seni Archives - TelusuRI https://telusuri.id/tag/seni/ Media Perjalanan dan Pariwisata Indonesia Sat, 01 Jul 2023 16:08:18 +0000 id hourly 1 https://wordpress.org/?v=6.8.1 https://i0.wp.com/telusuri.id/wp-content/uploads/2023/06/cropped-TelusuRI-TPPSquare-1.png?fit=32%2C32&ssl=1 seni Archives - TelusuRI https://telusuri.id/tag/seni/ 32 32 135956295 7 Festival Seni Budaya Bulan Juli dan Agustus yang Harus Kamu Tonton https://telusuri.id/7-festival-seni-budaya-bulan-juli-dan-agustus-yang-harus-kamu-tonton/ https://telusuri.id/7-festival-seni-budaya-bulan-juli-dan-agustus-yang-harus-kamu-tonton/#respond Mon, 03 Jul 2023 04:00:00 +0000 https://telusuri.id/?p=39193 Indonesia adalah gudangnya seni dan budaya yang beraneka ragam. Ratusan kelompok etnik dan ribuan suku bangsa yang tersebar di tanah air memiliki bentuk kesenian dan kebudayaan, bahkan bahasanya masing-masing. Mulai dari budaya spiritual, seni rupa,...

The post 7 Festival Seni Budaya Bulan Juli dan Agustus yang Harus Kamu Tonton appeared first on TelusuRI.

]]>
Indonesia adalah gudangnya seni dan budaya yang beraneka ragam. Ratusan kelompok etnik dan ribuan suku bangsa yang tersebar di tanah air memiliki bentuk kesenian dan kebudayaan, bahkan bahasanya masing-masing. Mulai dari budaya spiritual, seni rupa, tarian, busana, musik, dan lain sebagainya. 

Kekayaan seni dan budaya tersebut telah banyak terekam dalam pelbagai media sebagai bentuk pelestarian. Salah satunya penyelenggaraan festival-festival di tingkat daerah hingga nasional. TelusuRI merangkum tujuh festival seni budaya di bulan Juli dan Agustus yang layak banget buat kamu tonton.

1. ARTJOG 2023

Tanggal: 30 Juni—27 Agustus 2023
Lokasi: Jogja National Museum, Provinsi D. I. Yogyakarta

ARTJOG merupakan pameran dan festival seni kontemporer yang telah berlangsung sejak 2008. Sebagai bagian dari Festival Kesenian Yogyakarta, ARTJOG merupakan wadah interaksi para pelaku dan penikmat seni untuk menumbuhkan edukasi dan pengalaman kesenian terbaru. Tajuk pameran ARTJOG 2023 adalah “Motif: Lamaran”. Di situs resminya, makna tema tersebut merupakan upaya ARTJOG lebih dekat menjelajah bahasa motif dan cara para seniman mengerjakannya. ARTJOG mengajukan lamaran kepada para seninan untuk memamerkan berbagai khazanah motif karyanya.

Jangan lewatkan berbagai agenda main performance dalam pameran seni rupa tahunan ini. Kamu bisa membeli tiket, memilih, dan menonton beberapa pertunjukan utama yang telah dijadwalkan selama penyelenggaraan festival. Kamu akan melihat kiprah dan dedikasi para seniman dalam mengisi sejarah panjang kesenian di Indonesia.

2. Banyuwangi Ethno Carnival

Tanggal: 5—9 Juli 2023
Lokasi: Taman Blambangan dan kawasan Pemerintah Kabupaten Banyuwangi, Provinsi Jawa Timur

Di antara seabrek festival di Tanah Osing dalam satu tahun, semarak Banyuwangi Ethno Carnival (BEC) tidak boleh kamu lewatkan. BEC 2023 mengambil tema “The Magical of Ijen Geopark”, dalam rangka menyambut pengakuan Geopark Ijen oleh UNESCO Global Geoparks. Rangkaian festival yang masuk dalam kalender Karisma Event Nusantara (KEN) Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif tersebut akan berlangsung selama lima hari, dengan acara parade puncak pada 8 Juli 2023.

Karnaval busana ini akan dimeriahkan oleh 75 peserta yang telah lolos seleksi. Mereka adalah pelajar dari tingkat SD hingga SMA di Kabupaten Banyuwangi. Para peserta akan menampilkan keragaman motif bertema taman bumi yang ada di Banyuwangi. Tema besar itu nantinya terbagi menjadi tujuh subtema sesuai kelompok umur. Kawah Ijen dan Pantai Sembulungan untuk anak-anak. Adapun untuk dewasa yakni Pantai Parang Ireng, Pantai Sukamade, Pulau Merah, Air Terjun Lider, dan Alas Purwo.

