trekking sentul Archives - TelusuRI https://telusuri.id/tag/trekking-sentul/ Media Perjalanan dan Pariwisata Indonesia Thu, 22 Feb 2024 02:33:30 +0000 id hourly 1 https://wordpress.org/?v=6.8.1 https://i0.wp.com/telusuri.id/wp-content/uploads/2023/06/cropped-TelusuRI-TPPSquare-1.png?fit=32%2C32&ssl=1 trekking sentul Archives - TelusuRI https://telusuri.id/tag/trekking-sentul/ 32 32 135956295 Trekking Sentul: Perjalanan ke Curug Leuwi Asih (2) https://telusuri.id/trekking-sentul-perjalanan-ke-curug-leuwi-asih-2/ https://telusuri.id/trekking-sentul-perjalanan-ke-curug-leuwi-asih-2/#respond Thu, 22 Feb 2024 09:00:00 +0000 https://telusuri.id/?p=41210 Perjalanan dilanjutkan menuju Curug Leuwi Asih. Salah satu trek yang kami lalui ternyata juga merupakan jalur motor trail, sehingga sering kali kami harus menepi ketika ada rombongan motor trail lewat. Tiba-tiba ada celetukan terdengar di...

The post Trekking Sentul: Perjalanan ke Curug Leuwi Asih (2) appeared first on TelusuRI.

]]>
Perjalanan dilanjutkan menuju Curug Leuwi Asih. Salah satu trek yang kami lalui ternyata juga merupakan jalur motor trail, sehingga sering kali kami harus menepi ketika ada rombongan motor trail lewat.

Tiba-tiba ada celetukan terdengar di antara rombongan, “Saya mau ikut nebeng motor trail saja!”. Saking sudah lelahnya menghadapi jalur menanjak. Namun, tentunya ditanggapi dengan tawa oleh orang-orang lainnya.

Saat masih di area perbukitan terbuka langit semakin gelap. Para pemandu mulai mengeluarkan jas hujan dari tas mereka untuk dibagikan kepada peserta. Ya, salah satu benefit yang peserta dapat dari open trip ini adalah jas hujan yang disediakan oleh pemilik jasa.

Benar saja, tidak lama setelah itu air mulai turun dari langit. Jas hujan yang sudah dibagikan mulai kami pakai. Waktu itu beberapa di antara kami ragu untuk memakai jas hujan—termasuk saya—karena tetes air yang belum cukup deras. Namun, begitu makin deras akhirnya jas hujan dikenakan oleh semua peserta. Trekking pole akan menjadi semakin berguna untuk membantu menjaga keseimbangan tubuh saat menapaki jalan menanjak dan menurun.

Untungnya hujan berhenti saat kami memasuki kawasan yang didominasi kawasan perkebunan. Di area ini kami bertemu para petani singkong yang sedang memetik, mengupas, dan membawa hasil panen mereka ke dalam karung-karung. Tak jarang kami harus bergantian menggunakan jalan setapak dengan para pekerja kebun. 

Setelah melewati lahan singkong, kami menyusuri perkebunan sereh. Area ini letaknya lebih tinggi dari kebun singkong. Perpaduan antara bau tanah yang habis tersiram hujan dengan aroma yang khas dari daun sereh menciptakan suasana rileks dan menenangkan ketika melewati kawasan ini.

Rehat Sejenak di Warung Sebelum Melanjutkan Perjalanan

Saat sedang asyik berjalan sambil menikmati pemandangan dari lahan sereh, tiba-tiba terdengar suara kambing bersahutan. Ternyata kami sudah mulai memasuki wilayah permukiman penduduk. Melihat ada pendopo dan beberapa kursi kayu, rombongan memutuskan beristirahat sebelum ke Curug Leuwi Asih.

Dari sini pun sudah terdengar gemericik air. Tidak butuh berjalan jauh kami sudah menemukan aliran sungai dengan banyak batu besar. Kami makin berjalan ke arah hulu dengan menyusuri jalan setapak yang berada di samping alirannya. Tentunya jalur yang ditempuh pun lebih licin karena lebih dekat dengan aliran air. Di sepanjang jalur ini kami akan melewati gazebo di sebelah kiri dan aliran sungai di sebelah kanan.

