visual juga memanjakan mata dan menambah daya tarik Only Yesterday. Bentang sawah, hutan, aliran air sungai, dan hamparan bunga safflower tampak hidup di film ini.

Only Yesterday: Perjalanan Dua Masa ala Studio Ghibli
Pemandangan desa tempat Taeko memetik bunga safflower via IMDb/Studio Ghibli

Memori sebagai Penggerak Cerita yang Penting

Only Yesterday selanjutnya menyuguhkan hal menarik lain. Memori yang muncul bukan hanya sekadar pemanis saja, malah menjadi penggerak cerita yang penting. 

Adegan sewaktu Taeko berada di kereta menuju Yamagata jadi buktinya. Di scene ini, Taeko bertanya-tanya mengapa ingatan saat ia kelas 5 SD terus muncul. Taeko lalu menyimpulkan bahwa usia 10 tahun adalah waktu ketika ia mengalami perubahan dalam hidup. Keadaan itu tidak berbeda dengan kondisinya saat ia berumur 27 tahun. Memori-memori tersebut, menurut Taeko, hadir agar ia merenungi hidupnya kembali.

Perjalanan ke desa di Only Yesterday lantas jadi ajang Taeko mengenang masa lalu sekaligus menavigasi hidupnya saat ini. Ia kerap bertanya dan menjawab. Jawaban yang Taeko dapatkan tidak ia peroleh sendiri. Tak jarang Taeko mendapatkannya ketika sedang mengobrol dengan tokoh lain. 

Di Only Yesterday, ia kerap berbicara banyak hal dengan Toshio, sepupu suami Nanako. Dalam obrolan itu, Isao menyelipkan pemikiran-pemikiran Toshio dan Taeko yang membuat film ini tak hanya menampilkan cerita yang usang: tokoh utama jatuh cinta dengan pria lokal saat ia berlibur. Lebih dari sekadar jatuh cinta, Taeko berusaha mengenal dirinya kembali dan hal ini terbilang tidak mudah.

Mengapa tidak mudah? Alasannya karena apa yang terjadi di masa lalu sangat mungkin berpengaruh pada kehidupan Taeko saat ini dan efek itu kadang tak selalu disadari.

Only Yesterday: Perjalanan Dua Masa ala Studio Ghibli
Taeko dan Toshio via IMDb/Studio Ghibli

Kisah Taeko adalah Fase Hidup Semua Orang

Terlihat di Only Yesterday, salah satunya adegan ketika Taeko, Toshio, dan Naoko mengobrol di atas bukit. Taeko kecil hidup di dalam keluarga yang memiliki figur ayah sangat kuat. Hampir segala keputusan terakhir ditentukan sang ayah.

Taeko bercerita bahwa dirinya pernah diminta jadi aktor cilik di drama kampus. Ia sangat ingin ikut, tetapi ayahnya melarang. Taeko dewasa ingat betul akan kejadian ini. Meski begitu, ia hanya menganggapnya sebagai peristiwa lucu. 

Toshio yang mendengarkan kisah itu pun tidak setuju dengan pendapat Taeko. Ia berkata, “Semua ayah, baik orang Tokyo ataupun orang desa, kupikir sama saja. Ketika SMA dulu, aku sangat ingin tinggal di Tokyo. Aku bahkan menulis surat ke sepupuku bagaimana sekolah di sana. Aku menyerah. Tapi bagiku itu sangat mengganggu ketika orang lain pulang ke rumah membual tentang hidup di Tokyo.”

Pada akhirnya, penonton Only Yesterday akan mudah merasa akrab dengan Taeko karena ceritanya berkutat pada fase yang semua orang rasakan. Meski begitu, ada hal baru yang Isao berikan lewat karakter, pengalaman, dan pemikiran tokoh lain dalam film. Masing-masing dari mereka memiliki pandangan sendiri terhadap hidup yang membantu Taeko—juga penonton—menjernihkan pikiran.


