soe hok gie Archives - TelusuRI https://telusuri.id/tag/soe-hok-gie/ Media Perjalanan dan Pariwisata Indonesia Tue, 30 Apr 2024 08:01:34 +0000 id hourly 1 https://wordpress.org/?v=6.8.1 https://i0.wp.com/telusuri.id/wp-content/uploads/2023/06/cropped-TelusuRI-TPPSquare-1.png?fit=32%2C32&ssl=1 soe hok gie Archives - TelusuRI https://telusuri.id/tag/soe-hok-gie/ 32 32 135956295 7 “Quotes” Bijak buat “Caption” Konten Gunung di Instagram https://telusuri.id/7-quotes-bijak-buat-caption-konten-gunung-di-instagram/ https://telusuri.id/7-quotes-bijak-buat-caption-konten-gunung-di-instagram/#respond Tue, 30 Apr 2024 09:00:00 +0000 https://telusuri.id/?p=41798 Sekarang nyaris tak ada batasan untuk bisa melakukan perjalanan, terutama mendaki gunung. Kegiatan luar ruang dan ekstrem yang dahulu hanya bisa dijangkau oleh orang-orang dari organisasi pencinta alam. Namun, keterbukaan akses informasi dan teknologi memungkinkan...

The post 7 “Quotes” Bijak buat “Caption” Konten Gunung di Instagram appeared first on TelusuRI.

]]>
Sekarang nyaris tak ada batasan untuk bisa melakukan perjalanan, terutama mendaki gunung. Kegiatan luar ruang dan ekstrem yang dahulu hanya bisa dijangkau oleh orang-orang dari organisasi pencinta alam. Namun, keterbukaan akses informasi dan teknologi memungkinkan siapa pun bisa melakukannya. Sepanjang ketahanan fisik, mental, dan logistik dipersiapkan dengan baik, aturan yang berlaku dipatuhi dengan hati-hati, maka orang itu berhak menapaki jalur menuju puncak tertinggi.

Tak hanya itu. Masifnya penggunaan media sosial juga “menuntut” penggunanya berbagi perjalanan yang baru dilakukan di akun pribadi mereka. Salah satunya adalah Instagram. Fitur-fitur terbaru yang terus dikembangkan membuat penggunanya bebas mengunggah foto, video, atau ceritanya masing-masing. Setiap orang berlomba mengabadikan jejak maya dengan keterangan (caption) yang menarik para pengikutnya. 

Agar perjalananmu ke gunung bisa turut bermakna bagi banyak orang, TelusuRI membagikan rekomendasi kutipan atau quotes bijak buat konten-konten gunungmu di Instagram. Semua datang dari ucapan pesohor, mulai dari sastrawan, musisi, tokoh pegiat alam, hingga novelis.

7 Quotes Bijak buat Caption Konten Gunung di Instagram
Menikmati keindahan hutan di gunung/Rifqy Faiza Rahman

1. Quotes dari Pramoedya Ananta Toer

“Orang bilang ada kekuatan-kekuatan dahsyat yang tak terduga yang bisa timbul pada samudera, pada gunung berapi dan pada pribadi yang tahu benar akan tujuan hidupnya.”

Pramoedya Ananta Toer

Kutipan tersebut diambil dari buku Rumah Kaca (Lentera Dipantara, 1988). Novel keempat bergenre fiksi historis, sekaligus penutup Tetralogi Buru (Bumi Manusia, Anak Semua Bangsa, dan Jejak Langkah). Mahakarya dari salah satu sastrawan besar yang pernah dimiliki Indonesia tersebut.

2. Quotes dari Seno Gumira Ajidarma

“Gunung menjadi indah bukan karena adanya gunung itu, melainkan karena ada mata yang memandangnya. Dengan cara memandang yang keliru, keindahan gunung tidak akan pernah tampak sama sekali.”

