wisata kuliner Archives - TelusuRI https://telusuri.id/tag/wisata-kuliner/ Media Perjalanan dan Pariwisata Indonesia Thu, 16 Jan 2025 07:08:58 +0000 id hourly 1 https://wordpress.org/?v=6.8.1 https://i0.wp.com/telusuri.id/wp-content/uploads/2023/06/cropped-TelusuRI-TPPSquare-1.png?fit=32%2C32&ssl=1 wisata kuliner Archives - TelusuRI https://telusuri.id/tag/wisata-kuliner/ 32 32 135956295 Pasar Kanoman di Hati Wisatawan https://telusuri.id/pasar-kanoman-di-hati-wisatawan/ https://telusuri.id/pasar-kanoman-di-hati-wisatawan/#respond Tue, 31 Dec 2024 09:00:00 +0000 https://telusuri.id/?p=44929 Percakapan dalam Bahasa Mandarin terdengar dari satu meja di warung empal gentong. Saya penasaran dan menoleh. Terlihat tiga wanita muda berkulit putih sedang menikmati semangkuk kuah merah bersantan dengan irisan daging. Penampilan mereka kasual, mengenakan...

The post Pasar Kanoman di Hati Wisatawan appeared first on TelusuRI.

]]>
Percakapan dalam Bahasa Mandarin terdengar dari satu meja di warung empal gentong. Saya penasaran dan menoleh. Terlihat tiga wanita muda berkulit putih sedang menikmati semangkuk kuah merah bersantan dengan irisan daging.

Penampilan mereka kasual, mengenakan pakaian tanpa lengan. Rambut lurus tergerai, di antaranya ada yang dicat merah. Saya mudah menebak, jika ketiganya turis asing asal Tiongkok.

Hari Minggu (1/12/2024), saya mengantar istri membeli bahan membuat kue. Kenapa ke Pasar Kanoman? Sebab, sekalian mengajak kedua balita putri jalan-jalan melihat ikan hias yang dijajakan. Sejak lama, pasar yang satu area dengan Keraton Kanoman ini dikenal sebagai pusat jual beli ikan hias di wilayah Cirebon.

Pasar Kanoman di Hati Wisatawan
Gerbang utama Pasar Kanoman/Mochamad Rona Anggie

Dari tempat tinggal kami di kawasan Perumnas Rajawali, Pasar Kanoman mudah diakses menggunakan kendaraan roda dua melewati Jalan Pangeran Drajat dan Kutagara. Melintasi pasar Jagasatru, terus menuju Keraton Kasepuhan hingga ke arah Alun-alun Sangkala Buana. Lanjut memotong Jalan Pulasaren, sampailah di kawasan Pasar Kanoman. 

Keraton Kasepuhan ada di sisi selatan, sedangkan Keraton Kanoman di utara. Keduanya memiliki jejak historis yang panjang dalam pengembangan Islam di tanah Jawa. Jika Keraton Kasepuhan kesohor dengan aktivitas pasar malam Muludan setahun sekali, Keraton Kanoman memiliki pasar tradisional sehari-hari yang menawarkan ragam kebutuhan masyarakat.

Kuliner lokal Cirebon, semisal empal gentong, tahu gejrot, dan docang juga mudah ditemui. Termasuk oleh-oleh khas kerupuk melarat, kerupuk kulit sapi, dan buah mangga gedong gincu, kerap menjadi incaran wisatawan yang berkunjung ke Pasar Kanoman.

Toko khusus oleh-oleh berderet di Jalan Kanoman arah Jalan Pasuketan. Sementara pedagang kaki lima berderet sepanjang trotoar. Berbagi tempat dengan pedagang durian, perkakas rumah tangga, dan perlengkapan akuarium.

