tembakau garangan Archives - TelusuRI https://telusuri.id/tag/tembakau-garangan/ Media Perjalanan dan Pariwisata Indonesia Mon, 14 Aug 2023 16:31:34 +0000 id hourly 1 https://wordpress.org/?v=6.8.1 https://i0.wp.com/telusuri.id/wp-content/uploads/2023/06/cropped-TelusuRI-TPPSquare-1.png?fit=32%2C32&ssl=1 tembakau garangan Archives - TelusuRI https://telusuri.id/tag/tembakau-garangan/ 32 32 135956295 Tembakau Garangan: Pengetahuan Lokal Masyarakat Dieng (2) https://telusuri.id/tembakau-garangan-pengetahuan-lokal-masyarakat-dieng-2/ https://telusuri.id/tembakau-garangan-pengetahuan-lokal-masyarakat-dieng-2/#respond Wed, 16 Aug 2023 09:00:00 +0000 https://telusuri.id/?p=39608 Belum puas berkunjung di sekitar Pasar Induk Wonosobo, saya memutuskan untuk melaju ke daerah Dieng. Dataran tinggi yang menjadi pusat pariwisata Kabupaten Wonosobo dan Banjarnegara. Menurut tutur informasi yang saya terima, masyarakat Dieng memiliki tradisi...

The post Tembakau Garangan: Pengetahuan Lokal Masyarakat Dieng (2) appeared first on TelusuRI.

]]>
Belum puas berkunjung di sekitar Pasar Induk Wonosobo, saya memutuskan untuk melaju ke daerah Dieng. Dataran tinggi yang menjadi pusat pariwisata Kabupaten Wonosobo dan Banjarnegara. Menurut tutur informasi yang saya terima, masyarakat Dieng memiliki tradisi dan pengetahuannya sendiri terkait tembakau garangan. Selain memang Dieng terkenal sebagai lahan yang cocok untuk menanam tembakau.

Saya melaju dari arah kota selama satu jam untuk sampai ke Dieng. Jarak yang saya tempuh tidak terlalu jauh. Namun, arus lalu lintas yang begitu padat dan kontur jalan menanjak membuat saya cukup lama menghabiskan waktu di jalan.  

Ketika sampai di kawasan Dieng, saya cukup kewalahan dengan suhu rendah yang menusuk kulit. Saya sampai harus memakai dua jaket sekaligus. Maklum, saya terbiasa hidup di pesisir sehingga cukup kaget dengan kondisi tersebut.

Seorang pemuda gimbal bernama Fizi sudah menanti-nanti kehadiran saya. Sebelumnya saya sudah menjalin kontak untuk berkunjung ke tempatnya. Fizi adalah sosok yang ramah. Ia kerap memaksa saya menginap di rumahnya, lantaran kondisi tubuh saya yang tidak memungkinkan untuk pulang saat itu juga.

Tembakau Garangan: Pengetahuan Lokal Masyarakat Dieng (2)
Tembakau garangan khas Dieng, Wonosobo/Mohamad Ichsanudin Adnan

Beda Tembakau Garangan dari Pasar dan Dieng

Selama berada di rumahnya, saya sempat memerhatikan ayah Fizi khusyuk melinting tembakau garangan. Saat itu kami sedang seru-serunya membicarakan tentang bola, karena apalagi bertepatan dengan momen Piala Dunia FIFA Qatar 2022. Saya pun tidak mau kalah menunjukkan tembakau garangan yang saya beli di toko Pak Tanir sebelumnya.

Ketika saya mengeluarkan tembakau itu dari tas kecil saya, sontak mereka terkejut. Mereka tidak menyangka bila ada orang dari luar Wonosobo yang mengenal komoditas tersebut. Saya sendiri mengaku kalau mengenalnya baru-baru ini, bahkan melintingnya pun masih kaku.