Seno Gumira Ajidarma

Seno Gumira Ajidarma tergolong manusia serba bisa di bidang kesusastraan. Ia bisa disebut sebagai cerpenis, esais, novelis, hingga wartawan. Bahkan ilmuwan atau akademisi, karena penulis kelahiran Boston, Amerika Serikat—tetapi tumbuh besar di Yogyakarta—tersebut pernah menjabat rektor Institut Kesenian Jakarta (IKJ) sekaligus dosen di sana. Seno mengukir kalimat mendalam tersebut dalam Kitab Omong Kosong (Penerbit Bentang, 2004).

7 Quotes Bijak buat Caption Konten Gunung di Instagram
Ilustrasi pendaki gunung/Rifqy Faiza Rahman

3. Quotes dari Soe Hok Gie

“Kami jelaskan apa sebenarnya tujuan kami. Kami katakan bahwa kami adalah manusia-manusia yang tidak percaya pada slogan. Patriotisme tidak mungkin tumbuh dari hipokrisi dan slogan-slogan. Seseorang hanya dapat mencintai sesuatu secara sehat kalau ia mengenal obyeknya. Dan mencintai tanah air Indonesia dapat ditumbuhkan dengan mengenal Indonesia bersama rakyatnya dari dekat. Pertumbuhan jiwa yang sehat dari pemuda harus berarti pula pertumbuhan fisik yang sehat. Karena itulah kami naik gunung.”

Soe Hok Gie

Sebuah kutipan yang sangat terkenal dari Soe Hok Gie dalam Catatan Seorang Demonstran (LP3ES, 1983). Ia adalah aktivis kampus yang kritis dan vokal semasa pemerintahan Presiden Sukarno dan transisi ke Presiden Soeharto. Kolumnis dan penulis aktif itu juga giat mendaki gunung bersama mahasiswa pencinta alam Universitas Indonesia (Mapala UI). Sayang, ia mati muda. Bersama Idhan Dhanvantari Lubis, namanya abadi di puncak Mahameru, Gunung Semeru pada 16 Desember 1969, ketika serangan gas beracun dari kawah memaksa keduanya tutup usia. 

4. Quotes dari Djukardi “Bongkeng” Adriana

“Mendaki gunung bukan untuk menaklukkannya, tapi untuk mendidik diri dan menaklukkan diri sendiri. Puncak bukanlah akhir tujuan, tapi yang terpenting adalah pulang kembali dengan selamat.”

Kang Bongkeng

Akrab disapa Kang Bongkeng, pendaki gunung veteran asal Bandung tersebut kenyang pengalaman seputar kepecintaalaman atau ekspedisi pendakian gunung. Ia adalah anggota Perhimpunan Penempuh Rimba dan Pendaki Gunung WANADRI pada tahun 1973, lalu menjadi salah satu ekspeditor ke Pegunungan Alpen, Swiss bersama WANADRI pada 1982. Bersama Mamay S. Salim (Kang Mamay), ia mendirikan EIGER Adventure Service Team (EAST) sekaligus menjadi bagian Board of Expert, yang berperan memajukan dan mengampanyekan kegiatan luar ruang alam bebas di Indonesia.

7 Quotes Bijak buat Caption Konten Gunung di Instagram
Euforia pendaki-pendaki di puncak gunung/Rifqy Faiza Rahman

5. Quotes dari Fiersa Besari

“Ternyata, makin tinggi kaki kita berpijak, makin kita menyadari betapa kecilnya diri kita. Gunung tercipta bukan agar kita bisa menaklukkan puncaknya. Gunung tercipta agar kita mampu menaklukkan ego kita sendiri.”

Fiersa Besari

Generasi kekinian barangkali sangat familiar dengan nama Fiersa Besari. Seorang penulis, musisi, dan juga kreator konten. Di YouTube miliknya, tayangan ekspedisi pendakian Atap Negeri bersama Eiger dan catatan perjalanan lainnya nyaris selalu ramai penonton. Quotes tersebut diambil dari Catatan Juang (Kawah Media, 2017), sebuah spin-off dari novel best seller Konspirasi Alam Semesta (Mediakita, 2017). 

6. Quotes dari Ayu Welirang

“Kamu tidak kalah. Ketika kamu memutuskan untuk hidup waktu itu, melawan rasa sakitmu sendiri ketika di gunung itu, kamu sudah menang.”

