tembakau Archives - TelusuRI https://telusuri.id/tag/tembakau/ Media Perjalanan dan Pariwisata Indonesia Fri, 17 Nov 2023 07:56:56 +0000 id hourly 1 https://wordpress.org/?v=6.8.1 https://i0.wp.com/telusuri.id/wp-content/uploads/2023/06/cropped-TelusuRI-TPPSquare-1.png?fit=32%2C32&ssl=1 tembakau Archives - TelusuRI https://telusuri.id/tag/tembakau/ 32 32 135956295 Tembakau-Tembakau Jawa Tengah https://telusuri.id/tembakau-jawa-tengah/ https://telusuri.id/tembakau-jawa-tengah/#respond Fri, 17 Nov 2023 09:00:03 +0000 https://telusuri.id/?p=40063 Semenjak cukai rokok mengalami kenaikan beberapa tahun belakangan ini, industri tembakau rumahan kembali menggeliat. Masyarakat pun mulai melirik tembakau-tembakau daerah untuk kebutuhan isap. Tentu saja, selain nuansa tradisionalnya, tingwe dapat memangkas kocek untuk membeli rokok...

The post Tembakau-Tembakau Jawa Tengah appeared first on TelusuRI.

]]>
Semenjak cukai rokok mengalami kenaikan beberapa tahun belakangan ini, industri tembakau rumahan kembali menggeliat. Masyarakat pun mulai melirik tembakau-tembakau daerah untuk kebutuhan isap. Tentu saja, selain nuansa tradisionalnya, tingwe dapat memangkas kocek untuk membeli rokok keluaran pabrik—yang saat ini harganya terus meroket seperti bahan-bahan kebutuhan pokok.

Tren tersebut membawa berkah yang baik, lantaran para petani tembakau sempat mengalami kesulitan bersaing dengan industri rokok besar. Meskipun pemerintah kerap mensosialisasikan naiknya cukai rokok dengan harapan kesejahteraan petani meningkat, nyatanya hingga kini mereka masih menjadi golongan rentan yang mendapatkan tekanan dari pabrik rokok besar demi menjaga surplus produksi.

Selain itu, banyak para petani tembakau mengalami kesulitan saat menjual komoditasnya lantaran tidak bertemu dengan pasar yang tepat. Alhasil, tidak ada jalan bagi mereka selain menyalurkannya ke pabrik. Maka kembali hidupnya tren tingwe, sejatinya menjadi angin segar bagi para petani tembakau.

Beberapa waktu lalu, saya melakukan pencatatan jenis-jenis tembakau yang saya temui selama menelusuri Jawa Tengah. Misi yang bawa sangat sederhana, supaya para petani tembakau dapat membuka pasarnya secara langsung kepada para konsumen.

1. Tembakau Kedu

Jika berkunjung ke daerah Temanggung, sempatkan mampir ke Kedu. Daerah ini merupakan lokasi terbaik untuk mencari tembakau berkualitas di kota yang mendapat julukan sebagai Kota Tembakau ini. Selain bisa singgah dari satu petani ke petani lain, kamu bisa menelusuri Pasar Parakan yang menjadi gudang berbagai macam komoditas tembakau dari para petani di Kedu.

Tembakau Kedu merupakan jenis tembakau yang tumbuh di daerah sawahan atau tegalan. Jenis tanah dan asupan matahari yang tempatnya tumbuh mempengaruhi kualitasnya secara umum. Oleh karenanya, hasil tembakaunya berkualitas. Tidak main-main.

Dalam segi bentuk, tembakau Kedu cenderung kuning keemasan karena terpapar langsung dengan matahari. Menurut para petani, warna daun tembakau memperlihatkan kualitasnya. Semakin cerah warna keemasannya, maka semakin mahal juga harga jualnya.

Meskipun demikian, tembakau ini cenderung “keras” alias nyegrak. Bagi orang yang tidak begitu menyukai nyegrak-nya tembakau dapat menambahkan bumbu seperti cengkeh atau kemenyan dalam lintingannya. Selain cocok dengan jenis tembakau Kedu, kedua rempah tersebut dinilai cukup ampuh untuk menghasilkan rasa isapan yang lebih halus.

2. Tembakau Boyolali

Tembakau Boyolali
Tembakau Boyolali/Mohamad Ichsanudin Adnan

Jika tidak begitu menyukai tembakau dengan aroma dan rasa yang nyegrak, tembakau khas Boyolali bisa menjadi alternatif. Jenis tembakau Boyolali akan tetap nikmat diisap meski tanpa bumbu tambahan. Bahkan kepulan asapnya sudah cukup kuat di mulut.

Akan tetapi, banyak penikmat tembakau kelas kakap yang tidak begitu tertarik dengan tembakau halusan seperti ini. Alasannya sederhana, ketika diisap cenderung tidak menghasilkan rasa apapun.

Ada beberapa hal yang saya soroti dari jenis tembakau Boyolali. Tembakau ini tumbuh pada struktur tanah yang cukup tinggi sehingga menghasilkan tekstur lembab serta warnanya hitam pekat. 

Alhasil, teksturnya lembab tersebut membuat tembakau ini menjadi sulit terbakar, bahkan rentan berjamur. Meskipun demikian, kamu dapat menikmati tembakau Boyolali secara praktis karena tidak membutuhkan proses pelintingan yang rumit serta tambahan bumbu rokok lain. Namun risikonya, korek saya menjadi lebih mudah habis karena kelembabannya membuat saya mesti memantikkan api berulang-ulang.

3. Tembakau Karanggayam

Bila membandingkannya dengan tembakau Kedu, tembakau Karanggayam memiliki tingkat nyegrak lebih tinggi. Maka dari itu, bagi orang yang tidak doyan dengan tembakau Kedu sudah pasti akan menolak icip-icop tembakau Karanggayam.

Saya menjumpainya di Desa Karanggayaman, tepatnya di daerah pinggiran Kebumen. Aromanya cenderung seperti bangkai (bukan merendahkan, ya). Namun, justru hal ini membuat saya selalu ingat dengan lanskap geografis dari desa tersebut.

Bagi sebagian masyarakat Karanggayam, menambahkan kelembak menyan menjadikan rasa dan aromanya makin nikmat. Cara tersebut terbukti ampuh membuatnya menjadi lebih ringan untuk diisap, rasanya pun menjadi jadi lebih mudah “keluar”.

Tembakau Karanggayam mempunyai tekstur yang tidak terlalu kering namun cenderung lembab. Meskipun demikian, proses pembakaran tembakau ini jauh lebih mudah ketimbang tembakau asal Boyolali.

4. Tembakau Garangan

Penampakan Tembakau Garangan
Tembakau garangan/Mohamad Ichsanudin Adnan

Sekilas, namanya tampak menyeramkan. Bila mencium dan mengamatinya dengan seksama, wujudnya seperti tanah. Bukan tanpa sebab, hal ini karena tembakau garangan tumbuh pada dataran tinggi yang bersuhu rendah seperti Wonosobo.