Jika mengamati lebih lanjut, tembakau yang saya beli di pasar ternyata memiliki bentuk dan wujud berbeda dengan jenis tembakau yang masyarakat Dieng miliki. Tembakau yang ada di pasar cenderung berbentuk sampai gepeng agar tidak kemasukan angin. Waktu penyimpanannya pun bisa sangat lama sehingga bentuknya menjadi kotak dan sulit untuk melinting tembakau garangan tersebut. Adapun tembakau yang belum masuk ke pasar cenderung terurai dan mudah sekali melintingnya. 

Ayah Fizi mengaku mendapatkan tembakau dari petani yang berada di Kecamatan Kejajar. Daerah tersebut juga merupakan lokasi yang tepat untuk mencari garangan, karena banyak dari warganya yang masih menanam tembakau. Sementara di daerah tempat tinggal Fizi, lahan tembakau sudah beralih menjadi komoditas lainnya, seperti carica, kentang, dan tanaman sayur lainnya. 

Tembakau di Kejajar terbilang cukup murah daripada membelinya di pasar. Hal tersebut karena proses jual beli yang berhadapan langsung dengan petani. Tanpa perantara sama sekali. Meskipun demikian, tembakau tersebut cenderung masih terurai sehingga daya simpannya tidak selama yang ada di pasar..

Pengetahuan Lokal Tembakau Garangan Dieng

Saya yang terbilang belum lama mengenal garangan, sontak mengajukan beberapa keresahan lain mengenai tembakau yang saya pegang ini. Belakangan saya kerap menjadikan tembakau garangan sebagai rokok utama, menggantikan rokok bungkusan yang bisa saya beli di warung. Sejak mengonsumsi tembakau garangan, saya jadi tidak doyan dengan jenis rokok bungkusan yang beredar di pasaran.

Akan tetapi, saya malah bingung dengan jenis tembakau yang satu ini. Tak hanya proses melintingnya yang susah, tembakau ini juga cenderung tidak mudah untuk dibakar. Sampai-sampai sisa minyak di korek saya habis hanya untuk mengisapnya. Setiap kali berhasil saya isap, bara yang keluar malah cepat meredup. Tak ada pilihan selain terus-menerus mematikan api.

Menurut ayah Fizi, sumber masalah yang saya alami terdapat pada proses meraciknya. Tembakau garangan membutuhkan kemenyan agar bisa menciptakan rasa yang halus. Namun, kita mesti melakukan proses penaburan kemenyan dengan cermat. Jika kemenyan terlalu banyak, maka tembakau akan sulit untuk terbakar. Bila terlalu sedikit, tembakau jadi sangat menyiksa tenggorokan. Maka menabur kemenyan harus secara merata dan jumlahnya tidak terlalu berlebihan.

Selain dari proses peracikan, teknis memantik api ke tembakau juga harus diperhatikan. Berbeda dengan rokok atau jenis tembakau lain yang hanya butuh sekali pantik, tembakau garangan perlu beberapa kali memantik api dalam waktu yang cukup lama. Tujuannya agar kemenyan pada tembakau dapat terbakar secara sempurna. 

Namun, jangan kaget bila bara apinya malah menjadi makin besar. Dan tidak perlu repot-repot meniup api, cukup biarkan sampai berangsur padam. Nyala api yang besar muncul karena proses pembakaran kemenyan. Kemenyan yang terbakar secara sempurna akan mati dengan sendirinya. Jika mematikan api secara sengaja maka proses pembakaran tersebut belum benar-benar membakar kemenyan.

Selain itu, waktu dan suasana batin ternyata juga berpengaruh terhadap rasa yang tembakau itu hasilkan. Saya akui tidak begitu paham alasan yang masuk akal di balik faktor tersebut. Namun, selama saya mengisap tembakau garangan, fenomena ini kerap saya jumpai dalam keseharian. Maka dari itu, guna menciptakan rasa yang baik perlu juga memerhatikan suasana. Mungkin juga karena suasana batin yang buruk, sehingga membuat proses peracikannya jadi tidak sempurna.


