sawah Archives - TelusuRI https://telusuri.id/tag/sawah/ Media Perjalanan dan Pariwisata Indonesia Thu, 15 Aug 2024 15:41:20 +0000 id hourly 1 https://wordpress.org/?v=6.8.1 https://i0.wp.com/telusuri.id/wp-content/uploads/2023/06/cropped-TelusuRI-TPPSquare-1.png?fit=32%2C32&ssl=1 sawah Archives - TelusuRI https://telusuri.id/tag/sawah/ 32 32 135956295 Liburan Sederhana di Salatiga https://telusuri.id/liburan-sederhana-di-salatiga/ https://telusuri.id/liburan-sederhana-di-salatiga/#respond Sun, 18 Aug 2024 09:00:00 +0000 https://telusuri.id/?p=42526 Sebuah masa yang ditunggu semua orang telah menghantui. Rencana telah dirancang sedemikian rupa hingga siap merajut memori baru. Libur tengah tahun menjadi momentum menggembirakan baik bagi pelajar, mahasiswa, pekerja, terlebih para perantau. Semusim telah dilalui...

The post Liburan Sederhana di Salatiga appeared first on TelusuRI.

]]>
Sebuah masa yang ditunggu semua orang telah menghantui. Rencana telah dirancang sedemikian rupa hingga siap merajut memori baru. Libur tengah tahun menjadi momentum menggembirakan baik bagi pelajar, mahasiswa, pekerja, terlebih para perantau. Semusim telah dilalui dengan memenuhi kaleng kerinduan terhadap kampung halaman. Saya adalah salah satunya. 

Merantau jauh di luar pulau yang saya kenal tentu mengundang banyak kerinduan. Berusaha mengalihkan perhatian dari Bumi Sriwijaya untuk senantiasa kerasan di Yogyakarta cukup menguras tenaga. Bagi saya, liburan kali ini tidak seistimewa seperti para perantau yang mengindahkan masa cutinya untuk mudik ke tanah kelahiran. Saya tetap di Pulau Jawa. Mengunjungi kerabat yang berada di Salatiga, sebuah kota yang terkenal dengan julukan “Hati Beriman”.

Liburan Sederhana di Salatiga
Menemui bapak-bapak di sawah saat menghabiskan waktu liburan di Salatiga/Karisma Nur Fitria

Perjalanan Menuju Salatiga

Saya menempuh perjalanan dari Yogyakarta menuju Salatiga dengan memesan travel. Saya sudah merasa cukup untuk naik bus antarkota Solo–Semarang dengan segala problematikanya. Sungguh, travel adalah pilihan terbaik apabila dompet tidak sedang paceklik. Cukup menyiapkan ongkos sebesar Rp65.000 sudah dapat menikmati perjalanan dengan nyaman dan aman—semoga.

Jalan berliku-liku mulai diterjang bus shuttle berwarna merah ini. Ditemani pemandangan yang tidak selalu menyejukkan mata, perjalanan selama kurang lebih 2 jam 30 menit itu cukup menyegarkan diri dari hiruk-piruk padatnya Kota Yogyakarta. Sekali, dua kali, akan disuguhkan indahnya pemandangan sawah yang terbentang. Tidak lupa pula dengan suasana macetnya jalanan di sore hari, dibarengi keriuhan pengendara yang ingin segera sampai rumah selepas letih bekerja. 

Saya memilih jadwal perjalanan pada pukul 15.30 WIB. Saya sengaja tidak ingin terburu waktu untuk menyiapkan diri agar lebih nyaman menikmati perjalanan di sore hari. Tepat 30 menit sebelum keberangkatan, saya disiplin dan sudah menunggu shuttle yang akan membawa menuju Salatiga. Tidak butuh waktu lebih lama lagi untuk segera berangkat. Minibus yang saya nantikan telah tiba. 

Sewaktu berjalan bersama serombongan orang yang memiliki tujuan sama, saya bertanya kepada seorang ibu paruh baya soal tujuannya. Dengan sangat kebetulan, ternyata saya adalah penumpang yang duduk tepat di sebelahnya. Begitu ramah ia membuka pembicaraan.

