travel Archives - TelusuRI https://telusuri.id/tag/travel/ Media Perjalanan dan Pariwisata Indonesia Tue, 30 Jul 2019 11:14:10 +0000 id hourly 1 https://wordpress.org/?v=6.8.1 https://i0.wp.com/telusuri.id/wp-content/uploads/2023/06/cropped-TelusuRI-TPPSquare-1.png?fit=32%2C32&ssl=1 travel Archives - TelusuRI https://telusuri.id/tag/travel/ 32 32 135956295 Lonely Places or Lonely People? https://telusuri.id/lonely-places-lonely-people/ https://telusuri.id/lonely-places-lonely-people/#respond Sat, 19 Jan 2019 01:00:42 +0000 https://telusuri.id/?p=11427 Thirteen years ago, when I was in high school, I traveled with my best friend to the neighboring province. We lived in West Sumatra and the neighboring province was Riau. We went by minibus in...

The post Lonely Places or Lonely People? appeared first on TelusuRI.

]]>
Thirteen years ago, when I was in high school, I traveled with my best friend to the neighboring province. We lived in West Sumatra and the neighboring province was Riau. We went by minibus in the morning and hit the capital of Riau Province, Pekanbaru, around 5 pm. The construction of the colossal Kelok 9 Bridge connecting the two provinces hadn’t yet finished then.

My first impression about Pekanbaru was that the city was developing. Though downtown Pekanbaru was already quite organized the peripheral area was rather dusty. Brand new office-houses (rumah toko or ruko) were ubiquitous on the skirt of the town and many rows of them were still being built.

Six years later Pekanbaru was rather different. Quiet places became crowded. The city was bigger. Vacant plots of land were now built up. Surely there were migrations, arrivals, departures, hellos, and goodbyes. Dynamics.

Although the city was noisier than before, I—or the city—felt lonely. I wondered why. But it took me years and several border-crossings to figure it out.

persiapan fisik pendakian
Menelusuri jalan setapak via pexels.com/Tamar Wiloughby

The second time I traveled to Cambodia, I traced the same route as my previous journey. From Saigon, I boarded the morning bus to the capital city of Cambodia via Moc Bai-Bavet border. After staying in Phnom Penh for a night I went further north, by a Cambodia Post minivan, to Siem Reap.

Except for small, insignificant changes here and there, Siem Reap was still the same as the old Siem Reap I had visited before. Like the old Pekanbaru, Siem Reap was still dusty. Siem Reap river was still the longest toilet in the world. Tuk-tuks were still going back and forth on the tarmac.

My favorite food in Cambodia is mi, the noodle. Beside tasty, it is cheap, only one USD (4,000 Riels). In terms of eating, I am a simple man. If I had found a favorite place to eat, there would be no reason for me to find another. So, as my first encounter with Cambodia last year, I went to the same street food vendor three nights in a row.

But then that night I could not find the street food vendor and I ended up eating at another stall. “Well, perhaps he’s not feeling well today,” I thought. “Maybe tomorrow he’ll show up.” Well, he didn’t.

lonely place
Membelah lembah via unsplash.com/Holly Mandarich

The second night I went to Beatnik, a speakeasy bar on Pub Street, for the sake of nostalgia. I still remembered taking J, the Korean guy, to this bar last year. We talked and talked while finishing two pints of cold Angkor draft beer each. Afterward, we went to a mini market and bought a pack of fine-cut tobacco. At the hostel, I taught J to roll a joint.

“I thought you’ve gone back to Belarus,” I was surprised finding the Belarus guy who poured me cold pints of draft beer one and a half year ago was still there.

“No, I’m still here,” he said, trying to recognize me. Given that Beatnik had countless clientele, it had to be hard for him. But he did his best, “You’re from Malaysia, right?” No, the other country—Indonesia, I said.

Strangely, the fact that there was a person in the bar who still remembered me gave me the impression that there was nothing that had actually changed, and that I was still a part of the scene. An acquaintance or an old friend or an old familiar face gives an anchor to tie the mooring rope of one’s existence so that he can steer clear of the rapids of time which unroots him from the present and leaves him behind in the past with the people who aren’t really there anymore. No wonder I felt lonely the second time I stepped foot in Pekanbaru. Though my plane landed smoothly, my “imaginary boat” failed to reach the shore. The wave was too high and there was no place to anchor my existence; my old friend was nowhere to be found.

Perhaps what was written by Pico Iyer years ago in Falling off the Map: Some Lonely Places of the World (1993) was true: “When people think of Lonely Places, they tend to think of moody outcrops off the coast of Scotland, or washed-up atolls adrift in the Pacific … But Lonely Places are not just isolated places, for loneliness is the state of mind.”

The post Lonely Places or Lonely People? appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/lonely-places-lonely-people/feed/ 0 11427
Kamu Perlu Tahu 8 Startup Travel Ini https://telusuri.id/kamu-perlu-tahu-11-startup-travel-ini/ https://telusuri.id/kamu-perlu-tahu-11-startup-travel-ini/#respond Wed, 03 May 2017 10:34:46 +0000 http://telusuri.org/dev/?p=561 Kita sudah sama-sama tahu bagaimana Startup Travel seperti TripIt, Airbnb, dan Hipmunk sudah merevolusi dunia perjalanan. Namun sekarang juga sedang bermunculan startup-startup perjalanan baru yang juga akan semakin mengubah lanskap industri perjalanan. Sebelas startup travel...