3. Tenggarong International Folk Art Festival

Tanggal: 9—15 Juli 2023
Lokasi: Kawasan pusat pemerintahan Kabupaten Kutai Kartanegara, Provinsi Kalimantan Timur

Mengangkat tema “Nusantara Namaku, Jaya Negeriku”, Tenggarong International Folk Art Festival (TIFAF) kembali hadir dan akan berlangsung hampir sepekan. Pemerintah setempat selaku panitia festival mengundang sembilan kabupaten dan kota di Provinsi Kalimantan Timur, 11 tamu luar provinsi, dan enam negara untuk memeriahkan TIFAF. TIFAF tahun ini juga terintegrasi dengan penyelenggaraan Organization of Islamic Coorporation Cultural Activity (OICCA) 2023, yang mana Kalimantan Timur menjadi tuan rumah. OICCA merupakan forum moderasi beragama dan pengembangan budaya dengan anggota delegasi lebih dari 50 negara muslim.

TIFAF 2023 menggabungkan seni tradisional dan kontemporer, mencakup pertunjukan tarian, musik, karnaval, olahraga, hingga bazar. Selain menampilkan kesenian lokal khas Kutai Kartanegara (Kukar), TIFAF juga menyajikan seni dan budaya daerah lainnya di Indonesia bahkan mancanegara. Festival ini diharapkan memperkuat keberadaan Kukar sebagai “Kota Raja” sekaligus wilayah kerajaan tertua di Nusantara.

4. Festival Nasional Reog Ponorogo

Tanggal: 14—18 Juli 2023
Lokasi: Alun-alun Kabupaten Ponorogo, Provinsi Jawa Timur

Festival Nasional Reog Ponorogo (FNRP) merupakan rangkaian pesta kesenian rakyat dan peringatan Grebeg Suro yang berlangsung pada bulan Muharram. Festival tahunan ini terselenggara bersamaan dengan hari jadi Kabupaten Ponorogo. Puncak acara biasanya dilaksanakan pada malam 1 Muharram, atau sama dengan 1 Suro dalam kalender Jawa. Tahun ini, FNRP masuk ke dalam 10 besar Karisma Event Nusantara (KEN) Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Peserta dan penonton tidak hanya dari tingkat nasional, tetapi juga internasional.

Daya tarik terbesar festival ini adalah penampilan kesenian tradisional khas Ponorogo, yaitu reog. Rego terkadang mengandung unsur magis, dengan penari utama mengenakan topeng berbentuk kepala harimau dan lembaran mahkota besar yang terbuat dari bulu merak. Kesenian ini memadukan tarian dan narasi cerita Panji yang dilakukan puluhan orang, seperti para penari bertopeng maupun penunggang kuda lumping, pemain musik, dan pengiring lainnya.

5. Jember Fashion Carnival

Tanggal: 4—6 Agustus 2023
Lokasi: Sepanjang jalan kota di Kabupaten Jember, Provinsi Jawa Timur

Jember Fashion Carnaval (JEC), salah satu acara karnaval fashion legendaris di Indonesia akan berlangsung di awal Agustus 2023. Event gagasan Dynand Fariz yang telah digelar sejak 2003 itu bersiap kembali menampilkan beragam keseruan tren mode dunia. Mulai dari yang kekinian hingga tema busana nasional dari daerah tertentu.

Mengacu pada Instagram resmi JEC, terdapat setidaknya enam agenda utama yang akan tersaji:Wonderful Archipelago Carnival Indonesia, Pets Carnival, Artwear Carnival (Fashion Art), World Kids Carnival (WKC), Grand Carnival of Jember Fashion Carnaval, dan Stage Performing Art (Exhibition Area). Parade meriah JEC tidak hanya diisi oleh penampil lokal, tetapi juga peserta dari mancanegara.

6. Festival Budaya Lembah Baliem

Tanggal: 7—10 Agustus 2023
Lokasi: Kabupaten Jayawijaya, Provinsi Papua Pegunungan

Setelah absen hampir tiga tahun karena pandemi Covid-19, Pemerintah Kabupaten Jayawijaya berencana menyelenggarakan kembali Festival Budaya Lembah Baliem (FBLB) tahun ini. Event ini merupakan festival unggulan Indonesia yang legendaris dan telah berlangsung lebih dari tiga dasawarsa. Selain itu juga menjadi ikon promosi pariwisata Papua yang mendunia.

