sepak bola Archives - TelusuRI https://telusuri.id/tag/sepak-bola/ Media Perjalanan dan Pariwisata Indonesia Mon, 19 Dec 2022 05:05:31 +0000 id hourly 1 https://wordpress.org/?v=6.8.1 https://i0.wp.com/telusuri.id/wp-content/uploads/2023/06/cropped-TelusuRI-TPPSquare-1.png?fit=32%2C32&ssl=1 sepak bola Archives - TelusuRI https://telusuri.id/tag/sepak-bola/ 32 32 135956295 Menyaksikan Laga PSM Makassar di Stadion Manahan Solo https://telusuri.id/menyaksikan-laga-psm-makassar-di-stadion-manahan-solo/ https://telusuri.id/menyaksikan-laga-psm-makassar-di-stadion-manahan-solo/#respond Tue, 27 Dec 2022 04:00:00 +0000 https://telusuri.id/?p=36746 Sebagai orang yang terlahir di tanah Sulawesi Selatan, ada suatu kebanggaan tersendiri melihat salah satu klub sepak bola—PSM Makassar—masih eksis dan bersaing di Liga 1, kasta tertinggi persepakbolaan Indonesia. PSM Makassar menjadi satu-satunya klub dari...

The post Menyaksikan Laga PSM Makassar di Stadion Manahan Solo appeared first on TelusuRI.

]]>
Sebagai orang yang terlahir di tanah Sulawesi Selatan, ada suatu kebanggaan tersendiri melihat salah satu klub sepak bola—PSM Makassar—masih eksis dan bersaing di Liga 1, kasta tertinggi persepakbolaan Indonesia. PSM Makassar menjadi satu-satunya klub dari Indonesia timur yang masih bertahan sepeninggal Persipura Jayapura yang terdegradasi ke Liga 2 musim lalu.

Atas dasar kebanggan melihat PSM inilah yang kemudian mendorong saya untuk menonton pertandingannya secara langsung melawan Persis Solo di Stadion Manahan Solo, Jawa Tengah. Dengan mengendarai motor yang telah terisi dengan BBM Pertalite tiga liter, saya bersama kawan saya—Asrijal—berangkat menuju Solo tepat pada jam 12.30 WIB (Kamis, 29/9/2022).

Ini memang bukan perjalanan yang singkat, tapi demi klub kebanggan, jarak kurang lebih 60 km tak menjadi halangan. Paling, punggung jadi pegal karena berkendara sekitar dua jam.

Stadion Manahan Solo
Stadion Manahan Solo/Ammar Mahir Hilmi

Kami lalu tiba di Stadion Manahan, Kota Surakarta, atau yang lebih akrab disebut Solo. Setelah membayar tarif parkir stadion sebesar Rp3.000, kami langsung menemui perwakilan kelompok suporter The Macz-Man zona Jogja untuk menukarkan tiket yang telah kami pesan beberapa hari sebelumnya. Harga tiket sebesar Rp70.000 untuk kelas VIP sayap selatan. Harganya sebanding, bahkan tergolong murah untuk ukuran Stadion Manahan yang telah berstandar Internasional.

Sembari menikmati sore hari di tribun stadion, saya kagum melihat bagaimana mewahnya stadion ini berdiri. Sulawesi Selatan sendiri, belum punya stadion bertaraf internasional. Bahkan untuk sekedar menggelar pertandingan skala nasional Liga 1, PSM harus bekerja keras hingga menit-menit akhir batas waktu verifikasi Stadion B.J. Habibie di Kota Parepare agar masuk kategori “layak” menggelar pertandingan.

Entah apa yang ada di dalam pikiran para pemangku kebijakan sehingga tidak tampak niatan membangun stadion berstandar Internasional di sana. Para suporter setia PSM—termasuk saya—hanya bisa mengelus dada setiap kali ada agenda awayday di Pulau Jawa dan menyaksikan sendiri stadion-stadion di sini lebih apik.

Sungguh situasi yang sangat bertolak belakang dengan yang ada di Sulawesi Selatan. Semoga kelak ide membangun stadion tidak hanya menjadi wacana yang terus menerus diulang setiap kali menyambut pilkada demi meraih suara rakyat.