The post Kamu Perlu Tahu 8 Startup Travel Ini appeared first on TelusuRI.

]]>
Kita sudah sama-sama tahu bagaimana Startup Travel seperti TripIt, Airbnb, dan Hipmunk sudah merevolusi dunia perjalanan. Namun sekarang juga sedang bermunculan startup-startup perjalanan baru yang juga akan semakin mengubah lanskap industri perjalanan. Sebelas startup travel ini akan membantumu memesan tiket pesawat, mencari kamar hotel murah, merancang “itin,” dan menghemat perjalananmu—mereka akan bikin perjalananmu lebih berkesan, tentunya dengan harga yang lebih cocok buat dompetmu.

1. Peek—Untuk Mencari dan “Booking” Aktivitas-Aktivitas Seru

Booking aktivitas seru di Peek via peek.com

Setelah mengantongi tiket murah dan dapat penginapan berharga miring, lantas apa yang akan kamu lakukan ketika sudah tiba di tujuan? Laman seperti TripAdvisor dan forum-forum lain terkadang tidak akurat dan informasinya sudah basi. Ruzwana Bashir merevolusi cara orang merencanakan perjalanan dengan meluncurkan Peek.com (lihat sendiri itinerary San Francisco versi Bashir di sini), yang bisa dikatakan sebagai separuh travel agent dan separuh tour guide. Peek memilih-milih aktivitas-aktivitas menarik, menyajikannya secara menarik dalam web, dan membuatnya gampang dipesan dari gawaimu. Peek akan memotong 15%-30% dari tiap transaksi yang dilakukan di laman itu. Kamu bisa mencari aktivitas-aktivitas seru berdasarkan banyak kategori—romantis, di bawah Rp 1 juta, petualangan, destinasi-destinasi sepi, tur, dan masih banyak lagi, atau kamu bisa membaca ulasan-ulasan dari para seleb lokal, chef, musisi, dan editor media traveling di rubrik “My Perfect Day.”

2. Zaptravel—Startup Travel Saat Kamu Bingung Mau Ngapain

Bandingkan harga di Zaptravel via zaptravel.com

Saya mau jalan-jalan seminggu ke destinasi romantis di Eropa Bulan Agustus. Mau coba wine dan menginap di hotel bintang lima. Ingin liburan akhir pekan tapi nggak mau keluar duit terlalu banyak. Itulah hal-hal yang dulu biasanya kamu bilang ke travel agent, yang dengan jeli merancang sebuah perjalanan ideal buatmu. Namun teknologi sudah mulai menggantikan agen perjalanan, dan meskipun sekarang sudah banyak aplikasi yang membantumu untuk pesan tiket pesawat dan kamar hotel, terkadang kamu masih perlu bantuan untuk menentukan ke mana kamu akan bepergian.

Zaptravel adalah agen perjalanan wisata digitalmu, yang mesin pencari canggihnya akan melakukan pencarian di semesta internet (10 juta rute perjalanan, 2.000 destinasi, 10.000 catatan perjalanan, 15.000 event, 400.000 hotel, dan 10 juta review), dan akan menyajikan harga-harga terbaik. Berhubung merencanakan perjalanan lumayan makan waktu—dan waktu adalah uang—Zaptravel membantumu untuk membandingkan harga-harga paket wisata akhir pekan, hotel, sekaligus menyuguhkan informasi berupa review, acara yang bisa kamu kunjungi, dan rute penerbangan paling cocok buatmu.

“Kami hanya menyajikan harga-harga yang menarik, “ujar pendiri Zaptravel Andrew Lacy. “Yang kami suguhkan hanyalah yang diinginkan oleh para pengguna.”

3. Adioso—Untuk Para Pejalan “Selo” yang Mendambakan Perjalanan Murah

Temukan yang termurah di Adioso via adioso.com

Adioso adalah sebuah startup travel untuk para pejalan selo dan “sadar harga” yang cuma ingin tahu deal-deal menarik yang tersedia. Kalau kamu ingin tahu, misalnya, “Jalan-Jalan ke New York dari Bangkok Bulan September untuk 11 hari,” di hasil pencariannya akan keluar beberapa itin sekaligus harga-harganya. Misalnya harganya masih terlalu tinggi, kamu bisa menyimpan hasil pencarian itu dan meminta agar dikirimkan email kalau harganya turun. Kalau kamu selo dan tidak ngotot ingin pergi ke satu destinasi tertentu, Adioso bisa membantumu untuk menemukan lokasi liburan unik namun berbiaya miring.