Judul Film: Only Yesterday
Sutradara: Isao Takahata
Produser: Toshio Suzuki
Produksi: Studio Ghibli
Tahun: 1991
Penulis Naskah: Hotaru Okamoto, Yuuko Tone, David Freedman
Pemain: Miki Imai, Toshiro Yanagiba, Yoko Honna
Sinematografi: Hisao Shirai
Genre: Animasi, Drama, Roman
Durasi: 1 jam 59 menit


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

The post Only Yesterday: Perjalanan Dua Masa ala Studio Ghibli appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/only-yesterday-perjalanan-dua-masa-ala-studio-ghibli/feed/ 0 39242
Eat Pray Love: Cerita Penulis Amerika di Tiga Negara https://telusuri.id/eat-pray-love-cerita-penulis-amerika-di-tiga-negara/ https://telusuri.id/eat-pray-love-cerita-penulis-amerika-di-tiga-negara/#respond Thu, 29 Jun 2023 09:00:00 +0000 https://telusuri.id/?p=39123 Beberapa hal mungkin akan orang lakukan jika ia tengah merasa tak keruan hati atau pikirannya. Khusus Elizabeth Gilbert, ia rela menghabiskan uang yang dia miliki untuk hidup selama satu tahun di luar negeri.  Penulis sekaligus...

The post Eat Pray Love: Cerita Penulis Amerika di Tiga Negara appeared first on TelusuRI.

]]>
Beberapa hal mungkin akan orang lakukan jika ia tengah merasa tak keruan hati atau pikirannya. Khusus Elizabeth Gilbert, ia rela menghabiskan uang yang dia miliki untuk hidup selama satu tahun di luar negeri. 

Penulis sekaligus jurnalis tersebut melakukan perjalanan ke tiga negara, yakni Italia, India, dan Indonesia. Perceraian lalu konflik dengan teman kencannya menjadi pemicu Elizabeth memutuskan pergi sejenak dari kehidupannya di Amerika Serikat. Ia sungguh berharap trip itu membuatnya bisa menemukan apa yang sebenarnya ia inginkan. Sebuah harapan yang mulanya mendapat keraguan oleh sahabatnya, Delia.

Pengalaman Elizabeth di tiga negara tadi ia tuangkan dalam buku memoar berjudul Eat, Pray, Love: One Woman’s Search for Everything Across Italy, India, and Indonesia. Tahun 2006, buku itu rilis dan tak sedikit pembaca yang menyukainya. Sambutan luar biasa atas karyanya juga Elizabeth dapatkan di Amerika Serikat. 

Sutradara Ryan Murphy kemudian menggarapnya menjadi sebuah film dengan judul Eat Pray Love di tahun 2010. Julia Roberts menjadi pemeran utama tokoh Elizabeth. Aktris Indonesia Christine Hakim juga bermain di film tersebut. Kala itu, proses syuting yang berlangsung di Bali sempat menyedot perhatian media serta masyarakat. Sampai-sampai ada rute wisata healing ala film Eat Pray Love.

Latar Belakang Perjalanan Elizabeth

Adegan pertemuan Elizabeth dengan dukun bernama Ketut Liyer membuka film ini. Laki-laki berumur satu abad itu meramal bahwa Elizabeth akan menikah dua kali, kehilangan uang yang banyak, dan bakal kembali ke Bali untuk mengajari Ketut Liyer bahasa Inggris. Di sini, petunjuk tentang Elizabeth yang akan melakukan perjalanan lain di masa depan muncul. 

Namun, alih-alih terpikat oleh adegan awal ini, scene ketika Elizabeth menyampaikan maksudnya bahwa ia ingin pergi ke Italia, Indonesia, dan India pada Delia justru menarik perhatian. Di depan sahabatnya itu, Elizabeth berkata bahwa ia selalu bersama orang lain, sehingga dirinya sulit mengetahui apa yang sebenarnya ia inginkan. 

“Sejak usia 15 tahun aku telah bersama laki-laki atau putus hubungan dengan pria. Aku belum pernah memberikan waktu pada diriku barang dua minggu untuk hanya berurusan dengan diri sendiri,” katanya.

Setelah adegan di atas selesai, penonton bisa menyimpulkan bahwa perubahan jadi topik penting dalam Eat Pray Love. Tak hanya sekadar tampak, perubahan di film ini semestinya dijabarkan dengan jelas serta dalam. Tujuannya agar penonton bisa memahami apa yang Elizabeth alami juga rasakan sebelum dan selama ia melakukan perjalanan ke tiga negara.

