wisata alam Archives - TelusuRI https://telusuri.id/tag/wisata-alam/ Media Perjalanan dan Pariwisata Indonesia Thu, 04 Apr 2024 04:59:43 +0000 id hourly 1 https://wordpress.org/?v=6.8.1 https://i0.wp.com/telusuri.id/wp-content/uploads/2023/06/cropped-TelusuRI-TPPSquare-1.png?fit=32%2C32&ssl=1 wisata alam Archives - TelusuRI https://telusuri.id/tag/wisata-alam/ 32 32 135956295 Kala Telunjuk Raung Bermain Kata-Kata https://telusuri.id/kala-telunjuk-raung-bermain-kata-kata/ https://telusuri.id/kala-telunjuk-raung-bermain-kata-kata/#respond Thu, 04 Apr 2024 09:00:00 +0000 https://telusuri.id/?p=41600 Nasihat sering kali tidak sampai ke hati lantaran sebuah situasi dan kondisi yang tidak tepat. Pada beberapa kasus, nasihat justru lebih mudah diterima ketika disampaikan dalam keadaan yang menyenangkan. Misalnya saja, nasihat yang disampaikan oleh...

The post Kala Telunjuk Raung Bermain Kata-Kata appeared first on TelusuRI.

]]>
Nasihat sering kali tidak sampai ke hati lantaran sebuah situasi dan kondisi yang tidak tepat. Pada beberapa kasus, nasihat justru lebih mudah diterima ketika disampaikan dalam keadaan yang menyenangkan. Misalnya saja, nasihat yang disampaikan oleh tempat wisata yang disenangi.

Tentu saja ini akan sedikit membingungkan. Bagaimana bisa tempat wisata memberikan sebuah wejangan atau nasihat? Bukankah tempat wisata adalah tempat mencari kesenangan dan hiburan? 

Kebingungan para pembaca akan terobati saat menyempatkan waktu luangnya mengunjungi wisata air terjun Telunjuk Raung. Air terjun ini terletak di Desa Sumberarum, Kecamatan Songgon, Kabupaten Banyuwangi. Dari pusat kota Banyuwangi kira-kira berjarak 40 kilometer atau 1,5 jam dengan kendaraan bermotor.

Kala Telunjuk Raung Bermain Kata-Kata
Derasnya aliran air terjun Telunjuk Raung/Akhmad Idris

Oase di Pegunungan

Sebagaimana namanya, air terjun ini masih berada di wilayah lereng Gunung Raung, Banyuwangi. Sementara penggunaan nama “telunjuk” disebabkan oleh wujud aliran air terjun yang menyerupai bentuk salah satu ruas jari tangan manusia.

Tidak ada biaya tiket masuk khusus untuk menikmati salah satu destinasi wisata alam terpopuler di Bumi Blambangan tersebut. Pengunjung hanya perlu membayar tarif parkir Rp10.000 untuk mobil atau Rp5.000 untuk motor. Dari tempat parkir, selanjutnya hanya perlu berjalan kaki sejauh kurang lebih 600 meter untuk tiba di air terjun berdebit deras itu.

Bertualang ke air terjun Telunjuk Raung seakan menjadi oase atas hiruk piruk maupun kepenatan hidup di perkotaan. Di air terjun ini, terdapat hamparan hijau kawasan hutan khas pegunungan yang menyejukkan pikiran. Jernihnya air yang bergemuruh di atas kolam berbuih putih kebiruan juga menyegarkan tubuh.

Karena berada di wilayah pegunungan, tentu saja berada di sini bakal jauh dari kebisingan. Suasana hati akan menjadi lebih baik saat mendengarkan gemericik air hingga cuitan burung-burung yang hidup di sekitarnya.

Lalu, bagaimana cara Telunjuk Raung memberikan nasihat?

Quotes Unik sekaligus Mendidik di Telunjuk Raung

Quotes memiliki arti “kutipan”. Dewasa ini, lebih-lebih di era digitalisasi, quotes menjadi lebih populer karena digunakan sebagai bahan unggahan di media-media sosial dengan pelbagai fungsi. Mulai dari memberikan nasihat, ungkapan rasa—baik itu cinta, kasih, tersakiti, maupun sejenisnya—hingga untuk memberikan sindiran. Nasihat menjadi lebih teduh ketika disampaikan dengan kalimat yang baik dan estetis, apalagi dengan penggunaan template atau format yang juga menarik.