Pasar Kanoman di Hati Wisatawan
Lokasi pasar satu area dengan Keraton Kanoman/Mochamad Rona Anggie

Mangga Gedong Gincu Banyak Peminat

Pagi itu cenderung teduh. Padahal, biasanya pukul 09.00 sinar matahari di langit Cirebon sudah terasa panas. Beberapa hari belakangan memang turun hujan. Namun, intensitasnya masih sedang. Ya, bersyukur saja tidak kegerahan. Baju tak basah keringat, enak dipakai aktivitas luar rumah.

Saya kemudian berbincang dengan seorang pedagang mangga gedong gincu yang tampak semringah. Namanya Madawir (39). Dia mengiyakan, jika hari Minggu lonjakan pengunjung di Pasar Kanoman lazim terjadi. “Pembeli otomatis bertambah,” kata lelaki asli Setu Patok, Kabupaten Cirebon.

Jika hari biasa, lanjut Madawir, mangga gedong gincu di lapaknya terjual sekitar 50–60 kilogram. Memasuki Sabtu dan Minggu meningkat hingga 100 kilogram. Harga per kilogram sekarang Rp30 ribu. “Penjualan meningkat karena kedatangan wisatawan luar kota,” ucap pedagang yang telah berjualan di Pasar Kanoman sejak 2000.

Dia tak menampik turis asing kerap terlihat di Pasar Kanoman. Mangga gedong gincu menjadi salah satu oleh-oleh “wajib” yang banyak peminat. “Wisatawan dari Bandung, Jakarta, dan luar negeri, suka sekali gedong gincu. Rasa yang manis dan wangi jadi keunggulan buah ini,” tuturnya. 

Bisnis Madawir memiliki nama Usaha Dagang (UD) Gedong Gincu Ateng. Ia mengungkapkan, puncak penjualan mangga gedong gincu adalah Oktober–November. Daerah penghasil gedong gincu terbanyak adalah Indramayu. Jika stok di sana menipis, kiriman datang dari Gemulung (Sindang Laut) dan Majalengka. “Nanti momen Tahun Baru, permintaan meningkat lagi,” ujar lelaki yang memilih berhenti sekolah di usia 13 tahun, mengikuti kakaknya berjualan gedong gincu.

Pasar Kanoman di Hati Wisatawan
Gedong gincu menjadi incaran wisatawan domestik dan asing/Mochamad Rona Anggie

Turis Asing Jajal Docang

Omzet berlipat ketika Minggu tiba dirasakan pula pedagang docang, Bu Neng (50). Menurutnya, hari libur membuat wisatawan luar kota antusias datang ke Pasar Kanoman. Mereka membawa anggota keluarga berlibur ke Cirebon. Menikmati kuliner lokal menjadi agenda wajib yang mesti ditunaikan. “Saya jualan sejak 1995. Hari biasa habis 20 porsi. Kalau Minggu bisa 50 porsi,” kata warga Plered itu, yang kini ditemani anak perempuannya, Putri (21), untuk melayani pembeli.

Putri menambahkan, selain wisatawan domestik, secara berkala pelancong mancanegara juga suka mampir ke warung docangnya. Tak terkecuali turis Asia, yang terlihat hilir mudik di kawasan Kanoman. Banyak yang mencoba kuliner lokal, terutama empal gentong, tahu gejrot, dan docang. “Dari Cina ada. Kalau yang bule biasa bareng famili orang Indonesia,” bebernya seraya menyebut sehari-hari mulai berjualan pukul 07.00 sampai 15.00 WIB.

Suguhan docang adalah semangkuk lontong dengan rebusan taoge, daun singkong, dan parutan kelapa. Lalu disiram kuah panas bercampur dage atau oncom. Warna kuahnya bening—kadang agak memerah—dan tanpa santan. Topping-nya kerupuk putih khas (bukan kerupuk yang biasa kita temui) sehingga cenderung keras jika dimakan langsung. Di sini kuah docang berperan melembutkannya. Bu Neng menjual seporsi docang Rp16 ribu. Rasanya lezat. Maknyus!