Kembali ke Stadion Manahan, mulai dari check in dan pemeriksaan barang bawaan di pintu masuk, hingga masuk ke area tribun, kita akan disuguhi dengan desain dan tata kelola stadion yang bersih, rapi, dan modern. Meski pada rancangan model stadion yang masih menggunakan lintasan atletik, kursi penonton telah menggunakan single seat dan bercorak batik kawung khas Solo berwarna biru, kuning, dan merah.

Skor babak pertama antara Persis Solo versus PSM Makassar berkedudukan imbang 1-1. Langit telah mulai gelap ketika kick off babak kedua dimulai. Pada momen ini lagi kita dapat melihat keunggulan fasilitas Stadion Manahan, yang membuat kami suporter PSM Makassar kembali iri. Kapasitas lampu yang mencapai 1.500 lux yang berstandar FIFA menambah kesan mewah stadion yang juga akan menjadi salah satu venue Piala Dunia U-20 tahun 2023. Dengan pencahayaan yang merata di semua titik dan tidak membuat silau, keseruan pertandingan tetap dapat kita nikmati tanpa harus khawatir kekurangan pencahayaan.

Berbagai fasilitas yang ada, tambah dengan jalannya pertandingan yang seru dengan saling jual beli serangan, kiranya tidak sia-sia telah menginvestasikan uang dan waktu untuk motoran jauh dari Jogja menuju Solo untuk menyaksikan pertandingan ini. Tampak kelompok suporter baik dari tuan rumah Persis Solo maupun PSM Makassar tidak henti-hentinya menyanyikan yel-yel masing-masing sebagai bentuk dukungan ke tim kebanggan. 

Meski terdapat beberapa kali insiden antar pemain yang membuat beberapa kali pertandingan sempat terhenti, kedua suporter tetap aman dan damai, bahkan berbagi tribun di area VIP sayap selatan stadion. Pemandangan dan sikap supporter inilah yang harus ada di setiap pertandingan sepak bola. Kiranya sepak bola adalah pemersatu dan hiburan rakyat, maka sudah layaknya rivalitas hanya 90 menit di lapangan. Selebihnya semua kembali melebur jadi satu sebagai saudara.

Koridor Stadion
Koridor stadion/Ammar Mahir Ilmi

Hingga akhir babak kedua, tidak ada lagi tambahan gol yang tercipta. Kedua tim praktis berbagi satu poin di klasemen liga. Seperti tradisi-tradisi klub sepak bola setiap kali pertandingan selesai, tiap tim akan menyempatkan untuk menyanyikan anthem-nya masing-masing sebagai tanda terima kasih kepada suporter yang telah hadir dan mendukung timnya. Tidak terkecuali PSM dan Persis yang melakukan hal serupa secara bergantian setelah pertandingan berakhir.

Setelah menyanyikan anthem tim kebanggan, satu per satu supporter mulai berjalan keluar stadion untuk selanjutnya pulang ke rumah masing-masing. Begitupun saya dengan teman saya Asrijal yang langsung motoran, pulang kembali ke Jogja pada malam itu juga. Terima kasih kepada masyarakat Kota Solo atas jamuannya dan juga kepada tim kebanggan PSM Makassar yang telah memberikan hiburan malam ini.

Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan TikTok kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

The post Menyaksikan Laga PSM Makassar di Stadion Manahan Solo appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/menyaksikan-laga-psm-makassar-di-stadion-manahan-solo/feed/ 0 36746
Menyusuri Jejak Sepak Bola Surabaya https://telusuri.id/menyusuri-heroisme-sepak-bola-dengan-bersepeda-bersama-subcyclist/ https://telusuri.id/menyusuri-heroisme-sepak-bola-dengan-bersepeda-bersama-subcyclist/#respond Wed, 14 Dec 2022 04:00:00 +0000 https://telusuri.id/?p=35779 Juni adalah bulan saat klub kebanggaan arek-arek Suroboyo, Persebaya berdiri. Untuk itu, sebuah komunitas sepeda di Surabaya bernama SubCyclist berinisiatif membangkitkan memori kolektif  klub Persebaya melalui kegiatan lawatan sejarah dengan bersepeda. Supaya kegiatan semakin semarak,...