Setelah menyeberang melalui jembatan kayu dan menyusuri puluhan anak tangga, tibalah kami di tujuan terakhir perjalanan sekitar pukul 13.00. Rombongan duduk dan berkumpul di salah satu gazebo dekat warung. Memang di lokasi ini banyak berdiri warung dengan gazebo untuk para pengunjung beristirahat. Pengunjung tinggal pilih, mau di gazebo yang terletak di pinggir aliran air atau di dekat anak tangga yang menuju air terjun Leuwi Asih.

Sebagian peserta open trip langsung menuju lokasi curug berada, sementara lainnya memilih untuk memesan makan terlebih dahulu. Saya bergabung dengan kelompok yang kedua. Teman saya yang dari awal berjalan bersama juga memiliki pilihan yang sama seperti saya.

Sebelum bermain air, rasanya saya harus mengisi tenaga terlebih dahulu, terlebih baru usai menempuh perjalanan trekking selama beberapa jam. Hanya beberapa saat saja saya perlukan untuk menghabiskan pesanan saya berupa semangkuk mi instan dengan satu telur ceplok dan irisan cabai.

Trekking Sentul: Perjalanan ke Curug Leuwi Asih (2)
Aliran air di Curug Leuwi Asih/Nita Chaerunisa

Bermain Air di Curug Leuwi Asih

Dari deretan warung, kami hanya perlu berjalan beberapa meter saja untuk sampai ke air terjun atau lokasi persis Curug Leuwi Asih. Tempat wisata ini dikelola dengan baik, terlihat dari pagar besi yang dibuat sepanjang jalan menuju curug dan jalur yang sudah disusun dengan batuan kecil di atas tanah. Tujuannya supaya pengunjung tidak mudah terpeleset saat berjalan di atasnya.

Curug Leuwi Asih bukan termasuk tipe air terjun yang mengalir tinggi dari tebing. Menurut salah satu orang yang saya temui di curug, air terjun ini berasal dari aliran sungai yang memecah bebatuan besar. Air yang turun dari curug bergabung bersama aliran sungai dari atas, lalu mengalir di antara batu-batuan. Saya juga tidak mengetahui hulu dari aliran sungai tersebut.

Tepat di dekat air terjun, terdapat dua batu besar di tengah aliran yang mengalir ke bawah. Di samping kanan dan kiri aliran juga terdapat batu besar. Banyak pengunjung yang biasa menjadikan batu-batu tersebut sebagai titik untuk melompat ke air. Bagi pengunjung yang tidak berani melompat dari ketinggian, juga bisa sekadar berfoto di sni.

Karena malas membawa pakaian basah saat pulang nanti, alhasil saya hanya asyik berfoto di antara batu-batuan saja. Lagipula saat itu Curug Leuwi Asih sedang ramai pengunjung, sehingga kami harus bergantian bermain di beberapa titik yang dianggap menarik oleh pengunjung. Namun, untuk pengunjung yang ingin bermain air, sudah tersedia banyak toilet yang letaknya cukup dekat.

Trekking Sentul: Perjalanan ke Curug Leuwi Asih (2)
Spot melompat dari atas batuan di Curug Leuwi Asih/Nita Chaerunisa

Kembali ke Lapangan Leuwi Asih

Waktu menunjukkan hampir pukul 15.00. Sudah nyaris enam jam kami trekking dan bermain air. Rombongan open trip segera bergerak pulang menuju Lapangan Leuwi Asih melewati pemukiman penduduk sejauh kurang lebih satu kilometer. Karena berada di permukiman penduduk, jalur yang dilalui tidak sulit seperti sebelumnya. Kami melewati rumah penduduk dan warung-warung milik mereka, serta kandang hewan ternak.