Rangkaian penampilan kesenian dan budaya lokal yang tersaji antara lain pertunjukan kolosal perang antarsuku sebagai edukasi sejarah, tarian adat, karapan babi, kegiatan memasak ala tradisional, dan lain sebagainya. Tidak hanya penduduk lokal saja, wisatawan domestik maupun asing pun dapat terlibat memainkan salah satu atraksi kebudayaan yang dilombakan. Tahun ini, FBLB direncanakan terlaksana lebih meriah dibanding tahun 2019. Pemerintah setempat akan mengundang 40 distrik di seluruh Kabupaten Jayawijaya untuk bergabung.

7. Tomohon International Flower Festival

Tanggal: 8—12 Agustus 2023
Lokasi: Sepanjang jalan protokol Kota Tomohon, Provinsi Sulawesi Utara

Bunga memang menjadi ikon dan aset terbesar Tomohon. Sejak 2006, Tomohon telah menggelar pawai bunga sebagai perayaan hari jadi kota yang berjarak sekitar 26 kilometer dari Manado tersebut. Dua tahun kemudian, pemerintah kota untuk pertama kalinya menyelenggarakan Tomohon International Flower Festival (TIFF).

TIFF lebih dari sekadar parade seni lokal yang penuh riasan bunga. Festival berskala internasional ini juga telah menjadi atraksi wisata budaya sekaligus agribisnis, yang dapat meningkatkan taraf hidup para petani dan perajin rangkai bunga. Sebagai daerah yang terletak di antara dua gunung berapi, Lokon (1.580 mdpl) dan Mahawu (1.311 mdpl), kota ini berlimpah varietas bunga yang tumbuh subur. Lebih dari 20 varietas bunga seruni (krisan) beraneka warna, lili, mawar, hingga bunga endemik anggrek kelapa (Phajus thankervillae) membuat Tomohon tampak semarak.


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

The post 7 Festival Seni Budaya Bulan Juli dan Agustus yang Harus Kamu Tonton appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/7-festival-seni-budaya-bulan-juli-dan-agustus-yang-harus-kamu-tonton/feed/ 0 39193
Belajar Seni dan Budaya di Omah Petroek Karang Kletak, Yogyakarta https://telusuri.id/belajar-seni-dan-budaya-di-omah-petroek-karang-kletak-yogyakarta/ https://telusuri.id/belajar-seni-dan-budaya-di-omah-petroek-karang-kletak-yogyakarta/#respond Tue, 06 Sep 2022 09:00:00 +0000 https://telusuri.id/?p=35174 Tepat 12.30 WIB selepas Zuhur, saya dan keluarga berangkat dari Wedomartani menuju Omah Petroek. Perjalanan kami tidak menempuh waktu yang lama. Jika mengendarai motor, hanya kurang dari 20 menit saya bisa tiba di sana. Sayangnya,...

The post Belajar Seni dan Budaya di Omah Petroek Karang Kletak, Yogyakarta appeared first on TelusuRI.

]]>
Tepat 12.30 WIB selepas Zuhur, saya dan keluarga berangkat dari Wedomartani menuju Omah Petroek. Perjalanan kami tidak menempuh waktu yang lama. Jika mengendarai motor, hanya kurang dari 20 menit saya bisa tiba di sana. Sayangnya, karena kami bertiga ditambah dengan penumpang bayi satu, jadilah kami mengendarai kendaraan roda empat sehingga durasi perjalanan menjadi lebih lama. Jika perjalanan dilakukan pada hari biasa, waktu tempuh menggunakan mobil sama seperti menggunakan motor.

Iya, Yogyakarta cukup padat akhir-akhir ini apalagi saat akhir pekan. Banyak titik kemacetan khususnya di Kabupaten Sleman. Untuk menuju wilayah Pakem saja, kami menemui tiga titik kemacetan. Pertama, di perempatan Kaliurang; kedua, di Kampus UII; dan ketiga, di Waroeng Raminten. Selepas dari situ, perjalanan baru lancar.

Jalanan di daerah Kaliurang memang terkenal naik turun, termasuk rute menuju Omah Petroek. Kanan kiri merupakan hamparan sawah dan perkebunan. Menyenangkan.