Eat Pray Love: Cerita Penulis Amerika di Tiga Negara
Negara yang dituju Elizabeth pertama kali adalah Italia/IMDb

Perubahan Tokoh Utama yang Kurang Jelas dan Dalam

Di Eat Pray Love, Elizabeth memang berusaha mencari jawaban atas pertanyaan besar yang ia punya sebelum tiba di Italia, India, serta Indonesia. Sayangnya, film ini menjawab pertanyaan tersebut dengan buru-buru sehingga hasilnya terkadang terasa kurang jelas dan dalam.

Contohnya ada pada adegan Elizabeth menyantap pizza Neapolitan langsung di Kota Napoli bersama temannya, Sofi. Ide makan bareng itu sebenarnya datang dari Elizabeth. Ia berkata bahwa pizza bisa jadi kata yang pas untuk menggambarkan siapa dirinya.

“Hei, Sofi. Ini Liz. Ayo, kita ke Napoli. Kurasa kataku adalah pizza,” ujarnya lewat telepon.

Ada apa dengan pizza? Kenapa Liz mengaitkan dirinya dengan pizza? Rasa penasaran pun sempat muncul. Namun, kata-kata Elizabeth di adegan makan pizza ini terasa tak menjawab apa-apa. 

Ia justru sibuk menasihati Sofi yang khawatir berat badannya naik, karena menyantap makanan asal Italia tersebut. Percakapan keduanya pun seakan-akan ada secara tiba-tiba. Tidak ada pengalaman sebelum dan selama perjalanan yang bisa dibandingkan terkait pizza yang Elizabeth pilih menjadi katanya. Padahal, kata tersebut menggambarkan siapa dirinya.

Eat Pray Love: Cerita Penulis Amerika di Tiga Negara
Elizabeth saat berada di India/IMDb

Spiritualisme yang Kurang Detail

Perjalanan di India juga tak luput dari kesan terburu-buru. Trip di negara ini bertujuan untuk menjadi semacam perjalanan spiritual bagi Elizabeth. 

Sang sutradara hanya menampilkan secara sekilas sisi spiritual Elizabeth sebelum memulai perjalanannya ke tiga negara. Scene yang kentara menunjukkan hal ini adalah ketika ia berdoa meminta petunjuk, sebab pernikahannya tengah di ujung tanduk. Ada pula perkataan Elizabeth yang mengaku pada Sofi bahwa meditasi—aktivitas yang ia ketahui dari teman kencannya yang seorang guru yoga—membantunya merasa tenang.

Di India, Elizabeth tinggal di sebuah ashram dan bertemu dengan Richard. Meski awalnya saling sindir, mereka kemudian menjadi dekat. Elizabeth menceritakan niatnya datang ke ashram agar merasa damai. Richard lalu banyak memberikan wejangan. 

Namun, perjalanan Elizabeth menyelami sisi spiritualnya di India tak jauh dari aktivitas mendengarkan nasihat, saran, dan pemikiran Richard akan problem yang mereka alami. Tak banyak adegan yang menunjukkan proses Elizabeth menemukan jawaban dari pertanyaan yang ia punya lewat caranya sendiri. Baik sebelum dan selama perjalanan di India, penjabaran sisi spiritual Elizabeth kurang jelas. Karena itu, kesan terburu-buru pun tak terhindarkan.

Eat Pray Love: Cerita Penulis Amerika di Tiga Negara
Elizabeth bertemu dengan pria bernama Felipa saat di Bali, lalu mereka jatuh cinta/IMDb

Makna “Love” Masih Dangkal

Serupa dengan dua perjalanan sebelumnya, trip di Bali juga tak luput dari masalah. Elizabeth sempat menyinggung soal pernikahannya dengan sang mantan suami yang tak bertahan lama. Menurutnya hal itu terjadi karena mereka menikah terlalu muda, sehingga masing-masing belum dewasa. 

Dari perkataan ini, perjalanan di Bali seharusnya dapat menunjukkan pengalaman yang membuat Elizabeth menjadi sosok yang berbeda. Di samping itu, Ryan Murphy mestinya mengeksplorasi lebih jauh kepribadian seperti apa yang Elizabeth inginkan dalam relasi romantis. 