Berbeda dengan jenis tembakau lainnya, tembakau garangan tidak banyak mendapatkan asupan matahari karena letak geografis yang tidak memungkinkan. Alhasil melalui pengetahuan lokal, tembakau ini dikeringkan dengan cara membakarnya di atas tungku api besar.

Setelah dibakar, tembakau garangan diinjak sampai gepeng menggunakan kayu dan alas kaki khusus hingga bentuk dan warnanya sangat hitam, bahkan hampir menyerupai tanah. 

Tembakau garangan tergolong jenis tembakau yang sangat sulit untuk dilinting. Perlu usaha ekstra untuk meraciknya. Sebelum meraciknya di atas papir, tembakau perlu dihancurkan sampai hingga menyerupai serbuk. Rasanya nyegrak,  bahkan lebih nyegrak bila dibandingkan dengan jenis tembakau lainnya. Oleh karena itu, kemenyan menjadi teman racikan yang pas.

Selain itu, teksturnya yang lembab membuat tembakau garangan sulit untuk dibakar. Bahkan lebih sulit bila dibandingkan dengan tembakau dari Boyolali. Saya sendiri hampir kehabisan korek api gara-gara menikmati tembakau ini.

Tanpa bermaksud membandingkan dan bila diperkenankan untuk memilih tembakau yang paling sesuai dengan karakter saya, pilihan jatuh pada tembakau garangan. Saya menyukainya karena rasanya yang menyerupai tanah nampak sulit ditawar dengan jenis tembakau lainnya, bahkan rokok bungkusan sekalipun.


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

The post Tembakau-Tembakau Jawa Tengah appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/tembakau-jawa-tengah/feed/ 0 40063
Tembakau Garangan: Pengetahuan Lokal Masyarakat Dieng (2) https://telusuri.id/tembakau-garangan-pengetahuan-lokal-masyarakat-dieng-2/ https://telusuri.id/tembakau-garangan-pengetahuan-lokal-masyarakat-dieng-2/#respond Wed, 16 Aug 2023 09:00:00 +0000 https://telusuri.id/?p=39608 Belum puas berkunjung di sekitar Pasar Induk Wonosobo, saya memutuskan untuk melaju ke daerah Dieng. Dataran tinggi yang menjadi pusat pariwisata Kabupaten Wonosobo dan Banjarnegara. Menurut tutur informasi yang saya terima, masyarakat Dieng memiliki tradisi...

The post Tembakau Garangan: Pengetahuan Lokal Masyarakat Dieng (2) appeared first on TelusuRI.

]]>
Belum puas berkunjung di sekitar Pasar Induk Wonosobo, saya memutuskan untuk melaju ke daerah Dieng. Dataran tinggi yang menjadi pusat pariwisata Kabupaten Wonosobo dan Banjarnegara. Menurut tutur informasi yang saya terima, masyarakat Dieng memiliki tradisi dan pengetahuannya sendiri terkait tembakau garangan. Selain memang Dieng terkenal sebagai lahan yang cocok untuk menanam tembakau.

Saya melaju dari arah kota selama satu jam untuk sampai ke Dieng. Jarak yang saya tempuh tidak terlalu jauh. Namun, arus lalu lintas yang begitu padat dan kontur jalan menanjak membuat saya cukup lama menghabiskan waktu di jalan.  

Ketika sampai di kawasan Dieng, saya cukup kewalahan dengan suhu rendah yang menusuk kulit. Saya sampai harus memakai dua jaket sekaligus. Maklum, saya terbiasa hidup di pesisir sehingga cukup kaget dengan kondisi tersebut.

Seorang pemuda gimbal bernama Fizi sudah menanti-nanti kehadiran saya. Sebelumnya saya sudah menjalin kontak untuk berkunjung ke tempatnya. Fizi adalah sosok yang ramah. Ia kerap memaksa saya menginap di rumahnya, lantaran kondisi tubuh saya yang tidak memungkinkan untuk pulang saat itu juga.

Tembakau Garangan: Pengetahuan Lokal Masyarakat Dieng (2)
Tembakau garangan khas Dieng, Wonosobo/Mohamad Ichsanudin Adnan

Beda Tembakau Garangan dari Pasar dan Dieng

Selama berada di rumahnya, saya sempat memerhatikan ayah Fizi khusyuk melinting tembakau garangan. Saat itu kami sedang seru-serunya membicarakan tentang bola, karena apalagi bertepatan dengan momen Piala Dunia FIFA Qatar 2022. Saya pun tidak mau kalah menunjukkan tembakau garangan yang saya beli di toko Pak Tanir sebelumnya.

Ketika saya mengeluarkan tembakau itu dari tas kecil saya, sontak mereka terkejut. Mereka tidak menyangka bila ada orang dari luar Wonosobo yang mengenal komoditas tersebut. Saya sendiri mengaku kalau mengenalnya baru-baru ini, bahkan melintingnya pun masih kaku.

Jika mengamati lebih lanjut, tembakau yang saya beli di pasar ternyata memiliki bentuk dan wujud berbeda dengan jenis tembakau yang masyarakat Dieng miliki. Tembakau yang ada di pasar cenderung berbentuk sampai gepeng agar tidak kemasukan angin. Waktu penyimpanannya pun bisa sangat lama sehingga bentuknya menjadi kotak dan sulit untuk melinting tembakau garangan tersebut. Adapun tembakau yang belum masuk ke pasar cenderung terurai dan mudah sekali melintingnya. 

Ayah Fizi mengaku mendapatkan tembakau dari petani yang berada di Kecamatan Kejajar. Daerah tersebut juga merupakan lokasi yang tepat untuk mencari garangan, karena banyak dari warganya yang masih menanam tembakau. Sementara di daerah tempat tinggal Fizi, lahan tembakau sudah beralih menjadi komoditas lainnya, seperti carica, kentang, dan tanaman sayur lainnya. 

Tembakau di Kejajar terbilang cukup murah daripada membelinya di pasar. Hal tersebut karena proses jual beli yang berhadapan langsung dengan petani. Tanpa perantara sama sekali. Meskipun demikian, tembakau tersebut cenderung masih terurai sehingga daya simpannya tidak selama yang ada di pasar..

Pengetahuan Lokal Tembakau Garangan Dieng

Saya yang terbilang belum lama mengenal garangan, sontak mengajukan beberapa keresahan lain mengenai tembakau yang saya pegang ini. Belakangan saya kerap menjadikan tembakau garangan sebagai rokok utama, menggantikan rokok bungkusan yang bisa saya beli di warung. Sejak mengonsumsi tembakau garangan, saya jadi tidak doyan dengan jenis rokok bungkusan yang beredar di pasaran.