Saya baru mengetahui ternyata jarak antara Curug Leuwi Asih dan Lapangan Leuwi Asih tidak jauh. Mungkin bagi pencinta alam yang hanya sekadar ingin bermain air dan tidak ingin repot berjalan jauh, Curug Leuwi Asih bisa masuk daftar kunjungan. Perjalanan bisa dimulai dari Lapangan Leuwi Asih yang lokasinya juga tidak jauh dari jalan kampung. 

Setelah sampai di Lapangan Leuwi Asih, peserta open trip langsung diantar pulang kembali menuju meeting point. Jalur yang dilalui sama seperti perjalanan berangkat. Rasa lelah atas perjalanan seharian dan embusan angin sepoi-sepoi sore itu membuat beberapa peserta terlelap di atas mobil pick up yang mengantar kami. Dari titik kumpul, saya dan beberapa peserta yang menggunakan fasilitas antar jemput diantar kembali menuju Stasiun Bogor.

Pengalaman melakukan perjalanan trekking dengan menggunakan jasa usaha open trip ternyata jadi salah satu pilihan berwisata yang menarik. Selain bisa menambah teman, dengan bantuan pemandu, para pencinta alam tidak perlu takut tersesat saat memilih jalur menuju destinasi tertentu. Selain itu tentunya para pemandu juga bisa membantu mendokumentasikan perjalanan, sehingga kami tidak perlu takut kehilangan momen saat berada di jalur trekking.


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

The post Trekking Sentul: Perjalanan ke Curug Leuwi Asih (2) appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/trekking-sentul-perjalanan-ke-curug-leuwi-asih-2/feed/ 0 41210
Trekking Sentul: Perjalanan ke Gua Garunggang (1) https://telusuri.id/trekking-sentul-perjalanan-ke-gua-garunggang-1/ https://telusuri.id/trekking-sentul-perjalanan-ke-gua-garunggang-1/#respond Wed, 21 Feb 2024 09:00:00 +0000 https://telusuri.id/?p=41201 Sebagai wilayah yang dikelilingi oleh gunung dan bukit, Sentul menjadi alternatif wisata bagi banyak orang yang tinggal di wilayah sekitarnya. Salah satu aktivitas wisata yang dapat dilakukan di Sentul adalah trekking. Banyak sekali rute trekking...

The post Trekking Sentul: Perjalanan ke Gua Garunggang (1) appeared first on TelusuRI.

]]>
Sebagai wilayah yang dikelilingi oleh gunung dan bukit, Sentul menjadi alternatif wisata bagi banyak orang yang tinggal di wilayah sekitarnya. Salah satu aktivitas wisata yang dapat dilakukan di Sentul adalah trekking. Banyak sekali rute trekking di kawasan perdesaan yang berada di Kabupaten Bogor tersebut, khususnya rute untuk menuju destinasi tertentu seperti rute ke gunung, bukit, curug, gua atau tujuan wisata lainnya. 

Ternyata kondisi ini dimanfaatkan dengan baik oleh warga lokal. Banyak dari mereka yang membuka usaha open trip dengan menjadi pemandu (guide). Mereka juga menyediakan trekking pole dan beragam fasilitas lain. Open trip ini sangat membantu bagi yang belum terbiasa melakukan trekking, atau ingin trekking tetapi tidak memiliki teman, seperti saya dan satu teman saya.

Dari sekian banyak informasi open trip dengan berbagai rute trekking yang ada di media sosial, saya dan teman memilih rute Gua Garunggang—Curug Leuwi Asih. Pemilik open trip berhasil menjalankan teknik marketing-nya, karena membuat kami berdua penasaran dengan rute yang mereka sebut memiliki jalur yang santai dan tidak membosankan. Selain itu dengan fasilitas penjemputan dari Stasiun Bogor juga memudahkan kami berangkat dari Jakarta menggunakan KRL Commuter Line. Kami bersama beberapa peserta lainnya yang juga menggunakan fasilitas ini dijemput dari Stasiun Bogor menuju meeting point (titik kumpul).