Namun, sang sutradara tidak mengolah hal tersebut lebih jauh. Bagian “love” di film ini tak hanya mudah ditebak, tetapi juga kurang memiliki makna yang dalam. Kisah di Pulau Dewata pun pada akhirnya terasa seperti film romantis ala Hollywood kebanyakan. Ketakutan Elizabeth akan cinta baru, yang dapat mengganggu keseimbangan dirinya, bisa terkikis jika ia lebih tahu apa yang ia inginkan dan butuhkan. Sayangnya, hal itu tidak tergarap maksimal di Eat Pray Love.


Judul Film: Eat Pray Love
Sutradara: Ryan Murphy
Produser: Dede Gardner
Produser Eksekutif: Jeremy Kleiner, Brad Pitt, Stan Wlodkowski
Produksi: Columbia Pictures, Plan B Entertainment
Tahun: 2010
Penulis Naskah: Ryan Murphy, Jennifer Salt, Elizabeth Gilbert
Pemain: Julia Roberts, Javier Bardem, James Franco, Viola Davis, Billy Crudup, Richard Jenkins
Sinematografi: Robert Richardson
Genre: Biografi, Drama, Roman
Durasi: 74 menit


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

The post Eat Pray Love: Cerita Penulis Amerika di Tiga Negara appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/eat-pray-love-cerita-penulis-amerika-di-tiga-negara/feed/ 0 39123
Into the Wild: Manifesto Perjalanan Chris McCandless https://telusuri.id/into-the-wild-manifesto-perjalanan-chris-mccandless/ https://telusuri.id/into-the-wild-manifesto-perjalanan-chris-mccandless/#respond Sat, 22 Apr 2023 04:00:00 +0000 https://telusuri.id/?p=38407 “S.O.S. SAYA MEMBUTUHKAN PERTOLONGAN ANDA. SAYA TERLUKA, HAMPIR MATI, DAN TERLALU LEMAH UNTUK BERJALAN KELUAR DARI TEMPAT INI. SAYA SENDIRI, INI BUKAN MAIN-MAIN. DEMI TUHAN, TETAPLAH TINGGAL DAN SELAMATKAN SAYA. SAYA SEDANG KELUAR UNTUK MENGUMPULKAN...

The post Into the Wild: Manifesto Perjalanan Chris McCandless appeared first on TelusuRI.

]]>
Into the Wild (2007)
Into the Wild (2007)/TVNZ

“S.O.S. SAYA MEMBUTUHKAN PERTOLONGAN ANDA. SAYA TERLUKA, HAMPIR MATI, DAN TERLALU LEMAH UNTUK BERJALAN KELUAR DARI TEMPAT INI. SAYA SENDIRI, INI BUKAN MAIN-MAIN. DEMI TUHAN, TETAPLAH TINGGAL DAN SELAMATKAN SAYA. SAYA SEDANG KELUAR UNTUK MENGUMPULKAN BUAH RASBERI DI SEKITAR TEMPAT INI DAN AKAN KEMBALI SORE INI. TERIMA KASIH, CHRIS MCCANDLESS. AGUSTUS?”

Pesan bernada cemas ini tertulis pada sobekan halaman dari novel karya Nikolai Gogol. Tertempel di pintu bus bernomor 142 dengan cat hijau putih yang sedikit terbuka. Dari dalamnya, terhirup aroma busuk yang sangat nyata dan menusuk hidung sepasang pejalan dari Anchorage, 6 September 1992. 

Terlalu takut karena implikasi bau dan catatan aneh, akhirnya seorang dari rombongan pemburu rusa yang datang tidak lama setelah sang pasangan, memberanikan diri mengintip lewat jendela bus. Matanya menangkap senapan Remington, kotak plastik kerang, delapan atau sembilan buku bersampul tipis, beberapa celana robek, peralatan masak, dan sebuah ransel mahal. Ia melihat dan meraih kantung tidur berwarna biru, yang jelas membungkus sesuatu. Entah apa. Namun, saat ia goyangkan, terasa sangat ringan. Berpindah ke sisi lain, ia melihat kepala mencuat.

Itu adalah Christopher Johnson McCandless, yang mati kira-kira dua setengah minggu lalu. Pria dari keluarga kaya lulusan Universitas Emory berpredikat cum laude, yang meninggalkan segala privilesenya untuk mengembara. Melintasi Amerika Utara menuju alam liar Alaska pada tahun 1990. 