Akan tetapi, saya malah bingung dengan jenis tembakau yang satu ini. Tak hanya proses melintingnya yang susah, tembakau ini juga cenderung tidak mudah untuk dibakar. Sampai-sampai sisa minyak di korek saya habis hanya untuk mengisapnya. Setiap kali berhasil saya isap, bara yang keluar malah cepat meredup. Tak ada pilihan selain terus-menerus mematikan api.

Menurut ayah Fizi, sumber masalah yang saya alami terdapat pada proses meraciknya. Tembakau garangan membutuhkan kemenyan agar bisa menciptakan rasa yang halus. Namun, kita mesti melakukan proses penaburan kemenyan dengan cermat. Jika kemenyan terlalu banyak, maka tembakau akan sulit untuk terbakar. Bila terlalu sedikit, tembakau jadi sangat menyiksa tenggorokan. Maka menabur kemenyan harus secara merata dan jumlahnya tidak terlalu berlebihan.

Selain dari proses peracikan, teknis memantik api ke tembakau juga harus diperhatikan. Berbeda dengan rokok atau jenis tembakau lain yang hanya butuh sekali pantik, tembakau garangan perlu beberapa kali memantik api dalam waktu yang cukup lama. Tujuannya agar kemenyan pada tembakau dapat terbakar secara sempurna. 

Namun, jangan kaget bila bara apinya malah menjadi makin besar. Dan tidak perlu repot-repot meniup api, cukup biarkan sampai berangsur padam. Nyala api yang besar muncul karena proses pembakaran kemenyan. Kemenyan yang terbakar secara sempurna akan mati dengan sendirinya. Jika mematikan api secara sengaja maka proses pembakaran tersebut belum benar-benar membakar kemenyan.

Selain itu, waktu dan suasana batin ternyata juga berpengaruh terhadap rasa yang tembakau itu hasilkan. Saya akui tidak begitu paham alasan yang masuk akal di balik faktor tersebut. Namun, selama saya mengisap tembakau garangan, fenomena ini kerap saya jumpai dalam keseharian. Maka dari itu, guna menciptakan rasa yang baik perlu juga memerhatikan suasana. Mungkin juga karena suasana batin yang buruk, sehingga membuat proses peracikannya jadi tidak sempurna.


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

The post Tembakau Garangan: Pengetahuan Lokal Masyarakat Dieng (2) appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/tembakau-garangan-pengetahuan-lokal-masyarakat-dieng-2/feed/ 0 39608
Tembakau Garangan: Komoditas Isap dari Wonosobo (1) https://telusuri.id/tembakau-garangan-komoditas-isap-dari-wonosobo-1/ https://telusuri.id/tembakau-garangan-komoditas-isap-dari-wonosobo-1/#respond Mon, 14 Aug 2023 09:00:00 +0000 https://telusuri.id/?p=39603 Bila membandingkan dengan jenis tembakau di daerah lainnya, tembakau garangan dari Wonosobo cenderung memiliki bentuk dan aroma yang unik. Bentuk kotak, hitam, padat, dan aroma yang lebih menyerupai tanah ketimbang daun membuat saya cukup heran...

The post Tembakau Garangan: Komoditas Isap dari Wonosobo (1) appeared first on TelusuRI.

]]>
Bila membandingkan dengan jenis tembakau di daerah lainnya, tembakau garangan dari Wonosobo cenderung memiliki bentuk dan aroma yang unik. Bentuk kotak, hitam, padat, dan aroma yang lebih menyerupai tanah ketimbang daun membuat saya cukup heran dengan jenis tembakau satu ini.

Rasanya yang berat serta aromanya yang tajam, membuat saya mengira bahwa tembakau ini lebih berguna sebagai sisipan atau tambahan dari jenis tembakau lainnya. Toh tidak mungkin jika ada seseorang yang mampu mengisapnya secara utuh tanpa tambahan dari tembakau lainnya. Jika ada sudah pasti tenggorokannya akan rusak.

Namun, anggapan tersebut segera runtuh ketika saya mengunjungi langsung ke daerah asalnya. Saya malah menjumpai banyak dari masyarakat sekitar yang menggunakannya sebagai tembakau utama. Alih-alih tersedak, mereka justru tampak begitu khidmat menikmatinya. 

Tembakau Garangan: Komoditas Isap dari Wonosobo (1)
Penampilan lebih dekat lintingan tembakau garangan/Mohamad Ichsanudin Adnan

Toko Tembakau Pak Tanir

Tembakau ini merupakan komoditas pertanian yang berasal dari Wonosobo, Jawa Tengah. Penduduk setempat kerap menyebutnya dengan nama garangan. Tembakau ini akan mudah dijumpai bila berkunjung ke pasar. Adapun proses penanaman kerap dilakukan oleh masyarakat di sekitar Dieng maupun lereng Gunung Sumbing.

Keunikan bentuk dan aroma yang unik tidak lepas dari proses penanaman dan pengolahannya yang juga tak kalah uniknya. Lanskap Wonosobo yang terkepung oleh gunung membuat petani mesti menanam tembakau ini di dataran tinggi. 

Bahkan setelah musim panen tiba, asupan matahari yang minim membuat tembakau garangan mesti dipanggang di atas tungku api besar, alih-alih menjemurnya di luar teras. Setelah beres memanggang, petani akan menata tembakau ini ke dalam kotak kayu lalu menginjaknya dengan kaki sampai benar-benar gepeng. 

Proses tersebut dilakukan guna menjaga kondisi tembakau bisa bertahan lama dan tidak kemasukan angin, meskipun berada di situasi yang lembap. Tak heran bila bentuknya jadi kotak dan aromanya seperti berbau tanah.

Melihat keunikan itu, saya memutuskan untuk mampir ke sebuah toko tembakau milik Pak Tanir. Letaknya berada di sebelah barat Pasar Induk Wonosobo. Pak Tanir merupakan sosok kondang jika berbicara mengenai tembakau garangan. Saya mendapatkan informasi ini dari seseorang yang saya temui di warung kopi, yang kebetulan sedang mengisap garangan.

Tanpa kesulitan, saya pun berhasil menjumpai toko Pak Tanir. Di depan tokonya terpampang puluhan jenis tembakau garangan. Berserakan di atas meja. Tak lupa rentengan kemenyan bergelantungan di atas toko.

Melalui guratan tangannya, secara perlahan Pak Tanir sedang mengiris helai demi helai sebongkah tembakau yang hendak dibeli seseorang. Menariknya, jenis pisau yang ia gunakan pun memiliki bentuk khusus dan unik.

Tembakau Garangan: Komoditas Isap dari Wonosobo (1)
Tembakau garangan di toko Pak Tanir Wonosobo/Mohamad Ichsanudin Adnan

Cara Melinting Tembakau Garangan

Pak Tanir merupakan sosok yang cukup ramah. Dia bersedia memberi arahan kepada saya, yang tidak mengetahui jenis tembakau yang akan saya pilih. Beliau mempersilakan saya untuk mencicipinya terlebih dahulu. Jika sudah cocok dengan selera, maka saya diperbolehkan untuk membawanya pulang. 