Area Parkiran Omah Petroek
Area parkir Omah Petroek/Annise Sri

Kami sampai di Omah Petroek pukul 13.15 WIB. Tanpa berpikir panjang, suami saya langsung memarkir mobil di area yang telah disediakan. Plang bertuliskan “Kita Berteman Sudah Lama, Selamat Datang di Omah Petroek” menandakan kita telah sampai di tempat wisata edukasi dan seni Omah Petroek. Sebelum memasuki kawasan, kami membayar tiket Rp10.000 per orang.

Memasuki area depan Omah Petroek ada rimbunan pepohonan, patung Ki Hajar Dewantara, dan patung kerbau—yang hanya tinggal kerangka iganya saja tetapi masih berdiri dengan keempat kakinya—menyambut kedatangan kami. Suasananya sangat ramah dan tenang. Tak heran kalangan seniman dan penulis kerap mencari inspirasi di sini.

Lebih dalam lagi, ada sebuah rumah kecil dengan papan bertuliskan Loji Semar. Bangunan ini lebih mirip front office yang di samping temboknya ada papan bertuliskan “Wedang Uwuh Gula Jawa, Sugeng Rawuh Atur Kawula”. Di bawah tulisan tersebut tertulis alamat Omah Petroek yang berada di Karang Kletak, Dusun Wonorejo, Hargobinangun, Pakem, Sleman, Yogyakarta.  

Konsep Bhineka Tunggal Ika dalam Karya Seni

Pura Omah Petroek
Suasana di Omah Petroek/Annise Sri

Di sini, banyak karya seni yang menurut saya sangat menarik. Pada bagian belakang terdapat miniatur tempat peribadatan dari seluruh lintas agama di Indonesia. Saat saya mengunjungi bangunan peribadatan umat Hindu, yakni pura, saya melihat banyak sekali sisa-sisa dupa dan bunga yang telah mengering di area tengah pura. Sekilas, bentuk pura ini sangat mirip dengan pura-pura yang ada di Bali. Material bangunannya sengaja dibuat dari batu kali atau batu andesit, sehingga terlihat natural dan menyatu dengan alam. 

Langgar Tombo Ati Omah Petroek
Langgar Tombo Ati di Omah Petroek/Annise Sri

Di sebelah selatan, terdapat langgar yang merupakan wujud bangunan keagamaan umat Islam. Langgar tersebut dinamai Langgar Tombo Ati. Uniknya, di depan langgar tersebut terdapat patung Gus Dur dengan sayap. Sebenarnya, ada juga  patung Gus Dur yang duduk di kursi bangku panjang di depan langgar tersebut, sayangnya pengelola tidak memajang patung tersebut saat saya berkunjung.

Patung Gus Dus Punya Sayap
Patung Gus Dur dengan sayap/Annise Sri

Ke selatan, terdapat tempat peribadatan umat Budha yaitu candi. Bentuknya cukup unik, tidak seperti candi-candi kebanyakan yang pernah saya jumpai. Ada patung Budha Gautama di puncaknya. Lalu terdapat patung Budha-Budha kecil melingkar mengelilingi hingga ke bawah. Di atasnya juga terdapat patung Dewi Kwan Im. Lalu, pada sisi sebelah timur candi, terdapat sendang yang digunakan untuk meditasi.

Klenteng Kecil di Omah Petroek
Klenteng di Omah Petroek/Annise Sri

Tempat peribadatan keempat adalah klenteng yang merupakan tempat peribadatan umat Kong Hu Chu. Di depan bangunannya terdapat perapian dupa. Di sebelah kiri kanan pintu masuk terdapat patung singa khas Cina. Di dalam klenteng juga terdapat beberapa alat ibadah yang terbuat dari kuningan.

Tempat peribadatan yang terakhir adalah kapel yang dibangun agak menjorok ke bawah. Di sana terdapat patung Yesus, Bunda Maria, dan sapi putih dilengkapi dengan salib. Model bangunannya juga di bangun dari susunan batu andesit, sehingga lebih nampak menyatu dengan alam. 

Patung Mbok Turah dan Kebudayaan Jawa   

Patung Mbok Turah dan Anak-anak
Patung Mbok Turah dan anak-anak/Annise Sri

Selain tempat peribadatan, ada sebuah patung perempuan yang menyita perhatian saya. Saya pun bertanya kepada suami, “Ini patung apa ya? Kok kelihatannya patung spesial?” 