Jon Krakauer adalah orang pertama yang memublikasikan cerita perjalanan nekat Chris di majalah Outside, edisi Januari 1993. Jon kemudian mengabadikan kisah Chris lebih panjang dalam sebuah buku berjudul Into the Wild yang terbit tahun 1996. Sebelas tahun berselang, sutradara Sean Penn mengadaptasinya menjadi sebuah film berjudul sama.

Potret Chris McCandless
Potret Chris McCandless, ditemukan pada film kameranya yang belum dicetak/Film Affinity

Minim Dialog, Namun Menghanyutkan

Adegan Chris tiba di Stampede Trail menjadi pembuka film. Ia diantar Jim Gallien, warga lokal terakhir yang Chris temui, sebelum benar-benar mengasingkan diri di Alaska yang tidak pernah mudah ditaklukkan. Apalagi bagi seorang pemuda yang tidak membekali dirinya dengan kemampuan bertahan hidup. Di alam liar sendirian pula dengan persediaan makanan terbatas dan cuaca dingin yang menembus tulang.

Dari Alaska, Sean Penn memulai cerita menggunakan banyak adegan kilas balik yang fokus pada perjalanan Chris—yang kemudian menamai dirinya sebagai Alexander Supertramp. Ia menyusun rencana petualangannya sejak lama. Mendonasikan seluruh tabungan pribadi untuk amal, menggunting semua kartu identitas, meninggalkan mobil sendiri di gurun tanpa plat nomor, memutus komunikasi dengan keluarga serta teman-temannya, dan membakar habis sisa uang tunai yang ia miliki. 

Chris benar-benar sudah muak pada kehidupan peradaban yang gila. Orang-orang bersikap buruk terhadap orang lain. Termasuk para orang tua, hipokrit, hingga politisi yang mengontrol semuanya melalui relasi kekuasaan. 

Ia memimpikan hidup di alam bebas. Tanpa arloji mahal yang memberitahu waktu—yang kadang-kadang bagi sebagian orang cukup menakutkan—karena harus berkejaran dengan target pekerjaan. Tiada orang lain dan omong kosong. Hanya dirinya sendiri.

Dalam dua tahun perjalanannya, Chris bertemu dengan beberapa orang yang menyenangkan. Meski tetap saja, tidak ada satu pun yang berhasil meredam tekat kuatnya melihat sungai, pegunungan besar, dan langit dari sudut yang sunyi.

Sayangnya, Chris hanya mampu bertahan selama 113 hari. Napasnya purna usai sekuat tenaga bertahan di tengah ketangguhan Alaska, kawasan dengan kondisi dan cuaca yang terlalu ekstrem untuk hidup. 

Durasi dua jam lebih rasanya tidak cukup merangkum kisah si petualang super. Visualisasi lanskap Alaska berhasil membuat jantungku berdebar. Adegan-adegannya minim dialog, tetapi justru menghanyutkan. Narasi puitis Chris dan adiknya adalah kekuatan film ini.

Bagian favoritku adalah kutipan-kutipan Leo Tolstoy dan Thoreau yang Chris yakini tanpa keraguan sedikit pun. Salah satunya ia lontarkan pada pasangan “Rubber Tramps”, “Rather than love, than money, than fame, give me truth”. Dan surat-suratnya kepada Wayne. Catatan-catatan perjalanannya terdengar sangat jujur. 

Tampilan dalam magic bus Fairbanks City 142
Tampilan dalam magic bus Fairbanks City 142/Spread Better Blog)

Magic Bus

Kisah Chris meledak di kalangan penggila petualang. Beberapa media menyebut, ratusan orang pernah mencoba menelusuri jejak-jejaknya. Banyak yang terjebak dan sebagian cukup beruntung diselamatkan otoritas setempat.

Ada juga yang menemui takdir sial dan tragis. Seperti pasangan Veranika Nikanava dan Piotr Markielau dari Belarus. Veranika tersapu arus sungai Teklanika yang kuat pada Juli 2019. Ia bernasib sama dengan Claire Jane Ackermann pada Agustus 2010. Warga negara Swiss itu kehilangan pijakan saat berusaha menyeberangi sungai. Dua tahun kemudian, Jonathan Croom, penggemar kisah Chris yang lain dari Oklahoma, hilang dan mayatnya ditemukan di pegunungan Oregon. Lalu tahun 2013, Dustin Self juga hilang. Mayatnya baru ketemu setahun setelahnya di bagian selatan Alaska.