Sindiran menjadi lebih berkelas ketika diolah sedemikian rupa maupun dengan diksi yang berirama. Setidaknya menyindir tidak lagi hanya mencakup sisi emosi, tetapi juga menuntut olah kreasi. Sederhananya, media sosial akan bermanfaat di tangan orang-orang yang tepat. Saya menganalogikan, palu dapat menghasilkan pundi-pundi rupiah di tangan ahli bangunan, sekaligus bisa menjadi alat pengantar untuk mendekam di jeruji besi bagi seorang pembunuh.

Di air terjun Telunjuk Raung, terdapat banyak quotes unik yang terkesan unik, tetapi sebenarnya mendidik. Satu di antaranya adalah quotes tentang kritik ekologis, yaitu seruan peduli terhadap lingkungan alam yang disampaikan dengan menggelitik. Contohnya seperti ini: “Jika Anda tidak mampu membuang sampah di tempatnya, maka telanlah makanan anda beserta bungkusnya.

Kalimat itu sejatinya merupakan nasihat kepada para pengunjung agar membuang sampah—biasanya berupa bungkus-bungkus makanan—di tempat sampah yang telah disediakan. Tempat alami yang masih bersih dan asri ini sudah seyogianya dijaga dari noda-noda sampah yang dapat merusak keberlanjutannya sebagai daya tarik wisata.

  • Kala Telunjuk Raung Bermain Kata-Kata
  • Kala Telunjuk Raung Bermain Kata-Kata

Di sisi lain, imbauan tersebut sejatinya merupakan buntut dari kebiasaan buruk sebagian masyarakat Indonesia. Tidak sedikit yang “gemar” merusuhi tanah airnya sendiri dengan membuang sampah sembarangan. Sampah-sampah berserakan di pelbagai tempat wisata, tak terkecuali destinasi-destinasi berkelas dunia.

Saya menemukan lagi quotes lainnya yang bertemakan wawasan ekologis. Kalimat nasihat itu berbunyi: “Belajarlah dari alam karena alam bisa memberikan pelajaran dan keindahan tak ternilai.

Lewat kutipan tersebut, Telunjuk Raung ingin menegaskan kembali ungkapan Raden Mas Soewardi Soerjaningrat alias Ki Hajar Dewantara. Pendiri perguruan Taman Siswa itu menyatakan bahwa setiap tempat adalah sekolah.

Jika arti hakiki sekolah adalah tempat menerima dan memberi pelajaran, maka alam juga layak disebut sebagai sekolah. Manusia dapat banyak belajar dari alam lewat ketenangan, keindahan, dan kebersihannya. Manusia bisa belajar bahwa setiap hal yang tenang selalu jauh dari keramaian, setiap hal yang indah selalu dijaga sejak lama, dan setiap hal yang bersih diperoleh dari masyarakat yang peduli. Pada akhirnya, lewat kata-katalah manusia diharapkan mulai lebih peka terhadap lingkungan sekitarnya.

Kala Telunjuk Raung Bermain Kata-Kata
Siapa di antara kalian yang punya kenangan pahit dengan sang mantan/Akhmad Idris

Tak hanya nasihat peduli lingkungan, di air terjun ini juga terdapat quotes menggelitik lainnya tentang asmara. Misalnya yang tertulis pada salah satu papan kayu “Tempat menenggelamkan kenangan”.

Sungguh saya sampai tertawa terbahak-bahak setelah membaca kalimat tersebut. Makna yang tersirat agaknya tentang mengikhlaskan kenangan-kenangan menyakitkan; yang biasanya bersumber dari barisan para mantan kekasih. Semua kenangan menyesakkan itu, secara harfiah dianjurkan untuk dibuang di sebuah sungai kecil, yang mengalir di depan papan kayu yang melekat pada gubuk sederhana beratap terpal.

Begitulah sisi unik dan menarik di kawasan air terjun Telunjuk Raung. Pengunjung bisa berwisata sekaligus bermain kata-kata, bahkan mengimajinasikan quotes-nya sendiri sesuai suasana hati.