Pengunjung bisa menikmati tahu gejrot dan empal gentong di pedestrian pasar/Mochamad Rona Anggie

Belum ke Cirebon, kalau Belum ke Kanoman

Salah seorang pengunjung luar daerah adalah Sumaryati (60). Warga Cijerah, Kota Bandung itu sering mampir ke Pasar Kanoman jika sedang mengunjungi saudara di Cirebon. “Rasanya tak afdal [kalau] main ke Cirebon, [tapi] enggak ke Kanoman,” kata nenek lima cucu yang biasa datang bersama keluarga besar. 

Di Pasar Kanoman, Sumaryati menghabiskan waktu untuk berburu oleh-oleh dan memuaskan lidah, menikmati aneka kuliner khas Cirebon. Ia mengaku melupakan sejenak saran dokter terkait makanan pantangan. “Makanannya enak-enak, sih. Ada empal gentong pakai babat, usus, ampela. Tambah lagi kerupuk kulit, wah, enggak bisa nahan,” tuturnya lantas tertawa.

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Dispbudpar) Kota Cirebon, Agus Sukmanjaya, mengaku mendengar informasi kehadiran wisatawan mancanegara ke Pasar Kanoman. Kabar tersebut didapat dari penggiat komunitas sadar wisata yang tinggal di kawasan Pecinan, satu area dengan pasar Kanoman.

“Mereka memberitahu, akhir pekan turis Asia kerap terlihat kulineran di Kanoman,” katanya kepada penulis, belum lama ini.

Kemunculan mereka, sambung Agus, berkat aksesibilitas menuju Cirebon yang semakin mudah. Baik dari Jakarta atau Bandung. Dari Jakarta hanya perlu 2,5 jam naik kereta eksekutif, atau bermobil via tol Cikampek–Palimanan (Cipali). Sementara dari Bandung hanya 1,5 jam lewat tol Cirebon–Sumedang–Dawuan (Cisumdawu).

“Wisatawan dari Stasiun Kejaksan juga mudah mau ke Kanoman. Sepuluh menit lewat Jalan Siliwangi, Karanggetas, dan Winaon,” terangnya.

  • Pasar Kanoman di Hati Wisatawan
  • Pasar Kanoman di Hati Wisatawan

Bagi turis domestik dan mancanegara, sejak lama Cirebon dikenal memiliki banyak peninggalan bersejarah. Ini menjadi daya tarik tersendiri. Tambah lagi, Cirebon sebagai daerah pinggir pantai yang memiliki beberapa pintu pelabuhan, berperan penting dalam akulturasi budaya Tionghoa, India, dan Arab.

“Orang luar (negeri), menaruh perhatian pada percampuran budaya demikian. Unik menurut mereka. Jadi penguat untuk datang ke Cirebon,” ujarnya.

Agus menyebutkan, tahun 2025 Pemkot Cirebon akan menata kawasan Pecinan, Winaon, dan Lemahwungkuk yang mengitari pasar Kanoman. Menyatu sebagai titik wisata kuliner, oleh-oleh khas, kerajinan lokal, serta seni budaya. Pihaknya sudah studi banding ke Surabaya, belajar mengombinasikan satu kawasan menjadi destinasi wisata budaya unggulan. 

Secara geografis, Surabaya dan Cirebon sama-sama kota pelabuhan. Banyak pendatang dengan latar suku dan budaya berbeda, kemudian berpadu dengan khazanah tradisi setempat. “Harapannya mendongkrak tingkat kunjungan wisatawan ke Cirebon,” kata Agus.

Pasar Kanoman di Hati Wisatawan
Kepadatan di Pasar Kanoman, sampai tempat parkir nyaris penuh/Mochamad Rona Anggie

Dukungan Komunitas Walking Tour

Fenomena komunitas walking tour (jalan-jalan dalam kota) yang diinisiasi kawula muda, ungkap Agus, juga memberi efek positif pengenalan suatu tempat wisata kepada khalayak luas. “Karena aktivitas walking tour ini dibarengi membuat konten untuk media sosial. Cepat viral,” tuturnya.