Mereka semua ingin mencapai situs kematian Chris. Seperti peziarah yang mengunjungi makam.

Fairbanks 142, bus yang sengaja ditinggalkan oleh kru perusahaan konstruksi Yutan pada tahun 1961, biasa terpakai sebagai tempat istirahat para pemburu. Maka saat pertama kali Chris menemukan Fairbanks 142, bus itu sudah memiliki tempat untuk tidur, meja, dan peralatan masak seadanya. Tanda-tanda kehidupan setidaknya pernah ada di sana.

Chris bernaung di dalamnya dan memberi nama magic bus. Ia mengukir awal perjalanan dan jati diri yang baru di sebuah kayu. Ia terlahir dengan nama baru: Alexander Supertramp. Dia lari, berjalan sendiri menyusuri daratan agar hilang di alam liar. Tak lagi teracuni peradaban.

Namun, karena alasan keamanan dan upaya mengakhiri rentetan kematian, sebuah helikopter akhirnya mengangkut magic bus pada Kamis, 18 Juni 2020. Awalnya lokasinya dirahasiakan. Namun, pada September 2020, Museum of the North di University of Alaska mengumumkan akan memperbaiki magic bus tersebut. Mereka memajangnya di pameran luar ruangan permanen bersama dengan replika magic bus yang Sean Penn gunakan pada film.

Bagi saya, kepindahan magic bus sangat menyedihkan. Sayang sekali.

Dokumentasi pemindahan magic bus dengan helikopter
Dokumentasi pemindahan magic bus dengan helikopter/Youtube Reuters

Akting Memukau Emile Hirsch dan Pesan Terakhir Chris

Harus saya akui, keberhasilan film ini berkat totalitas Emile Hirsch memerankan Chris. Akting Emile mampu menciptakan atmosfer reflektif. Saya bisa membayangkan ekspresi wajah asli Chris dan pergolakan jiwanya; kemarahan, kesedihan, dan kesenangan yang ia rasakan. 

Demi mendalami peran, Emile bahkan menurunkan berat badannya hingga 18 kilogram. Kamu bisa melihat perubahan drastis tubuhnya di akhir film. Ia juga menolak menggunakan pemeran pengganti untuk beberapa adegan berbahaya. Termasuk adegan di sungai berarus deras dan berhadapan dengan beruang grizzly. Hampir semua adegan di film ini dilakukan sesuai dengan catatan perjalanan Chris. Begitu pun lokasi syuting.

Jim Gallien juga layak memperoleh apresiasi tinggi. Ia memerankan diri sendiri dengan sangat baik. Saat mengantar Chris, ia diberi jam tangan emas mahal miliknya. Jim menghadiahkan arloji itu kepada Emile, yang akhirnya ia pakai di film.

Into the Wild termasuk dalam kategori 1001 film yang harus kamu tonton sebelum mati, menurut Steven Jay Schneider. Meskipun begitu, film ini juga mendapat kritikan. Beberapa orang menganggap bahwa tindakan Chris sebagai upaya bunuh diri yang bodoh dan tragis. Ia hanya mengandalkan bantuan alam yang kapan saja bisa menjadi sangat ganas, sedangkan wawasannya terhadap survival amat minim. 

Namun, untuk mengakhiri petualangannya dengan tenang, Chris menulis pesan terakhir yang berbunyi, “I HAVE HAD A HAPPY LIFE AND THANK THE LORD. GOODBYE AND MAY GOD BLESS US ALL,” setelah sebelumnya sempat menulis, “HAPPINESS ONLY REAL WHEN SHARED.”

Ya, walau kebahagiaan tidak pernah sederhana, tetapi saya berharap Chris bisa tahu bahwa ia telah berhasil berbagi kesenangan perjalanannya kepada banyak orang. Ia menolak kekacauan sistem masyarakat lewat pencarian jati diri di alam bebas. 

Rest in peace, Alexander Supertramp.