Saya cukup awam kalau berurusan dengan jenis tembakau yang satu ini. Bentuknya yang lumayan padat membuat saya kebingungan untuk melinting dengan menggunakan kertas.

Berdasarkan pengetahuan Pak Tanir, proses pelintingan tembakau garangan tidak bisa dilakukan sembarangan. Beliau mengarahkan saya untuk menghancurkannya terlebih dahulu sampai bentuknya lebih menyerupai bubuk. Tembakau yang saya pilih adalah garangan dari lereng Gunung Sumbing.

Ketika tembakau sudah hancur, selanjutnya mesti menaburi kemenyan di bagian atasnya agar rasa lebih halus di tenggorokan. Kemenyan merupakan bumbu rokok yang paling tepat untuk jenis tembakau garangan. Berbeda dengan cengkih atau bumbu rokok lain yang malah membuat rasanya aneh. Pak Tanir juga menambahkan, proses penaburan tembakau dan kemenyan harus merata di setiap ujung dan pangkalnya, serta berbentuk lancip ke bawah.

Setelah urusan meracik beres, selanjutnya melakukan proses pelintingan. Bagian inilah yang membuat saya cukup gusar. Ketika tembakau ini saya linting kemudian menggulung bagian pangkalnya, bentuknya malah rontok tak keruan. Alhasil tembakau dan kemenyan yang sudah saya tata rapi malah berhamburan ke mana-mana. 

Menurut Pak Tanir, tembakau garangan merupakan jenis tembakau yang sulit untuk dilinting orang awam. Butuh waktu dan kebiasaan agar dapat menikmatinya. Saya pun meminta Pak Tanir melintingkan satu saja untuk saya. Hasilnya begitu menakjubkan. Bentuk lintingan Pak Tanir sangat rapi dan tertata dari pangkal sampai ujung.

Tidak seperti prasangka yang saya bayangkan, rasa dan kepulan asapnya membuat saya takjub. Rasanya cenderung ramah di tenggorokan. Mungkin karena efek kemenyan di dalamnya, walaupun kepulan asapnya membuat saya sedikit pusing. Adapun tentang rasa, saya masih sulit mendeskripsikan. Yang jelas, membuat tembakau garangan tidak bisa tergantikan dengan jenis tembakau di daerah lainnya.

Saya pun meminta Pak Tanir membungkuskan lima helai untuk saya bawa pulang. Harga per helainya mulai Rp5.000 sampai dengan Rp50.000. Tergantung kualitas dan lamanya tahun panen. Makin lama menyimpan tembakau garangan, maka makin mahal pula harganya. 

Saya membeli yang seharga Rp35.000 per helai. Jenis tembakau keluaran tahun 1998-an, lebih tua dari usia saya sendiri. Meskipun saya belum benar-benar mahir melinting tembakau garangan, saya merasa telah membeli pengetahuan yang ada di balik sehelai tembakau tersebut.


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

The post Tembakau Garangan: Komoditas Isap dari Wonosobo (1) appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/tembakau-garangan-komoditas-isap-dari-wonosobo-1/feed/ 0 39603
Kebijakan Cukai Rokok dan Eksploitasi Petani Tembakau di Temanggung https://telusuri.id/kebijakan-cukai-rokok-dan-eksploitasi-petani-tembakau-di-temanggung/ https://telusuri.id/kebijakan-cukai-rokok-dan-eksploitasi-petani-tembakau-di-temanggung/#respond Tue, 08 Aug 2023 09:00:00 +0000 https://telusuri.id/?p=39569 Tahun-tahun belakangan ini, pemerintah kerap menerapkan kebijakan kenaikan cukai pada produk rokok. Kebijakan ini bermula dari pernyataan Sri Mulyani, Menteri Keuangan RI, yang menilai bahwa perokok adalah beban negara dan telah menghabiskan anggaran BPJS sampai...

The post Kebijakan Cukai Rokok dan Eksploitasi Petani Tembakau di Temanggung appeared first on TelusuRI.

]]>
Tahun-tahun belakangan ini, pemerintah kerap menerapkan kebijakan kenaikan cukai pada produk rokok. Kebijakan ini bermula dari pernyataan Sri Mulyani, Menteri Keuangan RI, yang menilai bahwa perokok adalah beban negara dan telah menghabiskan anggaran BPJS sampai 15 triliun rupiah. 

Padahal bila menelusuri lebih jauh, sektor penjualan tembakau nyatanya telah memberi keuntungan pada negara sebesar Rp164,87 triliun. Angka tersebut sudah pasti telah menutup tanggungan triliunan dari BPJS.

Meskipun demikian, sepertinya kebijakan cukai dari pemerintah luput membaca kondisi di lapangan. Utamanya kondisi para petani tembakau di daerah pinggiran yang tak tersentuh oleh pusat kekuasaan di Jakarta.

Kebijakan Cukai Rokok dan Eksploitasi Petani Tembakau di Temanggung
Berbincang bersama warga dan pemuda Bringin, Temanggung/Mohamad Ichsanudin Adnan

Kondisi Petani Tembakau di Temanggung

Berlangsungnya kebijakan cukai rokok, yang pada tahun-tahun ini sedang gencar berlaku, ternyata tak membuat petani tembakau benar-benar sejahtera. Hal tersebut jelas bertentangan dengan tujuan cukai untuk kesejahteraan petani. 

Sebagaimana yang saya jumpai di lapangan, ketika saya dan seorang kawan memutuskan untuk singgah lama di Bringin. Dusun yang terletak di pinggiran kota Temanggung ini terkenal sebagai pusat olahan tembakau yang terdistribusi ke pasar rokok nasional.

Selama singgah, kami juga tidak luput berbagi cerita bersama para warga. Khususnya para petani tembakau di Dusun Bringin. Aktivitas berlangsung di kediaman Mas Suti, yang setiap malamnya banyak dari masyarakat Bringin berkumpul di rumah tersebut sembari menikmati malam. 

Para pemuda, pegiat sanggar seni, hingga petani tembakau, satu per satu menyempatkan waktu untuk srawung di rumah sederhana itu. Dari perkumpulan tersebut kami berupaya menghimpun cerita sebanyak yang kami bisa, mengenai upaya bertahan dari desakan serta peminggiran yang mereka alami hari ini.

Di tengah berbincang, saya mendapati suatu hal yang mengejutkan. Sebagaimana Mas Suti katakan, meskipun dusun ini terletak di lereng Gunung Sindoro, sepanjang jalan utama menuju dusun sudah terdapat deretan pabrik rokok besar yang menjadi tempat penyimpanan tembakau sementara. Tempat ini berfungsi untuk memasok olahan tembakau dari para petani. Selanjutnya didistribusikan menuju Jawa Timur, daerah sebagian besar pabrik induk tersebut berada.