Ayu Welirang

Diambil dari buku 7 Divisi (Grasindo, 2014) karya Ayu Welirang. Nama belakang penulis asal Bandung ini saja berasa “gunung” banget. Meskipun begitu, genre novel penulis peraih Author of the Year di Scarlet Pen Awards 2023 tersebut lebih terfokus pada fiksi kriminal dan thriller.

7. Quotes dari Lucia Priandarini

“Di gunung, seperti juga di pantai, kurasa manusia tidak bisa tidak bicara dengan dirinya sendiri. Alam tidak meminta manusia melakukan apa pun seperti iklan TV, atau membanjirimu dengan informasi tentang hidup orang lain yang sebagian besar tidak perlu kita tahu. Gunung menyambutmu sebagai bagian dari semesta dan membuat kita menengok pada jalan-jalan yang sudah atau belum kita tempuh.”

Lucia Priandarini

Nama Lucia Priandarini dikenal lewat kolaborasinya bersama Gina S. Noer dalam novel adaptasi film Posesif (2017) dan Dua Garis Biru (2019), serta Dunia Ara (2018) yang terbit dari semesta film Keluarga Cemara (2018). Kutipan penulis sekaligus reporter sejumlah media gaya hidup tersebut diambil dari novel 11.11 (Gramedia Widiasarana, 2016).

7 Quotes Bijak buat Caption Konten Gunung di Instagram
Ilustrasi kerja sama tim saat mendaki gunung/Rifqy Faiza Rahman

Jadi, kamu bakal pakai quotes bijak yang mana buat konten gunung di Instagram kamu?

Atau kamu punya quotes sendiri yang tidak kalah menarik?


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

The post 7 “Quotes” Bijak buat “Caption” Konten Gunung di Instagram appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/7-quotes-bijak-buat-caption-konten-gunung-di-instagram/feed/ 0 41798
Soe Hok Gie Pernah ke Gunung-gunung Ini, Kamu Pasti Nggak Nyangka https://telusuri.id/soe-hok-gie-mendaki-gunung/ https://telusuri.id/soe-hok-gie-mendaki-gunung/#respond Sat, 16 Dec 2017 02:30:00 +0000 http://telusuri.id/?p=4592 Sebagian dari kita barangkali terpancing buat naik gunung setelah menonton film GIE (2005). Dalam film itu ada beberapa montase Soe Hok Gie sedang naik gunung. Tapi, keterbatasan mengakibatkan film itu hanya mengangkat adegan Soe Hok...

The post Soe Hok Gie Pernah ke Gunung-gunung Ini, Kamu Pasti Nggak Nyangka appeared first on TelusuRI.

]]>
Sebagian dari kita barangkali terpancing buat naik gunung setelah menonton film GIE (2005). Dalam film itu ada beberapa montase Soe Hok Gie sedang naik gunung. Tapi, keterbatasan mengakibatkan film itu hanya mengangkat adegan Soe Hok Gie mendaki Gunung Pangrango. Padahal, semasa hidupnya Gie nggak cuma ke Pangrango saja. Dia juga nanjak ke gunung-gunung lain. Mau tahu gunung-gunung yang pernah didaki Soe Hok Gie? Geser ke bawah!

Gede dan Pangrango

soe hok gie mendaki gunung

Gede-Pangrango lewat Cobodas via ceritapejalan.com

Gunung Gede dan Pangrango seperti arena bermain bagi Soe Hok Gie. Kadang dia cuma ke Pangrango, di lain waktu dia hanya ke Gede, ada pula masanya dia maraton dari Gede ke Pangrango. Dalam Catatan Seorang Demonstran (CAS) lumayan banyak cerita tentang pendakian Gie ke Gunung Gede dan Pangrango.