“Itu patung Mbok Turah yang disimbolkan sebagai penjaga keseimbangan alam,” jawab suami saya. Maklum kami tak punya tour guide, dan kebetulan saja suami saya kenal dengan ketua Omah Petroek yaitu Romo Sindhunata. Romo Sindhu adalah penulis dengan banyak karya sekaligus seniman. 

Awalnya Omah Petroek hanya digunakan sebagai tempat meditasi dalam rangka mencari inspirasi menulis bagi Romo Sindhu dan para penulis lainnya. Lama kelamaan banyak seniman yang ingin menaruh karya di sini. Jadilah Omah Petroek saat ini. Sarana edukasi, seni dan budaya sangat ditonjolkan dari kawasan ini, termasuk ikon Mbok Turah.

Mbok Turah adalah patung seorang ibu yang duduk di lantai dengan mengenakan kebaya khas Jawa. Patung itu dikelilingi oleh anak-anak dimana menguatkan pemaknaan cinta kasih seorang ibu yang turah-turah atau berlebih. Sosok Mbok Turah ini melambangkan alam yang selalu memberi lebih kepada manusia. 

Selain patung Mbok Turah yang lekat dengan mitologi alam, ada beberapa patung yang menggambarkan ritual adat Jawa seperti tumpengan. Patung-patung ini berada tepat di belakang patung Mbok turah. Patung laki-laki yang berjumlah kurang lebih 12 buah, ditata melingkar dengan dua saf.

Di depan patung-patung itu tersaji aneka replika makanan khas tumpengan. Ada nasi tumpeng dengan berbagai lauk, ada buah-buahan dan ada juga ayam ingkung. Selain karya seni budaya dan bentuk simbol kerukunan umat beragama, masih banyak berbagai patung dan karya seni lain.

Sore itu, saya dan keluarga sudah keburu kelelahan berkeliling Omah Petroek. Belum semua kami jelajahi.

Bagi teman-teman yang mencari tempat liburan edukatif, punya nilai budaya dan kebhinekaan, Omah Petroek adalah pilihan.


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan TikTok kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

The post Belajar Seni dan Budaya di Omah Petroek Karang Kletak, Yogyakarta appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/belajar-seni-dan-budaya-di-omah-petroek-karang-kletak-yogyakarta/feed/ 0 35174
Nonton 3 Film Pendek dalam Semalam di Ruang Mes 56 https://telusuri.id/pendek-dan-kekar-ruang-mes-56/ https://telusuri.id/pendek-dan-kekar-ruang-mes-56/#respond Thu, 13 Jun 2019 16:30:47 +0000 https://telusuri.id/?p=14577 Saya pikir saya nyasar. Untung saja ada dua orang muda-mudi yang kebetulan lewat naik motor saat saya sudah balik arah. Kepada mereka saya coba tanya lokasi Ruang Mes 56. Ternyata jalan yang saya ambil tidak salah....

The post Nonton 3 Film Pendek dalam Semalam di Ruang Mes 56 appeared first on TelusuRI.

]]>
Saya pikir saya nyasar.

Untung saja ada dua orang muda-mudi yang kebetulan lewat naik motor saat saya sudah balik arah. Kepada mereka saya coba tanya lokasi Ruang Mes 56. Ternyata jalan yang saya ambil tidak salah. Tempat yang tadi saya kira kos-kosan itulah ternyata Ruang Mes 56.

Malam sebelumnya, saya dapat info soal Ruang Mes 56 dari kenalan baru, seniman lulusan ISI. Solar namanya. Ia menggelar pameran di Kedai Kebun dan kami mengobrol banyak. Di sela-sela obrolan tentang pamerannya, saya diam-diam curhat soal keinginan untuk mempir ke berbagai ruang alternatif di Jogja. Tersebutlah nama Ruang Mes 56. Letaknya di Jalan Mangkuyudan No. 53A.

ruang mes 56
Ruang Mes 56 yang tampak seperti kos-kosan/Dewi Rachmanita Syiam

Gobi, teman saya yang juga lulusan ISI, sempat bercerita sedikit soal sejarah Ruang Mes 56. Katanya ruang itu memang aslinya kos-kosan yang disulap sedemikian rupa jadi ruang alternatif berbagai disiplin seni, mulai dari fotografi (plus ruang gelapnya) sampai videografi (dengan bioskop mininya).