Kondisi tersebut menjadi bukti betapa kuatnya sektor rokok swasta yang berlangsung di daerah ini. Hanya sebagian yang dikelola oleh pengusaha lokal, sisanya lebih banyak dimiliki oleh orang di luar Temanggung. Mirisnya lagi, tembakau yang dihasilkan di tanah Temanggung hanya menjadi bahan baku tambahan karena rasanya yang begitu berat.

Kebijakan Cukai Rokok dan Eksploitasi Petani Tembakau di Temanggung
Produksi tembakau dari petani Bringin, Temanggung/Mohamad Ichsanudin Adnan

Dampak Kenaikan Cukai terhadap Petani Tembakau Temanggung

Di luar itu, pemerintah kerap mensosialisasikan kebijakan kenaikan cukai dengan mempertimbangkan kesejahteraan petani tembakau. Namun, pada praktiknya justru berlawanan. Para petani tembakau malah menjadi kelompok paling tertindas dalam pusaran kapital dan kebijakan yang tidak seimbang tersebut. 

Meski etalase di warung telah memasang harga puluhan ribu hanya untuk pembelian sebungkus rokok, petani masih terjerembap dalam pusaran rentenir dan keuntungan produksi yang timpang. Dengan kata lain, selisih dari tingginya harga rokok sangat jomplang dengan pendapatan para petani tembakau hari ini. Bahkan banyak dari mereka mengaku rugi menanam tembakau, sehingga beberapa di antaranya lebih memilih untuk menanam komoditas cabai.

Kemudian terdapat pula praktik adu domba yang gencar terjadi. Praktik ini berjalan dengan cara menempatkan kebencian kepada sesama warga di dalamnya. Menebar ketidakpercayaan dan menimbulkan pertikaian antarkelompok. Alhasil satu sama lain saling menanggung tatapan curiga, sekalipun itu adalah tetangga dan saudara dekat mereka. 

Menurut Mas Ato, petani tembakau yang saya temui di kediamannya, praktik ini kerap dilakukan oleh para calo guna menjaga alur distribusi tetap masuk ke kantong mereka. Selain itu, guna menjaga kepercayaan dari para petani agar tetap menyerahkan segala bentuk investasinya, termasuk tembakau, kepada mereka. 

Selain pasaran harga tembakau dan ritme kehidupan petani, naiknya cukai juga berdampak pada cara petani memperlakukan tanah garapannya sendiri. Hal ini saya jumpai ketika sedang berbincang dengan salah satu warga di Bringin. Dahulu para petani kerap mengadakan ruwatan atau doa sebelum menanam tembakau. 

Selain ruwatan, mereka juga kerap mempertimbangkan kondisi dari tanah olahan mereka. Jika sudah tidak lagi musim tanam, mereka akan membiarkan tanah dan tidak menanam komoditas apa pun. Sebagaimana manusia, tanah pun membutuhkan istirahat. Cara ini terbukti ampuh menjaga kualitas tembakau, karena tanahnya sendiri memiliki waktu untuk tidak terkontaminasi pestisida dan berbagai macam komoditas lainnya.

Akan tetapi, belakangan ini para petani sudah jarang melakukan tradisi ruwatan dan pengkondisian tanah. Irama produksi rokok yang serba cepat dan penghasilan yang tidak menutupi biaya produksi, memaksa tanah bekas garapan tembakau mesti segera berganti dengan komoditas lain, seperti cabai. Maka para petani pun menjadi makin eksploitatif dan tidak memberi ruang napas terhadap tanah olahannya sendiri.


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

The post Kebijakan Cukai Rokok dan Eksploitasi Petani Tembakau di Temanggung appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/kebijakan-cukai-rokok-dan-eksploitasi-petani-tembakau-di-temanggung/feed/ 0 39569
Wisata Tembakau di Museum Tembakau Jember https://telusuri.id/wisata-tembakau-di-museum-tembakau-jember/ https://telusuri.id/wisata-tembakau-di-museum-tembakau-jember/#respond Sun, 06 Aug 2023 09:00:00 +0000 https://telusuri.id/?p=39558 Mendapat julukan Kota Tembakau, tidak ada lagi keraguan bagi Jember terhadap kualitas dan jumlah produksi tanaman yang awalnya dibawa dari Amerika ini. Pada musim tembakau, hampir di seluruh penjuru Kabupaten Jember kita bisa menemukan daun-daun...

The post Wisata Tembakau di Museum Tembakau Jember appeared first on TelusuRI.

]]>
Mendapat julukan Kota Tembakau, tidak ada lagi keraguan bagi Jember terhadap kualitas dan jumlah produksi tanaman yang awalnya dibawa dari Amerika ini. Pada musim tembakau, hampir di seluruh penjuru Kabupaten Jember kita bisa menemukan daun-daun tembakau yang berjajar. Masyarakat biasa menjemurnya di pinggir jalan atau tanah lapang, seperti lapangan sepak bola. 

Bahkan di Jember juga terdapat bangunan-bangunan berbentuk semacam rumah, tetapi dengan ukuran besar dan atap yang sangat tinggi. Atapnya terbuat dari jerami dan dindingnya berupa anyaman bambu. Bangunan yang seringkali banyak orang luar Jember menyangkanya sebagai rumah adat, padahal ternyata merupakan gudang tembakau. Salah satu produk olahan tembakau yang terkenal adalah cerutu. Cerutu Jember tersebut bahkan bisa menembus pasar internasional. Terutama negara-negara di Eropa, seperti Belanda dan Jerman.

Untuk edukasi sejarah, pengolahan, dan pelestarian tembakau sebagai komoditas warisan budaya bangsa, Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Provinsi Jawa Timur, membangun Museum Tembakau. Pengelolaan museum berada dalam kewenangan UPT Pengujian Sertifikasi Mutu Barang Lembaga Tembakau Jember, yang merupakan unit pelaksana tugas di bawah Disperindag Provinsi Jawa Timur.

Museum ini terbuka untuk kalangan umum yang ingin berwisata sekaligus belajar seputar tembakau. Terletak di pusat kota Jember, tepatnya Jl. Kalimantan 1, Sumbersari, lokasi museum cukup strategis dan mudah dijangkau dari arah Surabaya, Bondowoso, atau Banyuwangi.

Wisata Tembakau di Museum Tembakau Jember
Pajangan yang menyambut pengunjung di ruangan pertama/Sigit Candra Lesmana

Sejarah Tembakau

Pada ruangan pertama, pengunjung akan melihat papan nama museum yang terbuat dari kayu. Terdapat bambu sebagai latar belakang, dengan hiasan berbahan tembakau kering.