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

The post Tembakau Garangan: Pengetahuan Lokal Masyarakat Dieng (2) appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/tembakau-garangan-pengetahuan-lokal-masyarakat-dieng-2/feed/ 0 39608
Tembakau Garangan: Komoditas Isap dari Wonosobo (1) https://telusuri.id/tembakau-garangan-komoditas-isap-dari-wonosobo-1/ https://telusuri.id/tembakau-garangan-komoditas-isap-dari-wonosobo-1/#respond Mon, 14 Aug 2023 09:00:00 +0000 https://telusuri.id/?p=39603 Bila membandingkan dengan jenis tembakau di daerah lainnya, tembakau garangan dari Wonosobo cenderung memiliki bentuk dan aroma yang unik. Bentuk kotak, hitam, padat, dan aroma yang lebih menyerupai tanah ketimbang daun membuat saya cukup heran...

The post Tembakau Garangan: Komoditas Isap dari Wonosobo (1) appeared first on TelusuRI.

]]>
Bila membandingkan dengan jenis tembakau di daerah lainnya, tembakau garangan dari Wonosobo cenderung memiliki bentuk dan aroma yang unik. Bentuk kotak, hitam, padat, dan aroma yang lebih menyerupai tanah ketimbang daun membuat saya cukup heran dengan jenis tembakau satu ini.

Rasanya yang berat serta aromanya yang tajam, membuat saya mengira bahwa tembakau ini lebih berguna sebagai sisipan atau tambahan dari jenis tembakau lainnya. Toh tidak mungkin jika ada seseorang yang mampu mengisapnya secara utuh tanpa tambahan dari tembakau lainnya. Jika ada sudah pasti tenggorokannya akan rusak.

Namun, anggapan tersebut segera runtuh ketika saya mengunjungi langsung ke daerah asalnya. Saya malah menjumpai banyak dari masyarakat sekitar yang menggunakannya sebagai tembakau utama. Alih-alih tersedak, mereka justru tampak begitu khidmat menikmatinya. 

Tembakau Garangan: Komoditas Isap dari Wonosobo (1)
Penampilan lebih dekat lintingan tembakau garangan/Mohamad Ichsanudin Adnan

Toko Tembakau Pak Tanir

Tembakau ini merupakan komoditas pertanian yang berasal dari Wonosobo, Jawa Tengah. Penduduk setempat kerap menyebutnya dengan nama garangan. Tembakau ini akan mudah dijumpai bila berkunjung ke pasar. Adapun proses penanaman kerap dilakukan oleh masyarakat di sekitar Dieng maupun lereng Gunung Sumbing.

Keunikan bentuk dan aroma yang unik tidak lepas dari proses penanaman dan pengolahannya yang juga tak kalah uniknya. Lanskap Wonosobo yang terkepung oleh gunung membuat petani mesti menanam tembakau ini di dataran tinggi. 

Bahkan setelah musim panen tiba, asupan matahari yang minim membuat tembakau garangan mesti dipanggang di atas tungku api besar, alih-alih menjemurnya di luar teras. Setelah beres memanggang, petani akan menata tembakau ini ke dalam kotak kayu lalu menginjaknya dengan kaki sampai benar-benar gepeng. 

Proses tersebut dilakukan guna menjaga kondisi tembakau bisa bertahan lama dan tidak kemasukan angin, meskipun berada di situasi yang lembap. Tak heran bila bentuknya jadi kotak dan aromanya seperti berbau tanah.

Melihat keunikan itu, saya memutuskan untuk mampir ke sebuah toko tembakau milik Pak Tanir. Letaknya berada di sebelah barat Pasar Induk Wonosobo. Pak Tanir merupakan sosok kondang jika berbicara mengenai tembakau garangan. Saya mendapatkan informasi ini dari seseorang yang saya temui di warung kopi, yang kebetulan sedang mengisap garangan.

Tanpa kesulitan, saya pun berhasil menjumpai toko Pak Tanir. Di depan tokonya terpampang puluhan jenis tembakau garangan. Berserakan di atas meja. Tak lupa rentengan kemenyan bergelantungan di atas toko.