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

The post Kala Telunjuk Raung Bermain Kata-Kata appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/kala-telunjuk-raung-bermain-kata-kata/feed/ 0 41600
Wisata Kuliner dan Pantai di Pacitan dalam Sehari https://telusuri.id/wisata-kuliner-dan-pantai-di-pacitan-dalam-sehari/ https://telusuri.id/wisata-kuliner-dan-pantai-di-pacitan-dalam-sehari/#respond Mon, 18 Mar 2024 09:00:00 +0000 https://telusuri.id/?p=41410 Tak pernah tebersit oleh saya untuk berlibur ke Pacitan sebelumnya. Namun, ternyata Pacitan memiliki destinasi wisata alam yang mengesankan dan kuliner yang memanjakan lidah. Salah satu dari 38 kabupaten di Provinsi Jawa Timur itu berada...

The post Wisata Kuliner dan Pantai di Pacitan dalam Sehari appeared first on TelusuRI.

]]>
Tak pernah tebersit oleh saya untuk berlibur ke Pacitan sebelumnya. Namun, ternyata Pacitan memiliki destinasi wisata alam yang mengesankan dan kuliner yang memanjakan lidah. Salah satu dari 38 kabupaten di Provinsi Jawa Timur itu berada di pesisir selatan dan dekat sekali dengan laut. 

Jelang liburan akhir tahun lalu teman saya iseng mengajak untuk jalan-jalan ke Pacitan. Sebuah ide yang sangat menarik. Karena penasaran, kami sepakat untuk berkunjung ke daerah berjuluk “Kota 1001 Gua” tersebut.

Akses menuju Pacitan memang terbilang cukup terbatas. Belum ada bandara komersial dan stasiun kereta di sana. 

Jika menggunakan pesawat dari Jakarta, setidaknya kita harus turun di Bandara Adi Soemarmo Solo. Dari bandara, melanjutkan perjalanan melalui Terminal Tirtonadi menggunakan bus Aneka Jaya ke Pacitan. Durasi perjalanannya mencapai kurang lebih 3—4 jam. Sedikit tips dari saya, lebih baik menyewa satu unit mobil dari Solo, agar bisa digunakan juga saat jalan-jalan di Pacitan. Saya bersama enam teman lainnya memutuskan untuk sewa kendaraan jenis minivan (Toyota Hiace) dengan sopir. 

Perjalanan dari Solo menuju Pacitan juga memberikan pengalaman tersendiri. Belum ada jalanan tol nan mulus untuk sampai ke Pacitan, sehingga kita harus melalui jalur naik turun dan berkelok. Bagi yang mabuk perjalanan darat, disarankan membawa perbekalan obat-obatan pribadi. 

Kuliner Bahari ala Bu Gandos

Setibanya di batas kota, kami langsung menuju salah satu tempat makan seafood terbaik di Pacitan. Namanya Warung Makan Bu Gandos, terkenal dengan sajian lobsternya yang berukuran besar. Lokasinya tidak terlalu jauh dari pusat kota Pacitan. Bukan sebuah restoran mewah dengan tempat duduk yang tertata, melainkan hanya tempat makan sederhana di pinggir tambak air payau yang berbatasan dengan laut.

Kami memesan lobster, ikan bakar, udang goreng, kangkung, dan terong balado. Saat disajikan, tampilannya seperti makanan biasa di resto-resto seafood Jakarta. Tidak terlalu memberikan ekspektasi tinggi. Namun, saat dimakan rasanya sangat segar. Ikan bakarnya lembut, udang gorengnya juga sangat garing. Tentu saja yang menjadi primadona dalam sajian adalah lobster. Lobster besar ini memiliki daging yang banyak dan empuk dengan rasa yang manis.

Wisata Kuliner dan Pantai di Pacitan dalam Sehari
Menu makan siang pesanan kami di Warung Makan Bu Gandos Pacitan/Ayu Henidar Mulyara

Terik matahari siang itu cukup menyengat, tetapi udaranya masih sejuk. Sangat menyenangkan bisa menyantap makanan lezat dengan pemandangan yang memanjakan mata ke arah Teluk Pacitan.

Usai dari Bu Gandos kami menuju penginapan untuk menaruh barang-barang. Tidak ada banyak pilihan hotel atau resor mewah di Pacitan. Bahkan hotel empat tingkat yang kami tempati tidak memiliki lift. Untungnya kami dapat di lantai dua dan tiga, sehingga tidak terlalu berat mengangkat tas bawaan. Jarak dari warung Bu Gandos ke penginapan hanya sekitar empat kilometer dengan waktu tempuh kurang dari 10 menit. 