The post Menyusuri Jejak Sepak Bola Surabaya appeared first on TelusuRI.

]]>
Juni adalah bulan saat klub kebanggaan arek-arek Suroboyo, Persebaya berdiri. Untuk itu, sebuah komunitas sepeda di Surabaya bernama SubCyclist berinisiatif membangkitkan memori kolektif  klub Persebaya melalui kegiatan lawatan sejarah dengan bersepeda. Supaya kegiatan semakin semarak, pengurus SubCyclist merekomendasikan peserta untuk memakai jersey bertemakan Persebaya atau kaos berwarna hijau sebagai alternatif. 

Pukul 06.30 pagi, peserta mulai berdatangan dan berkumpul di area sekitar Pasar Atum, sebuah pusat perbelanjaan yang telah berdiri sejak tahun 1972. Merasa peserta sudah cukup, pengurus SubCyclist memberikan sedikit gambaran kepada mengenai kegiatan meliputi pengarahan rute, lokasi persinggahan, hingga narasumber. Rute lawatannya sendiri yakni Jalan Bunguran–Jalan Dukuh–Jalan KH Mas Mansyur–Jalan Sultan Iskandar Muda–Jalan Sidorame–Jalan Sidotopo Lor–Jalan. Kapasari–Jalan Ngaglik–Jalan Tambaksari–Gelora 10 November.

Peserta
Peserta berhenti lampu lalu lintas Jl. Bunguran/Syahrul Anwar

Tangan telah memegang kemudi, dan siap mengayuh pedal, menandakan bahwa kegiatan telahkami mulai. Kami menyusuri ruas-ruas jalan sesuai dengan rute yang telah disepakati, di antaranya kawasan Pecinan hingga kawasan Ampel yang merupakan kawasan cagar budaya. Kedua kawasan tersebut menyimpan ilmu pengetahuan dan cerita sejarah sehingga pada 2014 lalu mendapatkan ketetapan sebagai kawasan cagar budaya. Pasca melewati kawasan Ampel, rombongan menuju Jalan Sidorame, menyusuri perkampungan dan kemudian singgah di Makam Karang Tembok. 

Persis di pintu masuk, tepatnya di sisi kanan, terdapat makam salah seorang pendiri Soerabaiasche Indonesische Voetbal Bond (SIVB) Mas Pamoedji yang berdampingan dengan makam RA. Soedjirah Pamoedji. Terdapat sebuah prasasti di area makam Mas Pamoedji yang berpayungatap semi permanen dari asbes dan berpenyangga besi dengan warna hijau. Pemilihan cat warna hijau ini berkaitan erat dengan warna yang menjadi identitas SIVB—berganti menjadi Persebaya. Di sekitaran area makam Mas Pamoedji, narasumber seorang sejarawan yang juga menjadi dosen sejarah UNESA, Rojil Nugroho Bayu Aji membagikan pengetahuannya kepada peserta mengenai sejarah pendirian SIVB. Ia juga menceritakanbiografi dari sosok Mas Pamoedji.

Mas Pamoedji lahir pada 28 Februari 1905 di Blitar, Jawa Timur. Ia seorang aktivis pergerakan nasional yang juga menjadi anggota Indonesische Studieclub (ISC), perkumpulan bentukan dari Dr. Soetomo. Pada 18 Juni 1927, Mas Pamoedji menjadi salah satu seorang yang mendirikan SIVB. 