Melalui guratan tangannya, secara perlahan Pak Tanir sedang mengiris helai demi helai sebongkah tembakau yang hendak dibeli seseorang. Menariknya, jenis pisau yang ia gunakan pun memiliki bentuk khusus dan unik.

Tembakau Garangan: Komoditas Isap dari Wonosobo (1)
Tembakau garangan di toko Pak Tanir Wonosobo/Mohamad Ichsanudin Adnan

Cara Melinting Tembakau Garangan

Pak Tanir merupakan sosok yang cukup ramah. Dia bersedia memberi arahan kepada saya, yang tidak mengetahui jenis tembakau yang akan saya pilih. Beliau mempersilakan saya untuk mencicipinya terlebih dahulu. Jika sudah cocok dengan selera, maka saya diperbolehkan untuk membawanya pulang. 

Saya cukup awam kalau berurusan dengan jenis tembakau yang satu ini. Bentuknya yang lumayan padat membuat saya kebingungan untuk melinting dengan menggunakan kertas.

Berdasarkan pengetahuan Pak Tanir, proses pelintingan tembakau garangan tidak bisa dilakukan sembarangan. Beliau mengarahkan saya untuk menghancurkannya terlebih dahulu sampai bentuknya lebih menyerupai bubuk. Tembakau yang saya pilih adalah garangan dari lereng Gunung Sumbing.

Ketika tembakau sudah hancur, selanjutnya mesti menaburi kemenyan di bagian atasnya agar rasa lebih halus di tenggorokan. Kemenyan merupakan bumbu rokok yang paling tepat untuk jenis tembakau garangan. Berbeda dengan cengkih atau bumbu rokok lain yang malah membuat rasanya aneh. Pak Tanir juga menambahkan, proses penaburan tembakau dan kemenyan harus merata di setiap ujung dan pangkalnya, serta berbentuk lancip ke bawah.

Setelah urusan meracik beres, selanjutnya melakukan proses pelintingan. Bagian inilah yang membuat saya cukup gusar. Ketika tembakau ini saya linting kemudian menggulung bagian pangkalnya, bentuknya malah rontok tak keruan. Alhasil tembakau dan kemenyan yang sudah saya tata rapi malah berhamburan ke mana-mana. 

Menurut Pak Tanir, tembakau garangan merupakan jenis tembakau yang sulit untuk dilinting orang awam. Butuh waktu dan kebiasaan agar dapat menikmatinya. Saya pun meminta Pak Tanir melintingkan satu saja untuk saya. Hasilnya begitu menakjubkan. Bentuk lintingan Pak Tanir sangat rapi dan tertata dari pangkal sampai ujung.

Tidak seperti prasangka yang saya bayangkan, rasa dan kepulan asapnya membuat saya takjub. Rasanya cenderung ramah di tenggorokan. Mungkin karena efek kemenyan di dalamnya, walaupun kepulan asapnya membuat saya sedikit pusing. Adapun tentang rasa, saya masih sulit mendeskripsikan. Yang jelas, membuat tembakau garangan tidak bisa tergantikan dengan jenis tembakau di daerah lainnya.

Saya pun meminta Pak Tanir membungkuskan lima helai untuk saya bawa pulang. Harga per helainya mulai Rp5.000 sampai dengan Rp50.000. Tergantung kualitas dan lamanya tahun panen. Makin lama menyimpan tembakau garangan, maka makin mahal pula harganya. 

Saya membeli yang seharga Rp35.000 per helai. Jenis tembakau keluaran tahun 1998-an, lebih tua dari usia saya sendiri. Meskipun saya belum benar-benar mahir melinting tembakau garangan, saya merasa telah membeli pengetahuan yang ada di balik sehelai tembakau tersebut.


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

The post Tembakau Garangan: Komoditas Isap dari Wonosobo (1) appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/tembakau-garangan-komoditas-isap-dari-wonosobo-1/feed/ 0 39603