4. Routehappy—Untuk Mencari Penerbangan Paling Nyaman

Di Routehappy kamu bisa pilih penerbangan paling nyaman via routehappy.com

Hipmunk barangkali membantumu untuk menemukan penerbangan-penerbangan murah, jadwal yang sesuai, dan waktu transit yang tidak terlalu lama, namun ada hal-hal lain yang dicari orang dalam sebuah penerbangan—legroom (ruang untuk kaki), makanan ringan, Wi-Fi, TV, colokan, dan tempat duduk yang bisa diatur kemiringannya, yang akan berpengaruh pada kenyamananmu selama di udara. Routehappy dibuat untuk membantumu menemukan penerbangan terbaik sekaligus berkesan, dan di Routehappy setiap rute diurus oleh ahlinya. Tim startup travel ini membuat sebuah basis data lengkap—denah kursi, tipe pesawat, durasi perjalanan, dan fasilitas—seluruh penerbangan di dunia dan menggabungakan itu semua ke dalam sebuah index “happiness score.”

Ditambah lagi, Routehappy juga menyediakan kolom review akurat yang menyediakan informasi mengenai kru pesawat, makanan, tempat duduk, dan lain-lain, selain informasi tentang keamanan bandara, proses check-in, ruang tunggu, restoran, dan toko. Review-review tersebut akan membantumu menentukan cara terbaik menuju kota dari bandara, apakah sebaiknya menghabiskan uang untuk penerbangan kelas eksekutif, apakah kamu sebaiknya membeli bekal dulu sebelum ke bandara, dan bagaimana menghemat uang selama dalam pesawat.

5. Triptease—Untuk Menemukan Destinasi-Destinasi Keren

Cari destinasi-destinasi keren di Triptease via triptease.com

Apalah artinya liburanmu kalau tidak di-upload ke Instagram. Fotografi sudah jadi salah satu unsur penting dalam kehidupan sehari-hari, selain perjalanan tentunya. Itulah yang membuat Triptease menyediakan review-review perjalanan yang diperindah oleh foto-foto yang menggugah perasaan. Kita sama-sama tahu kalau manusia gampang “gumun” melihat foto-foto yang indah, dan ketika merencanakan sebuah perjalanan, melihat foto-foto orang di destinasi-destinasi menarik akan membantumu memutuskan akan kemana kamu menuju.

6. Triposo—Untuk Menemukan Hal-Hal Menarik saat Kamu “di Sana”

Triposo bagai buku panduan digital via triposo.com

Tidak perlu lagi membuka lembaran-lembaran buku panduan perjalanan Frommers dan Lonely Planet. Aplikasi Triposo di Android dan iOS menyediakan rekomendasi kegiatan dan atraksi wisata—museum, toko untuk belanja, taman, pantai, restoran, klab, dan lain-lain—berdasarkan lokasi, waktu, cuaca, dan kegemaranmu, dan membantu para pejalan untuk menikmat destinasi-destinasi dengan cara baru. Triposo penuh informasi yang up-to-date, peta, dan rekomendasi lebih dari 15.000 destinasi di 200 negara. Panduan-panduan di sini akan menyediakan informasi mengenai sejarah dan budaya destinasi yang kamu tuju, membantumu untuk mem-booking tur, merencanakan apa-apa saja yang akan kamu kunjungi, dan membantumu menemukan restoran enak. Ditambah lagi, ada pula informasi berharga tentang kurs mata uang dan bahasa.

7. Tingo—Untuk Memastikan Harga Hotel

Startup Travel

Booking hotel jadi mudah dan hemat di Tingo via tingo.com

Saat merencanakan perjalanan dan berusaha membuat itin sehemat mungkin, tak ada yang lebih menjengkelkan daripada melihat harga kamar hotel yang kamu booking seharga Rp 500 ribu turun menjadi Rp 400 ribu semalam. Tingo, yang memungkinkanmu untuk mem-booking sebagian besar hotel yang bisa kamu temukan di laman-laman travel besar (ini adalah anak perusahaan TripAdvisor), akan secara otomatis mengubah booking-an mu di harga yang lebih rendah dan me-refund jika harganya turun. Selisihnya akan dibayarkan kembali pada kartu kreditmu setelah kamu check-out, dan tak ada limit selisih yang akan di-refund. Sekitar 45% hotel direservasi secara online, menurut Tingo, dan orang Amerika seharusnya bisa berhemat 300 juta dolar jika laman ini sudah dirilis pada 2011.

8. Bag2Go—Untuk Menjaga Keamanan Barang Bawaan

Bag2Go cocok sekali bagi kamu yang pelupa via anonim

Tak ada yang lebih mengerikan daripada mendarat di bandara setelah perjalanan panjang dan menemukan bahwa tasmu hilang atau ketinggalan. Namun Airbus baru-baru ini meluncurkan startup travel “Bag2Go,” sebuah “tas pintar” yang dilengkapi dengan GPS, RFID dan koneksi 2G. Bag2Go memungkinkanmu untuk memantau keberadaan tasmu, memastikan bahwa tas tersebut sudah berada di dalam bagasi pesawat. Alat pelacaknya akan dimatikan ketika terbang, jadi kamu tak perlu khawatir melanggar aturan penerbangan.

 


Sumber: Lauren Drell, Mashable.com

The post Kamu Perlu Tahu 8 Startup Travel Ini appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/kamu-perlu-tahu-11-startup-travel-ini/feed/ 0 561