Di bawah papan nama itu terpajang beberapa jenis tembakau yang sudah dirajang, limbah daun tembakau, dan ruas daun tembakau kering. Kemudian di sebelahnya terdapat sebuah mural yang bergambar Ek Chuah, dewa pedagang dan pelindung dari suku Maya beserta penjelasan tentang mural tersebut. Dalam sejarahnya, dahulu suku-suku di Benua Amerika menggunakan tembakau untuk tujuan ritual keagamaan. 

Lalu ketika Christopher Colombus menemukan Benua Amerika, orang Eropa mulai mengenal tembakau dan menyebar ke seluruh dunia. Termasuk Indonesia. Terdapat sebuah diorama suku asli Amerika Utara yang sedang duduk sambil memegang alat isap tembakau. Ada juga replika alat isap tembakau yang berukuran kurang lebih sekitar satu meter. Alat isap ini biasanya digunakan dalam upacara-upacara sakral.

Wisata Tembakau di Museum Tembakau Jember
Gambaran dewa suku Maya/Sigit Candra Lesmana

Cara Menanam dan Memproses Tembakau

Memasuki ruang selanjutnya kita akan disuguhkan dengan narasi sejarah. Mulai dari masuknya tembakau ke Indonesia hingga mencapai Jember. Selain itu kita akan dikenalkan dengan benih tembakau, kemudian cara-cara dalam penanaman tembakau, pengeringan tembakau, menjaga tembakau dari hama kutu. 

Dalam ruangan ini juga tersimpan berbagai alat yang berfungsi untuk menanam tembakau sampai ke proses pengeringan. Terdapat pula sebuah replika gudang penyimpanan tembakau khas Jember, pajangan aneka jenis daun tembakau kering, dan tembakau yang sudah dicacah. Yang menarik, di sini juga ada daun tembakau kasturi yang berasal dari daerah Besuki, Situbondo. Tembakau jenis ini terkenal dengan harganya yang sangat mahal. Bisa mencapai jutaan rupiah per kilogram. 

Selanjutnya tersaji aneka alat yang digunakan dalam industri tembakau. Mulai dari alat-alat untuk pres, rajang, linting rokok, sampai cerutu. Tak hanya itu. Di sini juga terpajang aneka alat yang digunakan dalam laboratorium untuk meneliti dan menguji kualitas tembakau, sebelum akhirnya terbit izin edar. 

Wisata Tembakau di Museum Tembakau Jember
Alat-alat untuk memproduksi cerutu/Sigit Candra Lesmana

Olahan Lain dari Tembakau

Beranjak ke ruang berikutnya, terdapat pajangan batik khas Jember dengan motif daun tembakau. Di ruang ini kita tahu bahwa tembakau tak hanya diolah menjadi rokok dan cerutu saja. Lebih dari itu, tembakau bisa juga diolah menjadi aneka produk, seperti parfum, sabun, pupuk organik, asap cair, bahkan cairan pembersih tangan.

Ternyata stigma buruk tentang tembakau terpatahkan dengan adanya fakta tersebut. Tembakau punya banyak manfaat lain, bukan sekadar alat isap semata.

Selain memamerkan berbagai macam produk tembakau secara hulu dan hilir, museum ini memiliki perpustakaan. Letaknya berada di lantai dua. Perpustakaan museum berisi buku-buku tentang tembakau dan tema umum lainnya.  

Wisata Tembakau di Museum Tembakau Jember
Aneka bentuk cerutu di Museum Tembakau Jember/Sigit Candra Lesmana

Waktu Operasional Museum

Suasana di museum ini sangat nyaman dengan segala ornamen serta hiasan berbahan kayu maupun bambu. Sepintas menyerupai bangunan-bangunan di pedesaan. Penataan benda-benda pajangan pun kreatif, sehingga tidak membosankan untuk berkeliling di dalam museum. Selain itu kita akan dipandu untuk berkeliling sembari mendapatkan cerita dan informasi menarik.

Karena merupakan museum di bawah pengelolaan pemerintah daerah, waktu operasional museum seperti halnya jam kerja perkantoran pada umumnya. Buka setiap Senin—Jumat, mulai pukul 09.00 hingga 17.00. Hari Sabtu dan Minggu tutup. Untuk mengunjungi museum ini, kita harus menemui petugas resepsionis terlebih dahulu untuk mengisi daftar hadir dan membayar tiket masuk sebesar Rp.10.000.


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

The post Wisata Tembakau di Museum Tembakau Jember appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/wisata-tembakau-di-museum-tembakau-jember/feed/ 0 39558
Rekonsiliasi Konflik Tembakau melalui Kesenian Jaran Kepang https://telusuri.id/rekonsiliasi-konflik-tembakau-melalui-kesenian-jaran-kepang/ https://telusuri.id/rekonsiliasi-konflik-tembakau-melalui-kesenian-jaran-kepang/#respond Tue, 30 May 2023 09:00:00 +0000 https://telusuri.id/?p=38828 Satu tahun belakangan saya mencatat penelusuran tentang resistensi kesenian rakyat di pinggiran Jawa. Perjalanan ini saya mulai dari sebuah tempat yang mungkin asing bagi sebagian orang, tetapi beberapa menganggap sebagai rumah yang menghidupi.  Tempat itu...

The post Rekonsiliasi Konflik Tembakau melalui Kesenian Jaran Kepang appeared first on TelusuRI.

]]>
Satu tahun belakangan saya mencatat penelusuran tentang resistensi kesenian rakyat di pinggiran Jawa. Perjalanan ini saya mulai dari sebuah tempat yang mungkin asing bagi sebagian orang, tetapi beberapa menganggap sebagai rumah yang menghidupi. 

Tempat itu adalah sebuah dusun bernama Bringin yang terletak di pinggiran Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah. Bringin merupakan rumah bagi para petani tembakau, yang hingga hari ini memutuskan bertahan membudidayakan tanaman bahan baku rokok tersebut. Meskipun kebijakan cukai kerap menyisihkan mereka.

Dalam pusaran tembakau di daerah Bringin, para petani menjadi kelas paling rentan. Walaupun etalase di supermarket telah memasang harga puluhan ribu hanya untuk pembelian sebungkus rokok. Akan tetapi, para petani tembakau masih terjerembap dalam pusaran rentenir dan keuntungan produksi yang tidak seimbang. Dengan kata lain, tingginya harga rokok tidak sebanding dengan pendapatan para petani tembakau.

Dari kesaksian para petani tembakau Bringin, sebagaimana Mas Ato (warga Dusun Bringin) katakan, bahwa permasalahan petani tidak hanya berhenti pada kebijakan cukai yang timpang. Bahkan di lapangan para calo kerap mengadu domba para petani demi keuntungan pribadi. Terdapat kebencian yang kerap mereka alamatkan kepada sesama warga, sehingga sering terjadi perselisihan. Alih-alih mengarahkan keluh kesah kepada produsen kapital besar yang sering memainkan harga, justru kebencian mereka tergiring dan bergulir di sesama petani.