Perbincangan kami singkat, tetapi mampu membuat saya terkagum-kagum kepadanya. Ia merupakan seorang ibu yang sengaja meliburkan diri sebagai seorang ibu. Berangkat dari Bintaro, lalu merebahkan diri sejenak di Yogyakarta, hingga berlabuh ke Salatiga. Sendirian. Begitu hebatnya ia menceritakan “me timenya. 

Selepas beradu cerita, saya dan si Ibu terlelap. Tidak terasa, berpedoman pada aplikasi peta di gawai, ternyata tidak kurang dari 15 menit lagi saya tiba. Sekitar pukul 18.00 sopir menuruti perintah saya untuk memberhentikan mobil di Terminal Tingkir. Suasana dingin menyambut kedatangan saya dengan kasar, menusuk hidung dan tulang belakang. Rasa-rasanya memang tidak ada yang menandingi hawa dingin tempat ini sejauh saya pergi.

Liburan Sederhana di Salatiga
Kawanan bebek adus kali di pinggir sawah/Karisma Nur Fitria

Menjelajah Sawah, Meleburkan Diri

Besok paginya, Sabtu (29/6/2024), saya diajak berkeliling sekitar. Siapa yang tidak setuju dengan kenikmatan udara pagi di sawah?

Tidak jauh dari rumah, cukup lurus saja—begitu petunjuknya. Saya menemukan keajaiban alam Tuhan yang dibantu manusia dalam menatanya. Bentangan sawah seperti anak tangga yang menyegarkan sejauh mata memandang. 

Suasana tersebut belum pernah saya temukan di tanah kelahiran. Apalagi ditambah bumbu kesejukan yang datang dari gemercik sungai jernih menambah kekhidmatan sawah ini. Seketika saya ingat lirik lagu Bebek Adus Kali. Begitulah yang terlintas dalam benak saya ketika melihat sekumpulan bebek dengan riang, nyaman, dan gembira bermain air di kali. Pemandangan ini baru saya dapatkan di sini. Sederhana saja, melihat lenggak-lenggok bebek berenang dengan anggun dan membuat saya tertawa. Sembari membayangkan lirik lagu tadi, bagi saya pengalaman seperti ini sudah cukup bikin puas. 

Melanjutkan penjelajahan, saya dipertemukan dengan seorang petani. Ia tengah khusyuk membajak sawah dengan “sapi modern” yang disebut traktor. Tanah yang tadinya rata menjadi tak keruan bentuknya. Begitulah prosesnya. Sesuatu yang tampak baik belum tentu cocok untuk sesuatu yang tengah disiapkan. 

Liburan Sederhana di Salatiga
Seorang petani tengah membajak lahan sawahnya/Karisma Nur Fitria

Pagi yang sejuk mulai memancarkan sengatan matahari. Tentu saja hal ini tidak menyurutkan semangat petani itu membajak sawahnya. Mendorong traktor andalannya mondar-mandir, yang tampaknya mudah dan sangat seru.

Petani tersebut menyadari kehadiran saya lalu memberikan senyum ramah dan berbalas sapaan pula. Terjadilah percakapan singkat di antara kami. Sebatas bertanya dari mana petani itu mengenal saya sebagai kerabat dari salah seorang warga di sana.

Sebuah desa di Salatiga bernama Medayu, benar-benar menunjukkan keramahtamahan khas orang Jawa. Sepanjang saya melalui jalan menuju sawah, banyak orang dengan ramahnya saling tegur sapa. Mengobrol dengan nyaman di pinggir sawah sambil mengisap tembakau sungguh menjadi pemandangan yang damai. Seperti bapak-bapak itu, yang perbincangannya terdengar menarik sekali. Layaknya para pemuda yang tengah asyik nongkrong di kafe, mereka—para mantan pemuda—nongkrong di sawah dengan nikmat.