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan TikTok kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

The post Into the Wild: Manifesto Perjalanan Chris McCandless appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/into-the-wild-manifesto-perjalanan-chris-mccandless/feed/ 0 38407
The Last Forest: Perjalanan Panjang Orang Yanomami Melindungi Hutan Amazon https://telusuri.id/the-last-forest-perjalanan-panjang-orang-yanomami-melindungi-hutan-amazon/ https://telusuri.id/the-last-forest-perjalanan-panjang-orang-yanomami-melindungi-hutan-amazon/#respond Mon, 17 Apr 2023 09:00:00 +0000 https://telusuri.id/?p=38349 Amazon kaya akan banyak hal. Kawasan hutan hujan yang terletak di sembilan negara Amerika Selatan ini—Brasil, Kolombia, Peru, Venezuela, Ekuador, Bolivia, Guyana, Suriname, dan Guyana Prancis—menjadi rumah 30 persen dari total spesies di dunia.  Ratusan...

The post The Last Forest: Perjalanan Panjang Orang Yanomami Melindungi Hutan Amazon appeared first on TelusuRI.

]]>
Amazon kaya akan banyak hal. Kawasan hutan hujan yang terletak di sembilan negara Amerika Selatan ini—Brasil, Kolombia, Peru, Venezuela, Ekuador, Bolivia, Guyana, Suriname, dan Guyana Prancis—menjadi rumah 30 persen dari total spesies di dunia. 

Ratusan jenis mamalia dan reptil, ribuan macam ikan, burung, serta hewan amfibi bertebaran di sana. Spesies tanaman dan pohonnya lebih banyak lagi.

Menurut Mongabay, Amazon memiliki 40.000 jenis tanaman serta 16.000 spesies pohon. Lebih dari setengah volume hutan hujan bumi terdapat di Amazon. Ada pula basin Amazon, yang menjadi sistem drainase terbesar dan menunjang kehidupan hutan hujan terbesar di dunia tersebut.

Namun, penemuan “kekayaan” lain berupa emas menciptakan keadaan baru yang tidak menyenangkan. Penambangan logam mulia berskala kecil maupun besar telah terjadi di Amazon. Hal ini menimbulkan masalah berantai. Tak hanya bagi keanekaragaman hayati di hutan, tetapi juga kehidupan masyarakat adat seperti Yanomami. Suku asli yang tinggal di utara Brasil hingga selatan Venezuela.

Pada 1986, demam pertambangan bahkan membuat 20 persen anggota suku Yanomami meninggal dunia dalam kurun waktu tujuh tahun.

Poster film The Last Forest
Poster film dokumenter karya Luiz Bolognesi dengan judul berbahasa Latin (IMDb) dan Inggris (Metacritic)

Penyajian Visual Cerita Konflik Secara Artistik

Di film The Last Forest, ketegangan antara masyarakat adat Yanomami dan penambang emas di hutan Amazon menjadi sorotan. Film dokumenter yang pertama kali tayang tahun 2021 itu dibuat oleh Luiz Bolognesi. Sutradara sekaligus penulis naskah kelahiran Brasil. Pada tahun yang sama, The Last Forest mendapat nominasi di Berlinale Documentary Award dan menang dalam Panorama Audience Award di Berlin International Film Festival.

Dalam durasi 1 jam 16 menit, The Last Forest mampu menceritakan semua elemen penting: siapa suku asli Yanomami, bagaimana cara mereka hidup, seperti apa kehidupan serta cara mereka bertahan tatkala penambang emas masuk hutan, dan bagaimana kompleksitas hidup suku asli Yanomami usai penambangan marak terjadi di Amazon.

Pendekatan observasi film ini mampu menjahit adegan demi adegan secara apik. Saking halus jahitannya, menonton The Last Forest ini terasa seperti melihat film fiksi. Visualnya pun artistik dan menarik perhatian.

Luiz Bolognesi berhasil menunjukkan bahwa perubahan lingkungan yang terjadi akibat penambangan berpengaruh ke segala level. Tak hanya di lingkup terkecil seperti keluarga, tetapi juga mencakup seluruh anggota komunitas Yanomami.

Yawarioma, The Last Forest
Yawarioma, roh jahat yang menggoda suami salah satu perempuan Yanomami di film The Last Forest/IMDb

Kita bisa melihat cerita salah satu perempuan Yanomami yang mengaku kehilangan suaminya. Orang pintar (shaman) yang ia mintai pendapat lantas memberi jawaban menusuk hati. Ia mengatakan penyebab pasangannya tak kembali, salah satunya karena tergoda roh jahat bijih logam atau mineral bernama Yawarioma. Selama ini sang suami menjadi satu-satunya lelaki yang memenuhi kebutuhan makan keluarga dengan cara berburu.