Menikmati Sore di Pantai Watu Karung

Menjelang sore kami memutuskan keluar dari hotel dan pergi ke pantai terdekat. Karena destinasi paling utama di Pacitan adalah pantai, rasanya tidak lengkap jika tidak mengunjunginya. Pantai-pantai di Pacitan juga terkenal dengan ombaknya yang baik untuk surfing. Makanya, tidak jarang kami bertemu dengan bule-bule di sini.

Dari sekian banyak pantai di Pacitan, kami sepakat untuk ke Pantai Watu Karung. Dari hotel ke Pantai Watu Karung berjarak 24 kilometer dengan waktu tempuh sekitar 40 menit.  Akses masuk ke pantai ini tidak sulit, karena cukup dekat dengan jalan raya.

Kami berjalan masuk ke pantai ini tanpa ekspektasi berlebih. Apalagi kami tidak melakukan riset mendalam sebelumnya. Saat kami datang, waktu telah beranjak sore menjelang matahari terbenam.

Ternyata, kami mendapatkan suguhan pemandangan yang menakjubkan. Kami duduk-duduk sambil melihat matahari mulai tenggelam di balik cakrawala, mendengarkan suara deburan ombak yang menerjang pantai. Tidak banyak orang, sehingga suasana begitu tenang.

Di area wisata Pantai Watu Karung, tersedia juga warung-warung milik warga lokal yang berjualan makanan dan minuman. Kami memilih makan mi instan sambil menikmati panorama gulungan ombak Samudra Hindia. 

Kuliner Malam di Pacitan

Matahari sudah tidak terlihat. Hari mulai gelap. Kami lekas meninggalkan kawasan pantai untuk melanjutkan perjalanan mencari makan malam. Ada dua tempat kuliner yang menurut saya wajib didatangi kalau ke Pacitan.

Pertama, ayam goreng rempah Mekar Jaya. Letaknya di kota, dari Watu Karung berjarak 24 kilometer dengan waktu tempuh kurang dari 45 menit. 

Menu andalan Mekar Jaya itu terlihat seperti ayam goreng pada umumnya. Namun, rasa dari bumbu rempah yang diungkep membuatnya jadi lebih nikmat. Konsep dapurnya yang terbuka membuat pengunjung bisa melihat proses memasaknya. Ayam yang sudah diungkep, dicelupkan dalam penggorengan dengan minyak panas. Hasilnya ayam matang sempurna. Garing di luar, empuk di dalam. 

  • Wisata Kuliner dan Pantai di Pacitan dalam Sehari
  • Wisata Kuliner dan Pantai di Pacitan dalam Sehari

Destinasi kuliner selanjutnya yang tidak kalah menarik di Pacitan adalah Sego Gobyos. Warungnya sederhana, berada di pinggir jalan. Tepatnya di perempatan Tugu Penceng, pertemuan jalur dari arah Ponorogo dan Solo. Tidak jauh dari Alun-alun Pacitan. Warung Sego Gobyos buka sejak pukul empat sore hingga empat pagi. 

Sego Gobyos pada dasarnya adalah nasi plus sayur daun kenikir, serta tambahan lauk yang bisa dipilih, mulai dari tahu, tempe bacem, opor ayam, hingga kerupuk. Makanan ini terkenal dengan rasanya yang super pedas, makanya dinamakan Gobyos. Saat makan memang benar-benar sampai mandi keringat (gobyos) saking pedasnya. 

Usai sudah perjalanan kami berwisata kuliner dan pantai di Pacitan hari itu. Berlibur ke Pacitan ternyata menjadi keputusan terbaik. Meskipun sempat meragukan awalnya, tetapi tak disangka Pacitan menyimpan potensi kuliner lokal dan destinasi alam yang luar biasa.


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

The post Wisata Kuliner dan Pantai di Pacitan dalam Sehari appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/wisata-kuliner-dan-pantai-di-pacitan-dalam-sehari/feed/ 0 41410
Melihat Dampak Baik COVID-19 bagi Wisata Alam https://telusuri.id/melihat-dampak-baik-covid-19-bagi-wisata-alam/ https://telusuri.id/melihat-dampak-baik-covid-19-bagi-wisata-alam/#respond Sat, 16 May 2020 15:35:19 +0000 https://telusuri.id/?p=21662 “Pantai memanggilmu. Santailah dulu sejenak kawanku. Tinggalkanlah semua masalahmu. Bisik pasir debu dan ombak, temani semesta membiru.” Lirik lagu di atas adalah lagu RAN, original soundtrack dari film Kulari ke Pantai, sebuah film anak-anak yang...