Meskipun demikian, di luar intrik perselisihan komoditas tembakau, masyarakat Dusun Bringin masih sering menggelar pagelaran seni jaran kepang. Tradisi tersebut masih berlangsung hingga hari ini, guna memelihara ingatan mereka terhadap sosok leluhur. 

Rekonsiliasi Konflik Tembakau melalui Kesenian Jaran Kepang
Para penampil muda kesenian jaran kepang di Dusun Bringin, daerah pinggiran Kabupaten Temanggung/Mohamad Ichsanudin Adnan

Kesenian Jaran Kepang Khas Dusun Bringin

Menurut Mas Suti, salah satu pegiat sanggar seni di Dusun Bringin, masyarakat mengenal sosok leluhurnya sebagai salah satu prajurit perang Pangeran Diponegoro. Sebagaimana kita tahu, para prajurit itu kerap terlibat dalam praktik pembangkangan terhadap kekuasaan Mataram dan kolonialisme Belanda di keresidenan Kedu.

Sosok-sosok tersebut merujuk pada Pangeran Suryakusuma, Singa Barong, hingga Kiai Yusup. Penduduk setempat mengenang dan menetapkan ketiga tokoh itu sebagai nama sanggar, yaitu Tri Kudo Waseso Bringin. Sanggar ini menaungi pemberdayaan seni di daerah Bringin.

Antusiasme penduduk Bringin terhadap kesenian jaran kepang menarik perhatian saya untuk singgah lama di tempat ini. Suatu kali, saya menjumpai rombongan anak secara bersemangat menggelar jaran kepang. Tujuannya memeriahkan hajatan kawannya yang habis sunatan. Meskipun tubuh mereka terbilang masih kaku dan lebih dekat dengan kebiasaan bermain, tetapi mereka begitu penuh gairah menari layaknya prajurit di atas papan kayu.

Kemudian pada akhir tahun 2022, sanggar Tri Kudo Waseso melalui para pemudanya, menginisiasi pagelaran seni yang seluruh lapisan masyarakat bisa mengikutinya. Baik itu anak-anak maupun para lansia, semuanya meletupkan energi untuk menyuguhkan penampilan terbaik. 

Sembari berbaur dengan para pemuda di sana, menjelang pagelaran tiba saya memutuskan untuk membersamai proses latihan mereka. Proses latihan ini tersebar di setiap gang hingga antar RT di sepanjang jalan Dusun Bringin. 

Setiap gang maupun RT di Dusun Bringin memiliki model estetika khasnya masing-masing. Meskipun memang dalam proses pengemasannya secara serentak menggunakan jaran kepang. Maka malam itu, suara gamelan nampak meluber ke segala arah. Semua orang terlihat gemar menari, tak mengenal batas usia maupun gender.

Bahkan di halaman masjid sekalipun, di luar jadwal ibadah rutin, mereka jadikan sebagai tempat latihan. Tak hanya itu, mereka juga secara swadaya menginisiasi penyewaan artistik dan juga pengeras suara besar untuk modal latihan.

Rekonsiliasi Konflik Tembakau melalui Kesenian Jaran Kepang
Pertunjukan jaran kepang anak-anak di Bringin (dokumentasi oleh Agung, sanggar seni Tri Kudo Waseso)

Paguyuban Kesenian sebagai Mediasi Konflik

Menariknya, melalui pagelaran seni dan proses swadaya yang berlangsung secara kolektif, para warga yang awalnya saling berselisih satu sama lain, justru berbaur guna menyukseskan acara tersebut. Kebencian yang sempat terjadi justru lenyap dan berusaha menjalin kembali ritme paguyuban satu sama lain.

Mungkin itulah tujuan dari pergelaran tersebut. Bukan hanya sebagai ajang menunjukan kemegahan artistik maupun kemampuan estetika yang luhung. Namun, lebih dari itu, menjadi wadah bagi siapa pun untuk bersatu dan menepis konflik-konflik yang terjadi di Dusun Bringin.

Berangkat dari persinggungan saya dengan nuansa kesenian di Dusun Bringin, saya pun sampai pada suatu pemetaan. Apabila komoditas tembakau dapat menciptakan ketegangan antarwarga di dalamnya, malah justru melalui kesenian upaya rekonsiliasi dapat dilakukan. 

Kesenian dapat menjadi wadah bagi konflik-konflik di daerah pinggiran. Terutama yang irama paguyubannya telah terenggut oleh ketimpangan struktur dan kebijakan pemilik kuasa. Dalam kesenian, seluruh lapisan masyarakat dapat menjalin program kontak dan pertemuan yang lebih sehat.

Di pengujung tahun, pergelaran seni tersebut akan berlangsung. Pagelaran yang menjadi ajang menunjukan hasil latihan yang telah mereka lakukan selama ini. Sekali lagi, bekal tersebut bukanlah keterampilan estetika semata, melainkan nada senyum dan sapa yang menguar selama proses latihan hingga malam pagelaran tiba.


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

The post Rekonsiliasi Konflik Tembakau melalui Kesenian Jaran Kepang appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/rekonsiliasi-konflik-tembakau-melalui-kesenian-jaran-kepang/feed/ 0 38828
Melinting Tembakau Temanggung di Linthing Thoenk https://telusuri.id/melinting-tembakau-temanggung-di-linthing-thoenk/ https://telusuri.id/melinting-tembakau-temanggung-di-linthing-thoenk/#respond Mon, 15 Apr 2019 16:18:48 +0000 https://telusuri.id/?p=13262 Sudah bulan April namun hujan dan gerimis masih setia turun di wilayah Temanggung. Untung saya memakai parka. Jadi, saat dibonceng Roiz naik Vespa yang laju dari Ngadirejo ke Parakan, Temanggung, saya tidak kedinginan. Di Parakan,...

The post Melinting Tembakau Temanggung di Linthing Thoenk appeared first on TelusuRI.

]]>
Sudah bulan April namun hujan dan gerimis masih setia turun di wilayah Temanggung. Untung saya memakai parka. Jadi, saat dibonceng Roiz naik Vespa yang laju dari Ngadirejo ke Parakan, Temanggung, saya tidak kedinginan.

Di Parakan, kami meluncur di jalanan yang dipagari bangunan-bangunan tua, lalu melipir ke sebuah gang sempit yang hanya cukup untuk dua sepeda motor atau sebuah mobil kecil. Selama beberapa saat suara khas knalpot Vespa membahana dipantulkan ke sana kemari oleh pagar rumah dan tembok, sampai akhirnya kendaraan roda dua itu berhenti di depan sebuah rumah.

linthing thoenk
“Toko” tembakau lembutan dan cengkeh Linthing Thoenk/Fuji Adriza

Rumah itu tanpa pekarangan. Hanya pagar besi yang memisahkannya dari jalanan gang. Dindingnya yang dilapisi ratusan ubin persegi panjang berwarna merah bata dan lantai berandanya yang bertegel terang membuat rumah itu tampak klasik.