Generasi kekinian yang belum tahu sebuah tempat wisata, jadi ingin tahu dan ikut jalan bareng akhir pekan. Nah, generasi tuanya jadi kilas balik, diingatkan kembali ada tempat wisata ini dan itu. Akhirnya mereka coba tapak tilas bersama keluarga atau rekan seangkatan.

“Tentu saja ini meningkatkan kunjungan ke sebuah tempat wisata,” ujar Agus senang.


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

The post Pasar Kanoman di Hati Wisatawan appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/pasar-kanoman-di-hati-wisatawan/feed/ 0 44929
Resto Sambat Luwe, Nikmatnya Bersantap di Tepi Sawah https://telusuri.id/resto-sambat-luwe-nikmatnya-bersantap-di-tepi-sawah/ https://telusuri.id/resto-sambat-luwe-nikmatnya-bersantap-di-tepi-sawah/#respond Thu, 27 Jun 2024 09:00:00 +0000 https://telusuri.id/?p=42243 Mengusung slogan Culinary, Heritage & Agriculture, restoran Sambat Luwe hadir menawarkan alternatif wisata kuliner yang komplet dan menarik di kota Malang. Cocok untuk bersantai bersama keluarga maupun teman-teman di akhir pekan. Resto yang berlokasi di...

The post Resto Sambat Luwe, Nikmatnya Bersantap di Tepi Sawah appeared first on TelusuRI.

]]>
Mengusung slogan Culinary, Heritage & Agriculture, restoran Sambat Luwe hadir menawarkan alternatif wisata kuliner yang komplet dan menarik di kota Malang. Cocok untuk bersantai bersama keluarga maupun teman-teman di akhir pekan.

Resto yang berlokasi di kawasan Jalan Mayjen Sungkono, Kedungkandang, Kota Malang ini baru buka bulan April 2022 lalu. Namun, animo pengunjung tidak surut hingga sekarang. Apalagi saat akhir pekan, Sambat Luwe penuh dengan rombongan keluarga yang datang. 

Pengelola restoran ini adalah Prasetya Indra Wiratama, seorang pengusaha yang sudah lama berkecimpung di dunia kuliner. Sebelumnya, dia sukses membuka pujasera modern untuk keluarga di wilayah pusat kota Malang. 

“Sambat Luwe” dalam bahasa Jawa berarti mengeluh lapar. Ketika kesal mencari anaknya yang tidak kunjung pulang, para orang tua zaman dahulu sering mengucapkan kalimat “engko lak moleh-moleh dewe lek sambat luwe (nanti juga pulang-pulang sendiri, jika mengeluh lapar”.. Nah, resto yang dibangun di atas lahan seluas satu hektare ini merupakan persinggahan tepat ketika sambat luwe.

  • Resto Sambat Luwe, Nikmatnya Bersantap di Tepi Sawah
  • Resto Sambat Luwe, Nikmatnya Bersantap di Tepi Sawah

Resto Bernuansa Retro

Berada di restoran ini, pengunjung seakan diajak pulang kampung. Desain bangunannya ala rumah Jawa kuno milik seorang demang. Halamannya luas, di depannya terdapat kolam ikan. Sebuah bajaj terparkir di depan pintu menambah nuansa retro kian terasa. Bajaj berwarna biru itu ternyata bukan hanya pajangan untuk swafoto, melainkan bisa dikendarai juga. Pengunjung bisa merasakan asyiknya berkeliling di area resto naik bajaj.

Memasuki resto, ornamen kayu begitu mendominasi. Beragam perabotan antik yang berada di area kasir menarik perhatian, membawa angan ke masa lalu. Di kasir, pengunjung bisa memilih dan memesan menu terlebih dahulu, sebelum memutuskan ingin duduk di sebelah mana.