Tahun baru 1968 Gie ke Pangrango. Kenangannya tentang pendakian tahun baru itu diabadikannya dalam CAS pada entri perjalanan ke Ciremai 1969: “Akhirnya saya putuskan untuk membuka biskuit mengingat pengalaman di [Gunung] Pangrango tanggal 31 Desember 1967.” Beberapa bulan setelahnya, 9 Maret 1968, Soe Hok Gie mendaki Gunung Gede dan Pangrango secara maraton bareng kawan-kawannya di Mapala UI untuk melantik ketua baru. Dia bercerita: “Jam 7.30 pergi ke kawah. Bersama Don dan David menaiki lereng terjal dari kawah ke puncak. Berangkat ke Pangrango bersama Maria dan Jaju, [r]elax tidur dengan selimut bersama Rina, Rudi, Jaju, Rusdi, Wolly, Sjafei.”

Slamet

soe hok gie mendaki gunung

Perjalanan menuju puncak Gunung Slamet/Maria Noviarta

Kisah Soe Hok Gie mendaki Gunung Slamet diterbitkan di Kompas tanggal 14, 15, 16, dan 18 September 1967. Soe Hok Gie sendiri yang memimpin ekspedisi itu. Dulu, Slamet masih sepi dan pendakian ke puncak terbilang sulit. Dalam karangannya, Gie menceritakan: “Gunung itu tingginya 3.422 m, gunung nomor dua di Pulau Jawa. Dan menurut Junghu[h]n, ia mendaki gunung itu dengan merangkak. Di puncaknya pada musim-musim tertentu suhu dapat turun sampai nol derajat.”

Jalur yang mereka pilih adalah Kedaung. Terbayang, pasti di masa itu hutan Slamet masih rapat sekali, tidak ada yang bisa dilihat kecuali pepohonan, sampai-sampai Gie mengatakan Slamet “… membosankan sekali. Tidak indah seperti Gunung Pangrango atau pun menakjubkan seperti Gunung Merapi. Jalannya panjang dan berliku-liku.” Tapi setiba di puncak, Gie akhirnya dibuat terpana juga oleh keindahan kawah Slamet. Dia menulis, “… kawah gunung yang bagus sekali. Kawahnya jauh lebih besar dari Ceremai dan benar-benar mengagumkan.”

Ciremai

soe hok gie mendaki gunung

Ciremai lewat Linggarjati/Fuji Adriza

Perjalanan Soe Hok Gie mendaki Gunung Ciremai lewat Linggarjati berlangsung dari 30 Mei hingga 2 Juni 1969. Gie bersama Mapala UI berangkat sore-sore dari Jakarta. “Perjalanan amat bagus. Udara sore yang segar, bulan yang hampir penuh dan suasana yang sangat intim,” begitu tulisnya di buku harian. Mereka telat tiba di Cirebon sehingga pendakian dimulai agak sore.

Setiba di puncak, sekitar jam 14.00, 1 Juni 1969, Gie dan kawan-kawannya melakukan tradisi menyanyikan lagu Padamu Negeri. “Semuanya bersuara fals tapi sedap juga,” tulis Gie. Sore itu juga mereka turun lagi. Namun mereka terjebak malam di jalan dan terpaksa mendirikan tenda jam 2 dini hari. “Perjalanan pulang sangat enak,” ujar Gie. Mereka pulang dari Cirebon naik kereta dan tiba di Stasiun Jatinegara pukul 19.30, 2 Juni 1969.

Sindoro

soe hok gie mendaki gunung

Pemandangan dari Gunung Sindoro/Fuji Adriza

Soe Hok Gie mendaki Gunung Sindoro hari Minggu, 8 Juni 1969. Tidak seperti sekarang ketika sebagian besar pendaki naik dari Kledung, Temanggung, Soe Hok Gie mendaki Gunung Sindoro lewat Jalur Tambi, Wonosobo—tektok! Dia dan temannya menyewa guide lokal, dua orang, yang dibayarnya Rp 300.

Tapi dia nggak begitu terkesan dengan Gunung Sindoro. Dalam buku hariannya dia menulis, “Gunung Sindoro tidak terlalu indah. Hutan-hutannya botak karena kayu-kayunya banyak diambil. Setelah jalan empat jam, sampai di puncak.” Meskipun dia prihatin sama kehidupan para pemandu, dia juga kesal karena merasa diperas kedua guide lokal itu. Sang petualang menulis, ”Saya agak kesal karena guide ini menuntut uang lebih dengan alasan waktu. Ia rupa-rupanya mau ‘memeras.’ Saya tegaskan bahwa saya tidak mau diperas. Akhirnya dia minta maaf.”