Ruang Mes 56 ini “sarangnya” anak-anak ISI, khususnya mereka yang kuliah di jurusan fotografi. Setelah lama kumpul-kumpul dan beberapa kali pindah lokasi, jadilah Ruang Mes 56 seperti yang bisa dilihat sekarang. Dan kini mereka sudah dapat dukungan khusus dari Bekraf.

Beruntung saya malam itu ada program berjudul “Pendek dan Kekar” yang memutar beberapa film pendek secara gratis selama bulan Juni. Dari selebaran dan obrolan dengan beberapa orang di Ruang Mes 56, film pendek dipilih lantaran dianggap impresif. Tensinya pun ditata sedemikian rupa dalam durasi yang pendek. Selain itu, setiap film pendek juga merepresentasikan sesuatu lewat kekhasan cara bertutur, ide, dan sudut pandang tentang peristiwa dan latarnya, termasuk Jogja.

Nonton 3 film pendek selama sekitar 90 menit

Malam itu jadwalnya tiga film yang akan diputar—Happy Family, Kembalilah dengan Tenang, dan Loz Jogjakartoz. Masing-masing berdurasi 24, 25, dan 29 menit.

ruang mes 56
Buku program “Pendek dan Kekar”/Dewi Rachmanita Syiam

Sebelum menonton, saya perlu menulis data diri singkat di secarik kertas, begitu juga belasan anak muda Jogja dan dua warga negara asing yang malam itu ikut menonton. Lalu, menjelang film diputar, terdengar suara pemberitahuan khas dari corong pengeras agar penonton segera masuk bioskop mini.

Bioskop itu benar-benar mini. Supermini malah. Hanya ada 10 kursi santai yang malam itu akhirnya disesaki 12 orang. Jarak kursi dengan layar pun tak seberapa jauh. Secara otomatis, saya membandingkan ruangan itu dengan beberapa bioskop alternatif di daerah lain yang pernah saya kunjungi; Ruang Mes 56 memang paling mini.

Lalu, bergiliran film-film diputar.

Film pertama, Happy Family bercerita soal seorang ayah mencari anaknya yang pergi ke Yogyakarta. Modal yang ia punya untuk mencari anaknya hanya alamat dari agen penyalur tenaga kerja. (Sejak awal film saya sebenarnya sudah agak heran mendapati bahwa frame film itu agak gepeng. Tapi saya tahan saja untuk tidak berkomentar. Mungkin memang seperti itu konsep filmnya, pikir saya. Namun, ketika belakangan saya berkesempatan mengobrol dengan Eden Junjung, sang sutradara, menurutnya bingkai film itu aslinya tidak gepeng.)

ruang mes 56
Rangkaian acara menonton film-film pendek di “Pendek dan Kekar”/Dewi Rachmanita Syiam

Kembalilah dengan Tenang jadi film kedua. Ceritanya soal gambaran krisis lahan pemakaman di Jogja. Apik. Ini jadi favorit saya. Sayang, film berjalan tanpa terjemahan bahasa Indonesia, apalagi Inggris. Alhasil, dua bule yang duduk di deret depan pun tampak bingung tengok sana-sini lantaran tak paham bahasa Jawa yang digunakan para pemain.

Film terakhir Loz Jogjakartoz punya nuansa warna yang berbeda dari dua film sebelumnya. Lebih warna-warni dan kontras. Kisahnya tentang sebuah burung mahal yang diperebutkan banyak orang dan malah membawa pemiliknya tersandung banyak permasalahan.

Selama nonton sekitar 90 menit itu, saya duduk di deret kedua. Berdempetan dengan para anak muda Jogja lain yang haus tontonan underground. Saya sempat mengobrol dengan beberapa dari mereka. Ujung-ujungnya saya malah dapat rekomendasi ruang-ruang alternatif lain di Jogja. Mereka ternyata seperti Solar yang merasa Jogja butuh ruang-ruang alternatif yang mewadahi berbagai disiplin seni.

Mungkin nanti saat ke Jogja lagi perburuan ruang alternatif akan kembali saya lanjutkan. Untuk sementara waktu, saya mesti tahan keinginan tersebut sebab saya mesti berkemas untuk melancong ke Kebumen.


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage TelusuRI.

Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

The post Nonton 3 Film Pendek dalam Semalam di Ruang Mes 56 appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/pendek-dan-kekar-ruang-mes-56/feed/ 0 14577