Makam Mas Pamoedji
Makam Mas Pamoedji (Pendiri SIVB)/Syahrul Anwar

SIVB berdiri sebagai wadah perkumpulan bagi bumiputera khususnya di Surabaya untuk bermain sepak bola, saat itu sepak bola berkaitan eratdengan diskriminasi yang dilakukan oleh Belanda kepada bumiputera. Sementara itu, Soeratin Sosrosoegondo seorang lulusan Sekolah Teknik Tinggi di Mecklenburg Jerman yang kembali ke tanah air pada 1928 menilai bahwa sepak bola mampu mendorong semangat nasionalisme. Oleh karenanya, ia kemudian rajin melakukan pertemuan dengan perwakilan klub-klub bumiputera untuk menginisiasi terbentuknya sebuah organisasi induk sepak bola yang mampu mengakomodir sekaligus mengorganisir kepentingan klub-klub bumiputera. Hasilnya pada 19 April 1930, perwakilan dari Soerabaiasche Indonesische Voetbal Bond (SIVB), Bandoengsche Indonesische Voetbal Bond (BIVB), Persatuan Sepakbola Mataram (PSM), Vorstenlandsche Voetbal Bond (VVB), Madioensche Voetbal Bond (MVB), Indonesische Voetbal Bond Magelang (IVBM) mengadakan pertemuan di Yogyakarta dan menyepakati terbentuknya Persatuan Sepak Raga Seloeroeh Indonesia (PSSI) yang kini bernama Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia.

Dari pemakaman Karang Tembok, rombongan kembali melanjutkan perjalanan dengan menyusuri Jalan Sidotopo Lor, melewati Jalan Kapasari, menerobos viaduct di Jalan Ngaglik, melalui Jalan Tambaksari dan berakhir dengan singgah di area Stadion Gelora 10 November, tepatnya di halaman luar dari pagar Mess Karanggayam. 

makam Mas Pamoedji
Peserta menengok ke makam Mas Pamoedji/Syahrul Anwar

Gelora 10 November menjadi pemberhentian terakhir sekaligus menjadi pelengkap kisah dari sejarah Persebaya yang menjadi kebanggaan arek-arek Suroboyo. Selain menjadi saksi dari laga-laga yang diselenggarakan di dalam stadion, Gelora 10 November juga menyimpan memori tersendiri dari pemain hingga para penggemar sepak bola.

Pada mulanya, Stadion Gelora 10 November hanya sebuah lapangan terbuka. Dulu bernama Lapangan Tambaksari. Lapangan ini menjadi markas bagi klub Soerabaiasche Voetbal Bond (SVB), sebuah perkumpulan sepak bola yang sebagian besar beranggotakan orang-orang Belanda. Di lokasi yang sama, pada 1932 terdapat peristiwa aksi boikot yang dipicu oleh diskriminasi yang dilakukan oleh Belanda kepada bumiputera, sehingga menyebabkan kerugian dari pihak penyelenggara pertandingan. 

Saat revolusi nasional berlangsung, Lapangan Tambaksari sempat menjadi tempat berkumpulnya massa untuk melakukan rapat raksasa. Selang beberapa tahun setelahnya, Lapangan Tambaksari menjadi markas klub Persebaya dan mengalami beberapa renovasi dengan ditambahkannya tribun sehingga merubah nama dari Lapangan Tambaksari menjadi Stadion Tambaksari. Menjelang pelaksanaan Pekan Olahraga Nasional (PON) 1969, Stadion Tambaksari kembali mengalami renovasi dan berganti nama lagi menjadi Stadion Gelora 10 November. Penggantian nama ini bertujuan untuk mengingat peristiwa heroik yang terjadi di Surabaya. 

Tercatat, di stadion ini pernah menjadi tempat diselenggarakannya laga persahabatan dengan klub-klub Eropa seperti Arsenal, AC Milan, hingga PSV. Menimbang dari pentingnya nilai sejarah yang ada, saat ini Stadion Gelora 10 November berstatus sebagai bangunan cagar budaya yang tertuang melalui SK Walikota tahun 1996.

Ada kisah yang menarik dari setiap tempat, ada cerita yang unik dari setiap pengalaman yang telah dilalui tiap orang, sehingga menurut seorang filsuf romawi, Cicero berkata bahwa sejarah adalah guru kehidupan. Dengan demikian selalu ada pelajaran yang dapat dipetik dari setiap perjalanan kehidupan manusia. Perjalanan itu berakhir di Mess Karanggayam dan kemudian penyelenggara kegiatan mempersilahkan peserta untuk membubarkan diri.


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan TikTok kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

The post Menyusuri Jejak Sepak Bola Surabaya appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/menyusuri-heroisme-sepak-bola-dengan-bersepeda-bersama-subcyclist/feed/ 0 35779