Gunung Sela

soe hok gie mendaki gunung

Konon, Gunung Salak yang kelihatan dari Alun-Alun Mandalawangi itu pernah didaki juga oleh Soe Hok Gie via ceritapejalan.com

Di Jawa Barat, ada dua Gunung Sela. Satu di kaki Gunung Ciremai di Kuningan, satu lagi di sebelah utara puncak Gunung Gede, Cibodas. Minggu, 20 Juli 1969, Soe Hok Gie mendaki Gunung Sela yang di Cibodas bersama Aristides Katoppo. Mereka kemping di batas air di hutan Gunung Sela.

Gie sebenarnya nggak berniat buat muncak. Tapi dia dibujuk Tides (panggilan akrab Aristides Katoppo) untuk ikut naik ke puncak yang cuma sekitar dua jam perjalanan. “Saya ikut untuk gerak badan,” katanya dalam CAS. Tengah hari mereka sudah tiba kembali di Cibodas. “Lalu pulang ke Jakarta setelah makan dan shopping di Cipanas.”

Galunggung

soe hok gie mendaki gunung

Telaga Bodas Galunggung via en.wikipedia.org

Cerita perjalanan Soe Hok Gie mendaki Gunung Galunggung tidak diabadikan dalam catatan hariannya. Tapi, dalam entrinya tentang pendakian Gunung Sindoro, dia menyebutkan Telaga Bodas, “Bagi saya yang pernah melihat kawah-kawah [Gunung] Slamet, Gede, Merapi, Ciremai dan Telaga Bodas; Dieng tak punya arti apa-apa.”

Di halaman lampiran CAS, ada sebuah foto Gie sedang berada di Telaga Bodas, Gunung Galunggung, bersama rekan-rekannya. Soe Hok Gie mendaki Gunung Galunggung bersama Artistides Katoppo, Perdamaian Jones Hutabarat, Rudy Badil, dan Oei Tik Bie.

Merapi

soe hok gie mendaki gunung

Kerucut puncak Gunung Merapi via pendakiindonesia

Soe Hok Gie ternyata juga pernah mendaki Gunung Merapi di Jawa Tengah. Tapi, dalam catatan-catatannya, dia nggak cerita soal pendakiannya ke salah satu gunung paling aktif di Indonesia itu.

Barangkali kamu tahu soal pendakian Gie ke Gunung Merapi? Kapan dia ke sana, dulu ke sana barang siapa, lewat mana, kisah pendakiannya seperti apa?

Semeru

soe hok gie mendaki gunung

Ranu Kumbolo/Fuji Adriza

Gunung Semeru menjadi gunung terakhir yang didaki oleh Soe Hok Gie. Berniat merayakan ulang tahun di Semeru, Soe Hok Gie (dan Idhan Lubis, mahasiswa Universitas Tarumanegara) malah tutup usia di gunung tertinggi di Pulau Jawa itu tanggal 16 Desember 1969, beberapa jam sebelum dia benar-benar memasuki usia 27 tahun.

Kepergian Soe Hok Gie sang aktivis humanis diratapi oleh rekan-rekannya dan masyarakat luas yang kerap membaca tulisan-tulisan tajamnya di media. Gie memang telah 48 tahun pergi, tapi dia masih tetap hidup dalam pikiran kita semua, para pendaki Indonesia.

Itulah gunung-gunung yang dicatat Gie dalam buku harian dan karangan yang dia kirim ke media. Itu saja gunung-gunung yang pernah didaki Soe Hok Gie? Entahlah. Barangkali kamu punya informasi tentang gunung-gunung lain yang pernah didaki Soe Hok Gie?

The post Soe Hok Gie Pernah ke Gunung-gunung Ini, Kamu Pasti Nggak Nyangka appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/soe-hok-gie-mendaki-gunung/feed/ 0 4592