Sentul Nirwana Jungleland ditunjuk sebagai tempat kumpul bagi 23 peserta open trip yang datang dari berbagai wilayah di sekitar Sentul. Dengan menaiki mobil pick up, peserta menuju lapangan Leuwi Asih yang merupakan lokasi awal trekking sekaligus tempat parkir kendaraan. Perjalanan menuju Lapangan Leuwi Asih hanya membutuhkan waktu 15 menit.Di Lapangan Leuwi Asih kami melakukan briefing, stretching exercises untuk meregangkan otot-otot, dan berdoa demi kelancaran perjalanan. Di lapangan ini juga kami melihat beberapa rombongan lain. Ada yang baru berkumpul dan ada pula yang sudah bersiap jalan lebih dahulu.

Memulai Trekking Menyusuri Sawah dan Hutan

Sekitar pukul 09.00 WIB, dengan dipandu oleh tujuh pemandu, peserta mulai menuruni jalan dari lapangan Leuwi Asih, lalu menyeberangi sungai melalui jembatan bambu menuju area persawahan. Katanya, ada banyak rute jalur yang dapat dipilih oleh para pencinta alam yang ingin melakukan trekking ke Gua Garunggang dan Curug Leuwi Asih. Baik untuk yang pergi dalam jumlah anggota kecil maupun rombongan besar seperti kami. Tinggal pilih saja mau lewat jalur yang mudah dan cepat atau yang banyak rintangan.

Perjalanan trekking waktu itu bertepatan dengan mulai masuknya musim hujan, sehingga jalur menjadi lebih becek dan licin. Matahari pun tidak berhasil menampakkan diri sepenuhnya untuk menemani perjalanan kami. Meskipun begitu, kami tetap dapat memotret lanskap alam yang memanjakan mata. Seperti pemandangan di awal perjalanan yang berupa persawahan yang indah, bukit dan aliran sungai yang penuh batu-batu besar.

Sebelum memasuki area hutan—yang merupakan trek setelah persawahan—rombongan beristirahat sejenak di dekat area camping. Beberapa orang sibuk jajan di warung yang berada di samping area camping ground Hutan Hujan Sentul. Sementara sebagian lainnya sibuk berswafoto dengan background lapangan luas dan beberapa tenda yang belum terisi orang. Sepertinya untuk camping di sini tidak perlu repot membawa tenda karena sudah disediakan oleh pengelola.

Dari sini saya merasa trekking yang sebenarnya baru dimulai. Rombongan menyusuri rimbunnya pepohonan hutan yang berdiri rapat dan menjulang tinggi, juga menapaki jalur yang semakin lembap. Suara burung pun beberapa kali terdengar saling bersahutan di antara gesekan daun yang terembus angin.

Sampai akhirnya trek berubah menjadi vegetasi yang lebih terbuka dengan pemandangan bukit-bukit dengan hiasan aneka tanaman. Tekstur jalan pun berubah menjadi lebih kering, mungkin karena akses sinar matahari lebih bisa langsung menyentuh tanah atau jenis tanahnya yang juga berbeda. Saya kurang tahu pasti penjelasan detailnya

Menikmati Batuan di Gua Garunggang

Sekitar pukul 10.35 rombongan sampai di destinasi pertama, yaitu Gua Garunggang. Destinasi wisata ini berupa kawasan luas yang terdiri dari tumpukan batuan alami bergaris-garis dengan warna gradasi yang didominasi warna cokelat. Beberapa batuan ini menjulang melebihi tinggi manusia. Di antara batuan tumbuh pohon bahkan akarnya ada yang menutupi sebagian batu. Hamparan batu-batu tersusun seperti membentuk labirin yang harus dilewati dengan jalan berliku.

Lokasi Gua Garunggang tepat berada di salah satu batu-batuan paling atas. Sembari menunggu bergantian dengan rombongan lain yang sedang masuk ke dalamnya, pemandu kami memberikan kebebasan kepada peserta untuk berkeliling gua. Beberapa orang sibuk mengabadikan momen di antara batu-batuan yang menjulang, ada pula yang hanya duduk di warung. Di sekitar kawasan ini memang terdapat warung yang menjual makanan dan minuman.

Saya pun tidak mau ketinggalan momentum. Saya mengabadikan foto di beberapa titik. Namun, saya tidak terlalu jauh berkeliling di kawasan ini, karena sibuk mengamati tekstur batu-batuan yang membuat saya kagum.