Liburan kali ini memang belum jadi liburan terbaik, tapi sudah jadi momen liburan saya yang paling istimewa. Melihat sawah beserta para penghuninya sungguh menenangkan. Celengan kerinduan terhadap Sungai Musi tidak tergadai dengan keberadaan sungai di sawah ini. Akan tetapi, Medayu mampu membawa saya mengagumi Salatiga.

Sawah yang mahal, begitulah sekiranya ungkapan paling tepat untuk tempat ini. Tentu mahal, dilihat dari segala hasil alamnya sebagai ciptaan Tuhan yang tidak ada tandingannya.


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

The post Liburan Sederhana di Salatiga appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/liburan-sederhana-di-salatiga/feed/ 0 42526
Sawah Abadi dan Pengembangan Wisata Agro https://telusuri.id/sawah-abadi-dan-pengembangan-wisata-agro/ https://telusuri.id/sawah-abadi-dan-pengembangan-wisata-agro/#respond Sat, 09 Jan 2021 10:15:03 +0000 https://telusuri.id/?p=26283 Keberadaan sawah abadi selain berfungsi untuk menopang ketahanan pangan dan kelestarian lingkungan, juga dapat dimanfaatkan untuk pengembangan wisata agro. Sebagai negara yang makanan pokok penduduknya adalah nasi, padi menjadi tanaman penting bagi masyarakat Indonesia. Itu...

The post Sawah Abadi dan Pengembangan Wisata Agro appeared first on TelusuRI.

]]>
Keberadaan sawah abadi selain berfungsi untuk menopang ketahanan pangan dan kelestarian lingkungan, juga dapat dimanfaatkan untuk pengembangan wisata agro.

Sebagai negara yang makanan pokok penduduknya adalah nasi, padi menjadi tanaman penting bagi masyarakat Indonesia. Itu artinya, keberadaan sawah menjadi penting bagi masyarakat negeri kepulauan terbesar di dunia ini. 

Artinya pula, menciutnya lahan sawah bisa menjadi sebuah ancaman serius bagi ketahanan pangan sebagian besar rakyat negeri ini. Meski demikian, dari waktu ke waktu, menciutnya lahan sawah akibat alih fungsi lahan toh ternyata semakin sulit dihindari sekarang ini.

Data dari Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional menyebut alih fungsi lahan sawah menjadi non sawah mencapai 150.000-200.000 hektar setiap tahunnya.

Budaya lokal

Bila dicermati lebih jauh, alih fungsi sawah menjadi lahan non-pertanian sebenarnya bukan hanya bisa mengancam aspek ketahanan pangan, tetapi juga dapat mengancam kesehatan lingkungan dan kelestarian budaya lokal. Mengapa demikian? Karena selain sebagai lahan pemasok beras, sawah memiliki multi fungsi terkait dengan kesehatan alam lingkungan sekitar dan budaya masyarakat lokal. 

Ada paling tidak tujuh peran penting sawah dalam konteks ini.

Pertama, sawah membantu mengendalikan banjir lantaran sawah menampung dan menyerap air hujan. Diperkirakan satu hektar sawah dapat menampung sekitar 3.000 kubik meter air. Dengan demikian, sawah menjadi salah satu lahan potensial pengendali banjir. Berkurangnya lahan sawah berarti berkurangnya daerah penampung air hujan. Ini pada gilirannya akan mempermudah terjadinya banjir.

Kedua, sawah ikut menjaga kelestarian sumber air. Rata-rata, sawah digenangi air dengan ketinggian antara 100-150 mm. Air yang menggenang di sawah ini sebagian masuk ke dalam tanah dan kemudian menjadi cadangan air tanah. Sebagian lagi mengalir ke sungai dan saluran air lainnya sebagai sumber air permukaan.

Ketiga, sawah membantu mengendalikan erosi tanah. Erosi tanah bukan hanya menghilangkan kesuburan tanah dan menurunkan produksi pertanian, namun juga mengakibatkan terjadinya sedimentasi yang melahirkan pendangkalan pada aliran sungai. Sawah dengan struktur permukaan tanahnya yang khas dan petak-petaknya terbukti bisa mengatasi dampak turunnya hujan pada tanah sekaligus mengendalikan erosi tanah. Ini membuktikan bahwa lahan sawah memiliki kapasitas untuk melindungi terjadinya erosi tanah.