Perempuan itu lalu memutar otak. Ia berusaha membuat kerajinan keranjang agar dapurnya tetap menyala. Kerajinan itu nantinya akan memperoleh kompensasi berupa imbalan makanan. Akan tetapi, tidak jelas makanan seperti apa yang akan ia dapatkan.  

The Last Forest juga turut menampilkan Davi Kopenawa Yanomami, seorang shaman dan juru bicara suku Yanomami. Ia tergolong sangat vokal memperjuangkan hak masyarakat adat.

Davi menunjukkan keberanian sejak awal hingga akhir film. Ia bersama para lelaki Yanomami, misalnya, berusaha mengusir orang kulit putih yang ingin menambang. Davi berpesan agar tidak tergiur dengan apa pun yang penambang berikan. Sebab aktivitas itu bisa berdampak serius bagi lingkungan tempat mereka tinggal.

Davi Kopenawa Yanomami, The Last Forest
Davi Kopenawa Yanomami, shaman dan juru bicara masyarakat adat Yanomami/IMDb

Keberanian Suku Yanomami Melawan Pertambangan

Dari dua kisah sorotan sang sutradara, selanjutnya berhasil memperlihatkan peran signifikan masyarakat adat dalam menjaga hutan beserta isinya. Yanomami, yang telah hadir sebelum Brasil dan Venezuela berdiri, berusaha hidup berharmoni dengan alam. Mereka tidak mengusik hutan, sungai, tanaman, maupun satwa liar di sana.

Tak hanya itu. The Last Forest juga memancing penonton untuk mempertanyakan komitmen pemerintah. Sejauh mana pemerintah menjamin kelangsungan hidup orang-orang Yanomami lewat dua cerita tokoh utamanya. Bagaimanapun, mereka tak bisa menyelesaikan problem ini sendiri.

Kegigihan Davi mengawal isu pertambangan emas menandakan minimnya kemauan politik pemerintah dalam menjamin hak suku asli tersebut. Keteguhan ini diperlihatkan dalam sejumlah scene. Di antaranya Davi mengatakan bahwa penambangan membuat lingkungan mereka tercemar merkuri. Ia menasihati orang-orang Yanomami agar tidak menerima kehadiran para penambang. Pemakaian logam berat buat mencari emas dapat mengganggu kesehatan mereka.

Di akhir film, Luiz Bolognesi menyuguhkan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan awal. Jawabannya ringkas, tetapi tegas dan jelas. Penonton mungkin bertanya-tanya mengenai kebijakan pemerintah. Namun, tak perlu khawatir bingung. Sang sutradara memberikan konteks riil, yaitu tentang sejauh mana sebuah negara menjamin kelangsungan hidup orang-orang Yanomami. 

The Last Forest sudah sepantasnya dilihat banyak penonton. Lewat film ini, Luiz Bolognesi sanggup membuat penonton mengikuti perjalanan panjang masyarakat adat dalam menjaga rumahnya. Hutan Amazon tak hanya penting bagi suku Yanomami, tetapi juga kita dan orang-orang yang hidup di luar komunitas tersebut.

Referensi:
Mongabay, The Amazon Rainforest: The World’s Largest Rainforest, https://rainforests.mongabay.com/amazon/


Judul Film: The Last Forest
Judul Asli: A Űltima Floresta
Sutradara: Luiz Bolognesi
Produser Eksekutif: Ana Saito, Daniela Antonella Aun
Produksi: Gullane and Buriti Filmes
Tahun: 2021
Penulis Naskah: Luiz Bolognesi, Davi Kopenawa
Pemain: Davi Kopenawa, Daucirene Yanomami, Ehuana Yaira Yanomami
Sinematografi: Pedro J. Márquez
Genre: Drama, Dokumenter
Durasi: 74 menit


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan TikTok kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

The post The Last Forest: Perjalanan Panjang Orang Yanomami Melindungi Hutan Amazon appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/the-last-forest-perjalanan-panjang-orang-yanomami-melindungi-hutan-amazon/feed/ 0 38349