The post Melihat Dampak Baik COVID-19 bagi Wisata Alam appeared first on TelusuRI.

]]>
“Pantai memanggilmu. Santailah dulu sejenak kawanku. Tinggalkanlah semua masalahmu. Bisik pasir debu dan ombak, temani semesta membiru.”

Lirik lagu di atas adalah lagu RAN, original soundtrack dari film Kulari ke Pantai, sebuah film anak-anak yang bercerita tentang petualangan tiga orang ke tempat-tempat wisata. Pantai menjadi tempat wisata yang di-highlight dalam cerita ini.

Namun bukan hanya film itu saja yang mengangkat tempat-tempat wisata alam. Telah banyak film—dan juga lagu—bertema liburan dan mengekspos keindahan alam. Banyaknya seniman dan filmmaker yang menyuguhkan tempat-tempat wisata mengindikasikan bahwa lokasi wisata alam khususnya pantai dan pegunungan sering dipilih sebagai tempat liburan.

Kesegaran udara dan keindahan alam menjadi alasan umum bagi para wisatawan untuk lebih memilih datang ke sana ketimbang ke tempat wisata buatan. Indonesia juga menempatkan wisata alamnya sebagai destinasi unggulan. Sebut saja pantai di Bali, Raja Ampat di Papua, Bunaken di Sulawesi, dan masih banyak lagi. Setiap harinya entah berapa ratus ribu wisatawan yang pergi berlibur. Angka tersebut menandakan bahwa minat berwisata masyarakat sangat tinggi.

Tetapi, pandemi COVID-19 telah melumpuhkan banyak sektor di dunia, utamanya wisata. Terhitung sejak awal 2020, beberapa negara yang terdampak corona mulai membatasi wisatawan untuk datang. Tidak dapat dipungkiri bahwa pergerakan manusia di dunia menyebabkan virus ini dapat cepat menyebar. Ditemukan pada Desember 2019 di Wuhan, hingga saat tulisan ini dibuat, dikutip dari Covid19.who.int, kasus infeksi virus ini telah mencapai 3.862.676. Dalam laman web yang sama, virus ini sudah tiba di 215 negara, dengan kasus kematian mencapai 265.961 jiwa.

Banyaknya kasus yang telah teridentifikasi, membuat beberapa negara menerapkan kebijakan kuncitara (lockdown) dan pembatasan untuk datang ke tempat ramai. Imbas dari kebijakan ini adalah sektor pariwisata di dunia menjadi lumpuh. Keadaan tersebut juga dialami oleh Indonesia. Beberapa destinasi wisata terpaksa tutup dan harus merumahkan para pekerja. Hotel dan fasilitas pendukung wisata juga terdampak oleh keadaan ini. Orang-orang mulai memutar otak untuk bertahan hidup, karena tidak lagi mendapat penghasilan. Pemerintah juga terus memikirkan kebijakan lain agar masyarakat tetap hidup dalam kecukupan meskipun sedang terimbas wabah.

Melihat sisi baik wabah terhadap lokasi wisata alam

Barangkali, secara perekonomian, wabah ini memang membawa berita buruk bagi dunia pariwisata. Namun, jika dilihat lebih dalam, lokasi wisata alam justru mendapat keuntungan.

Saat keadaan normal, manusia berbondong-bondong ke tempat-tempat wisata alam seperti pantai, gunung, bukit, air terjun, sungai, dan lainnya. Setiap wisatawan yang datang menyebabkan perubahan ekologis di sekitar tempat wisata. Salah satunya berkaitan dengan sampah. Merujuk kepada data dari Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru tahun 2015, sampah yang ditemukan pada wilayah Gunung Bromo dan Semeru … 1,5 ton per hari (Hamzah, 2015). Belum lagi perusakan alam dengan mengambil atau menginjak tanaman juga sering terjadi. Kebijakan untuk tetap tinggal di rumah setidaknya membuat alam bernapas sejenak. Tanpa wisatawan, lokasi-lokasi wisata alam dapat memperbaiki ekosistemnya secara mandiri.