Keempat, sawah membantu membersihkan udara. Tanaman padi di sawah menyerap karbondioksida serta melepaskan oksigen yang dibutuhkan manusia ke udara. Semakin luas lahan sawah maka semakin besar jumlah karbondioksida yang diserap serta semakin besar pula pasokan oksigen ke udara.

Kelima, sawah berfungsi sebagai penyejuk udara. Air yang menguap dari sawah menyebabkan suhu di atas lahan sawah biasanya jauh lebih rendah dibandingkan suhu kawasan di sekitarnya. Ini bisa menjadi penyeimbang suhu secara keseluruhan. Berkurangnya lahan sawah akan menyebabkan terjadinya kenaikan suhu sekitar.

 Keenam, sawah sebagai lahan pelestarian keanekaragaman hayati. Berbagai flora serta fauna hidup di lingkungan sawah. Masing-masing membentuk sebuah ekosistem yang saling bergantung dan saling mendukung. Menghilangnya lahan sawah melenyapkan pula berbagai flora dan fauna yang pada gilirannya merusak keanekaragaman hayati.

Ketujuh, dari sisi budaya masyarakat, keberadaan sawah telah melahirkan berbagai seni-budaya tradisi di dalam masyarakat kita. Berbagai seni-budaya tradisi ini biasa dipraktikkan pada saat sebelum dan sesudah masa panen. Kini, seiring makin menciutnya lahan-lahan sawah, berbagai seni-budaya tradisi khas itu pun kian terpinggirkan dan dikhawatirkan lambat laun bakal punah.

Wisata agro

Menyadari betapa pentingnya peran sawah dalam konteks pelestarian lingkungan dan pelestarian seni tradisi, jelas, alih fungsi sawah seharusnya makin dibatasi.

Program sawah abadi seperti yang telah dijalankan oleh sejumlah pemerintah daerah bisa menjadi salah satu pilihan dalam upaya melestarikan keberadaan sawah dengan aneka manfaatnya sebagaimana dipaparkan di muka. 

Tentu saja, keberadaan kawasan sawah abadi ini sampai kapan pun tidak boleh diganggu-gugat dengan alasan apa pun. Selain bertujuan untuk menghasilkan beras, keberadaan sawah abadi ini juga bisa diarahkan untuk pelestarian keanekaragaman flora dan fauna kawasan sawah beserta ekosistemnya yang berfungsi sebagai wilayah penyangga kehidupan.

Di samping itu, kawasan sawah abadi ini dapat juga diperuntukkan untuk keperluan riset pengetahuan dan pendidikan serta keperluan wisata agro. Sejumlah paket wisata yang bisa ditawarkan dalam wisata persawahan ini di antaranya saja adalah belajar menanam dan memanen padi, memandikan kerbau, membajak sawah, mengail belut, menangkap tutut (siput sawah) dan menjala wader (ikan kecil dalam famili Cyprinidae). 

Paket lainnya yang dapat ditawarkan dalam wisata persawahan adalah kuliner persawahan serta pertunjukan seni dan budaya yang biasa digelar masyarakat lokal saat hendak menanam padi ataupun saat hendak memanen padi.

Apabila dikelola dan dipasarkan dengan baik, saya yakin wisata persawahan ini dapat menjadi paket wisata yang sangat menarik serta unik, baik bagi wisatawan domestik maupun wisatawan mancanegara.

Khusus untuk kalangan anak-anak sekolah, selain menjadi wahana rekreasi, wisata persawahan dapat menjadi sarana pendidikan dan pengenalan terhadap berbagai aspek lingkungan hidup maupun tradisi budaya leluhur kita di sektor pertanian berikut aneka kearifan lokalnya.


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage TelusuRI.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

The post Sawah Abadi dan Pengembangan Wisata Agro appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/sawah-abadi-dan-pengembangan-wisata-agro/feed/ 0 26283