Bagaimana caranya batu-batuan ini terbentuk? Dengan warnanya yang cokelat kehitaman, apakah batu-batuan ini berasal dari tanah yang tergerus air secara terus menerus sehingga warnanya menjadi seperti itu? Lalu kemudian berubah jadi lebih pekat apakah karena faktor udara atau karena banyak akar pohon yang melingkar di batu-batuan ini? Pertanyaan-pertanyaan tersebut berputar di otak saya.

Untuk masuk ke dalam Gua Garunggang yang berada di bawah tanah, kami harus menuruni tangga sejauh kurang lebih 100 meter. Mengingat kondisi gua yang dalam dan gelap, para pemandu menyarankan bagi peserta yang memiliki riwayat penyakit khusus atau trauma tertentu diimbau untuk tidak memaksa masuk ke gua.

Untungnya saya memiliki kesempatan untuk masuk ke gua, yang ternyata hanya bisa berisi maksimal 15 orang di dalamnya. Jadi, rombongan harus dipecah menjadi dua kloter untuk masuk dengan bantuan pemandu dan tim pengelola Gua Garunggang. Sepertinya Gua Garunggang memang dikelola oleh warga setempat. Terlihat ada beberapa warga lokal yang berjaga di kawasan ini.

Meskipun jalur masuknya sempit, tetapi kondisi di dalam gua cukup luas. Kami dapat menikmati gua dengan berjalan sejauh kurang lebih 50 meter saja. Namun, tetap harus berhati-hati saat berjalan di dalam gua. Terdapat aliran air di lantai gua sehingga jalan menjadi licin.

Kondisi di dalam gelap, ditambah cuaca di luar yang sedang mendung. Bahkan pencahayaan dari senter yang dibawa oleh pemandu pun rasanya kurang mencukupi kebutuhan cahaya saat susur gua. Saya sedikit kecewa karena tidak dapat melihat dengan jelas langit-langit gua dan kelelawar yang katanya masih banyak hinggap di sana. Saya hanya melihat samar-samar saja.

Trekking Sentul: Perjalanan ke Gua Garunggang (1)
Gapura wisata Geopark Gua Garunggung/Nita Chaerunisa

Melanjutkan Perjalanan ke Destinasi Berikutnya

Setelah semua kloter bergiliran masuk gua, sekitar pukul 11.30 rombongan melanjutkan perjalanan menuju Curug Leuwi Asih. Kali ini kita menyusuri perbukitan dengan jalur yang banyak menanjak. Untungnya tingkat kemiringan jalur tidak terlalu ekstrem sehingga aman dilewati, bahkan bagi orang yang belum terbiasa trekking, seperti beberapa orang di rombongan kami.

Setelah kurang lebih 45 menit berjalan di perbukitan, kami melewati papan kayu bertuliskan “Selamat Datang di Geopark Goa Garunggang”, tetapi dari sisi belakang. Ternyata menurut keterangan pemandu, rombongan kami menggunakan rute yang berlawanan dari rute utama. Memang banyak pilihan rute jalur yang dapat dipilih.

Di antara jalur bukit yang kami lalui, lokasi ini yang memiliki pemandangan paling indah. Kami dapat melihat deretan perbukitan lainnya di seberang lokasi kami berdiri. Di bawahnya juga banyak tumbuh tanaman. Sejauh mata memandang dominasi warna hijau tumbuhan sangat menyegarkan mata. Mungkin jika hari itu cuaca lebih bersahabat, maka hamparan hijaunya tumbuhan-tumbuhan itu akan lebih jelas terlihat tanpa kabut yang menutupi.

Rasanya ingin berlama-lama di sini, karena udaranya juga sangat mendukung untuk berdiam diri. Namun, kami harus tetap melanjutkan perjalanan menuju destinasi berikutnya.

(Bersambung)


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

The post Trekking Sentul: Perjalanan ke Gua Garunggang (1) appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/trekking-sentul-perjalanan-ke-gua-garunggang-1/feed/ 0 41201