Turis/pendaki asing dan lokal di Danau Segara Anak, Gunung Rinjani, Lombok, Nusa Tenggara barat (NTB), Oktober 2016 via TEMPO/Aditia Noviansyah

Barangkali argumen dalam tulisan ini bagi sebagian orang akan dianggap sebagai keegoisan. Dalam keadaan yang seperti ini, sangat beralasan jika fokus kita cenderung berada pada nasib pekerja wisata dan kerentanan yang mereka hadapi. Tetapi, bagai dua sisi mata uang, kelesuan pariwisata ini dapat menjadi peluang bagi alam untuk melakukan penyembuhan dari kegiatan eksploitasi. Liputan6.com beberapa waktu lalu mengabarkan bahwa beberapa pantai di Phuket, Thailand, yang sepi oleh pengunjung kembali dipadati oleh berbagai hewan laut, di antaranya adalah bintang laut, penyu, lumba-lumba, dan kepiting (Amani, 2020). Kehadiran satwa laut ini menunjukkan bahwa lingkungan sedang mengalami perbaikan dan regenerasi.

Momen ini juga menghadirkan kesempatan untuk memperbaiki beberapa kebijakan pembangunan, terutama dalam sektor wisata. Banyak sekali pekerjaan rumah sektor wisata yang perlu dikerjakan, di antaranya menyangkut wisata alam dan upaya konservasi. Kita perlu merefleksikan bahwa alam yang kita sebut sebagai objek wisata perlu beristirahat dari eksploitasi yang berlebihan. Adanya manajemen terhadap perilaku dan pembatasan wisatawan dapat menjadi solusi. Buckley (2011) melihat kolaborasi antara pemerintah dan stakeholder untuk merancang kebijakan wisata ramah lingkungan dapat berhasil. Tentu dengan mempertimbangkan pula biaya perawatan untuk membantu melindungi alam dan tempat wisata.

Wisata dan perubahan alam adalah dua hal yang tidak akan pernah berpisah. Ketika wisata ada dan merusak alam, kerusakan tersebut juga akan merusak wisata (Holden, 2008).

Jadi kita perlu benar-benar berpikir untuk merawat lokasi wisata berbasis alam ini dengan lebih hati-hati lagi, sebab alam adalah komponen kehidupan yang penting, yang juga menyediakan tempat tinggal bagi manusia serta menyuplai makanan. Melalui kebijakan yang diperbaiki, diharapkan ketika pariwisata kembali berjalan normal tidak ada lagi kerusakan lingkungan dan eksploitasi secara besar-besaran. Program pembangunan wisata juga harus dipastikan mendukung kelestarian alam. Sebab, sebenarnya, jika kita memperlakukan alam sama seperti manusia, alam akan menjadi sahabat bagi kita. Ketika dulu, sebelum wabah, kita sering memperlakukan alam secara tidak baik, bukankah sudah sepantasnya alam kini bergembira?

Wisata bukan aktivitas yang salah dan dilarang. Setiap manusia berhak berwisata untuk kembali menyegarkan pikiran. Namun, sebagai “orang asing” yang datang ke sebuah tempat baru, kita perlu menghormati tempat itu serta makhluk yang hidup di sana. Bagai seorang kekasih, alam perlu dicintai dan disayangi.

Semoga setelah pandemi COVID-19 alam dan manusia dapat berbahagia dan bergembira bersama. Bukan seperti orang-orang yang hura-hura menyambut tahun baru, namun seperti dua sahabat lama yang sedang melepas rindu.


Referensi

Amani, N. K. (2020, April 22). Pantai Thailand Tutup Akibat Pandemi Corona, Penyu di 11 Sarang Siap Menetas. Dipetik Mei 10, 2020, dari liputan6.com: https://www.liputan6.com/global/read/4233751/pantai-thailand-tutup-akibat-pandemi-corona-penyu-di-11-sarang-siap-menetas

Buckley, R. (2011). Tourism and Environment. Annual Review Environment Resource, 397-416.

Hamzah, M. N. (2015, Mei 18). Wisatawan Membludak, Sampah di Semeru Capai 1,5 Ton. Dipetik Mei 15, 2020, dari Malang Times: https://www.malangtimes.com/baca/1351/19700101/070000/wisatawan-membludak-sampah-di-semeru-capai-15-ton

Holden, A. (2008). Enviroment and Tourism. New York: Routledge.

WHO. (2020, Mei 10). WHO Corona Disease (Covid-19) Dashboard. Dipetik Mei 10, 2020, dari World Health Organization: https://covid19.who.int/


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.

Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

The post Melihat Dampak Baik COVID-19 bagi Wisata Alam appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/melihat-dampak-baik-covid-19-bagi-wisata-alam/feed/ 0 21662