Jangan khawatir tidak kebagian tempat, karena di sini merupakan resto dengan konsep terbuka. Terdapat beberapa saung dan pendopo yang bisa dituju. Pengunjung bebas memilih tempat untuk menikmati santap lezat sambil menyaksikan bentangan sawah dan kebun tebu. 

Pemandangan asri nan hijau disertai angin sepoi-sepoi menambah nikmatnya makan bersama. Sambat Luwe Malang memang sangat cocok untuk dijadikan sebagai tempat bercengkerama dengan keluarga, sahabat, maupun pasangan.

Resto ini juga kerap menjadi lokasi pilihan untuk menggelar acara atau kegiatan besar. Seperti pernikahan, arisan, pertemuan kantor, dan lain sebagainya. Selain tempatnya luas dan mendukung, makanan yang disajikan pun sesuai dengan suasana dan kebutuhan beragam acara. Menggelar acara outdoor dengan pemandangan alam yang menyejukkan tentunya akan menghadirkan pengalaman yang berkesan dan akan terus terkenang. 

Wisata Kuliner sekaligus Edukasi Keluarga

Tidak sekadar menawarkan tongkrongan dan kuliner yang menyenangkan, Sambat Luwe juga cocok sebagai sarana edukasi. Di sini pengunjung bisa membawa anak-anak untuk belajar dan mengenal aktivitas agraris, seperti menanam padi di sawah, berkebun sayur di green house, dan memberi makan ikan di kolam.

Masih di area restoran, pengunjung dapat melihat peternakan domba dan marmot. Anak-anak bisa memberi makan dua satwa yang lucu itu di kandang. Tentunya ini akan menjadi kegiatan edukatif yang seru dan menyenangkan bagi mereka. 

Selain itu tersedia juga tempat bermain anak-anak, seperti ayunan yang membuat betah. Bagi penggemar fotografi, Sambat Luwe menyediakan lanskap dan sudut yang menarik untuk dipotret. Apalagi saat senja luruh, pemandangan semakin memukau dengan semburat warna yang dipancarkan sang surya sebelum kembali ke peraduan. 

  • Resto Sambat Luwe, Nikmatnya Bersantap di Tepi Sawah
  • Resto Sambat Luwe, Nikmatnya Bersantap di Tepi Sawah

Aneka Hidangan Penggugah Selera

Sesuai dengan konsep bangunannya, menu di Sambat Luwe didominasi hidangan tradisional Jawa. Harganya cukup variatif dan terjangkau, mulai dari harga Rp11.000 hingga Rp106.000. Menu andalannya antara lain djangan pedes tahu tempe cecek Rp23.000, lodeh tewel Rp20.000, nasi ayam goreng kremes Rp42.000, gurami bakar Rp82.000, dan gurame goreng Rp79.000. Sedangkan minuman tradisionalnya ada teh serai hangat Rp13.000 dan wedang jahe Rp11.000. 

Selain menu tradisional, tersedia juga masakan oriental, seperti fuyunghai, capcai, nasi goreng mandarin, bakmi, dan sebagainya. Tidak hanya makanan berat, Sambat Luwe menyajikan aneka jajanan macam limpang-limpung (varian pisang goreng), tempe menjes, tempe kacang, bakwan, dadar jagung, dan kentang goreng; yang cocok dijadikan sebagai camilan penutup.

Tentunya masih banyak lagi menu makanan dan minuman yang bisa kalian nikmati di Sambat Luwe. Terbaru, ada varian paket bebakaran dengan menu tradisional. Cukup membayar Rp45.000, kamu bisa menikmati keseruan nge-grill di tepi sawah. Isian grill-nya cukup variatif, yaitu ayam, bakso, cecek, jamur, dan lalapan. DItambah pelengkap berupa sambal matah, sambal kecap, sambal bawang, kremesan, dan serundeng lengkuas yang menambah nikmat. 