Tapi, yang paling mencolok adalah pintunya yang kuning terang. Di samping pintu kayu itu ada sebuah spanduk berlatar hitam. Saya perlu mengernyit untuk membaca tulisan dalam lingkaran putih itu: “Linthing Thoenk.” Di bawah “Linthing Thoenk” ada dua baris tulisan warna merah, “Tembakau Lembutan” dan “Cengkeh.”

Roiz mengetuk pintu kuning itu. Selang sebentar terdengar suara gagang pintu sedang ditekan, kemudian pintu itu membuka. Kami disambut seorang pria gondrong berusia sekitar 30-an akhir atau awal 40-an, lalu dipersilakan memasuki ruang tamu.

linthing thoenk
Repro lukisan Affandi di rumah Pak Thoenk/Fuji Adriza

Ruang tamu yang memanjang itu senada dengan eksterior bangunan, sama-sama klasik. Ada dua set meja-kursi tamu dari kayu dan anyaman rotan yang mengingatkan saya pada mebel lawas di rumah nenek. Kami duduk di set meja-kursi tamu kayu berkapur hitam dan penuh ukiran. Sambil menunggu empunya Linthing Thoenk—yang membuka pintu tadi ternyata bukan sang pemilik—saya mengedarkan pandangan mengelilingi ruangan nyeni itu.

Coba dulu, beli kemudian

Dinding tepat di depan saya adalah tempat bagi selusin lebih pigura bergambar keris, lengkap dengan keterangannya. Menoleh ke kiri saya mendapati sebingkai repro lukisan Affandi. Di sudut sana, di belakang meja kayu kokoh penuh ukiran, menjulang dua bilah tombak kayu berwarna cokelat tua. Di pojok yang berseberangan dengan tombak-tombak itu ada satu unik speaker Polytron yang kala itu sedang diam-diam saja.

Saat saya sedang asyik menikmati suasana, Pak Thoenk muncul dari ruang tengah. Wajahnya ceria. Rambutnya dipotong pendek mengikuti bentuk kepala. Susah untuk menebak usianya, barangkali sekitar 40-an akhir atau 50-an awal.

linthing thoenk
Kaleng rokok yang ditempeli logo Linthing Thoenk/Fuji Adriza

Ia menyalami kami berdua, lalu mengobrol dengan Roiz. Kawan saya itu memang sudah dari beberapa tahun lalu kenal Pak Thoenk. Ceritanya, waktu itu ia kehabisan cengkeh untuk dilinting dengan tembakau. Seseorang merekomendasikan Linthing Thoenk ke Roiz. Ternyata, saat ke sana, ia mendapati bahwa, selain cengkeh, Pak Thoenk juga menjual tembakau lembutan. Sejak itu, setiap kali kangen tembakau lembutan, Roiz menghampiri ruang tamu Pak Thoenk ini.

Transaksi di Linthing Thoenk agak berbeda dari yang biasanya terjadi di toko-toko tembakau lembutan kebanyakan. Sebelum membeli, pelanggan dipersilakan mencoba tester yang disediakan di meja.

Malam itu ada delapan kotak kecil di nampan. Isinya varian-varian tembakau Temanggung, dari yang termurah (Canggal, Rp20.000/ons) sampai yang termahal (Jambu, Rp50.000/ons). Sebagai campuran tembakau, Pak Thoenk turut menyediakan sekotak cengkeh hasil rajangannya sendiri. Saat mengintip kotak cengkeh itu, saya lihat ada beberapa butir biji salak yang sengaja ditaruh di sana untuk membuat aroma cengkeh tidak terlalu nyegak.

linthing thoenk
“Tester” delapan varian tembakau Temanggung/Fuji Adriza

Saya buka kotak-kotak plastik kecil itu satu per satu dan saya hirup aromanya. Sebentar saja aroma khas tembakau Temanggung melayang-layang di indra penciuman saya. Untuk menikmatinya, tentu saja saya harus mengambil selembar garet (papir), menjumput tembakau dan cengkeh—melinting.

Hadir sejak 2002

Saat saya sedang asyik melinting, Pak Thoenk bergerak ke arah speaker. Sebentar kemudian nada-nada blues dari gitar Gugun membahana memenuhi ruangan.

“Ini tembakau dari dari kebun bapak semua?” saya bertanya. “Bukan,” jawabnya sambil tersenyum. Tembakau-tembakau lembutan yang ia jual berasal dari petani di penjuru Temanggung. Semuanya adalah tembakau tegal yang ditanam di lahan kering. Ia tidak menjual tembakau sawah yang lebih basah.

Pak Thoenk adalah pelopor. Ia membuka Linthing Thoenk tahun 2002 saat melinting masih praktik yang hanya lazim dilakukan oleh para petani tembakau, jauh sebelum toko-toko tembakau lembutan menjamur di Temanggung sekitar tahun 2017. Pengalaman bekerja di gudang tembakau membuat Pak Thoenk lihai mengkurasi tembakau-tembakau enak.

Melinting tembakau Temanggung/Fuji Adriza

Sekali waktu Roiz pernah mencoba tembakau meteor di Linthing Thoenk. “Enak,” ujar Roiz. Tembakau itu didapat Pak Thoenk dari sebidang tanah di Desa Wonotirto, Kecamatan Bulu, Temanggung yang dekat dengan lokasi jatuhnya meteorit tahun 2001.

Sayang sekali kali ini tak ada tembakau meteor. Gantinya, saya melinting Kramat, Limbangan, Canggal, dan Jambu. Setelah mencoba beberapa jenis tembakau, saya jadi bingung mau membeli yang mana. Semuanya sama-sama enak.

“Jangan tertipu sama harga,” Pak Thoenk terkekeh melihat kebingungan di muka saya. “Yang murah bukan berarti nggak enak, yang mahal nggak mesti enak.”

Akhirnya saya memilih tembakau Limbangan yang tidak terlalu nyegak. Pak Thoenk lalu beranjak ke dalam untuk membungkus tembakau lembutan yang kami pesan. Sejurus kemudian ia kembali membawa dua bungkus tembakau kemasan 1 ons yang dikemas dalam plastik transparan yang ujungnya sudah di-press plus dua bungkus cengkeh.

Karena sudah jam sepuluh, tak lama setelah tembakau pesanan kami dibungkuskan kami pulang. Bagi Parakan, kecamatan kecil di Kabupaten Temanggung, larut memang lebih cepat datang.


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage TelusuRI.

Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

The post Melinting Tembakau Temanggung di Linthing Thoenk appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/melinting-tembakau-temanggung-di-linthing-thoenk/feed/ 0 13262