Agar tidak lama penasaran, coba langsung saja berkunjung ke restorannya. Sambat Luwe buka setiap hari. Pada Senin–Jumat buka mulai dari pukul 10.00 sampai dengan pukul 20.00 WIB, sedangkan Sabtu dan Minggu buka lebih awal, yaitu pukul 09.00.


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

The post Resto Sambat Luwe, Nikmatnya Bersantap di Tepi Sawah appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/resto-sambat-luwe-nikmatnya-bersantap-di-tepi-sawah/feed/ 0 42243
Menyantap Tiram Bakar Khas Barru https://telusuri.id/menyantap-tiram-bakar-khas-barru/ https://telusuri.id/menyantap-tiram-bakar-khas-barru/#respond Mon, 28 Nov 2022 09:00:00 +0000 https://telusuri.id/?p=36275 Kabupaten Barru merupakan salah satu daerah pesisir yang berada di Sulawesi Selatan. Selain terkenal sebagai daerah penghasil ikan bandeng, juga terkenal sebagai penghasil tiram atau kerang laut yang menjadi kuliner khas. Kepopuleran makanan ini berhasil...

The post Menyantap Tiram Bakar Khas Barru appeared first on TelusuRI.

]]>
Kabupaten Barru merupakan salah satu daerah pesisir yang berada di Sulawesi Selatan. Selain terkenal sebagai daerah penghasil ikan bandeng, juga terkenal sebagai penghasil tiram atau kerang laut yang menjadi kuliner khas. Kepopuleran makanan ini berhasil mengundang orang-orang dari luar daerah maupun orang setempat datang berkunjung untuk sekadar mencicipinya.

  • Pembersihan tiram
  • Membakar Tiram

Di sini, masyarakat lokal menyebut olahan tiram dengan nama tireng atau tiram yang diolah dengan cara dibakar. Menariknya, untuk mencicipinya, kita tak perlu datang ke restoran atau warung. Pengunjung bisa menemukan para penjaja tireng di bawah rumah panggung mereka. Tak hanya satu atau dua, tapi ada puluhan penjaja tireng sehingga sebagai pengunjung, kita bebas memilih mau makan di mana. Tiram-tiram ini mereka dapatkan di muara Sungai Lajari. Biasanya, ketika laut sedang surut, ibu-ibu menyusuri sungai sampai ke tepi laut untuk mencari kerang.

Lokasinya berada di Desa Lajari, Kecamatan Barru. Berjarak sekitar 1,6 km dari Kota Kabupaten Barru yang bisa ditempuh sekitar 10 menit naik motor dan mobil. Sedangkan dari kota Makassar berjarak 99 km dengan jarak tempuh sekitar dua jam perjalanan. 

Selain dapat dinikmati secara beramai-ramai, tiram bakar ini relatif murah. Harga satu baskom hanya Rp25.000 lengkap dengan sambal jeruk yang berkuah. Pengunjung juga dapat memesan nasi seharga Rp10.000 per satu bakul. Menyantapnya bersama nasi, membuat tireng makin terasa lezat.

Jika membayar Rp10.000 lagi, maka pengunjung akan mendapatkan sambal andalan warga lokal yaitu recca pau atau sambal mangga yang memiliki cita rasa kecut, manis, dan pedas. Rasanya hampir sama dengan acar, bedanya terletak pada mangga yang digunakan sehingga rasa kecutnya alami tanpa cuka. Memesan tiga baskom tiram bakar sudah bisa dinikmati hingga 8-10 orang. 

Proses pembakaran tireng menggunakan daun kelapa kering, di atas tungku, dengan durasi waktu sekitar 10 menit sampai cangkang kerang terlihat gosong.

Pengunjung dapat menikmati tiram bakar di gazebo yang ada di depan rumah panggung mereka. Penyajiannya juga cukup unik yang mana tiram bakar dihambur kemudian para pengunjung mengelilinginya. Namun untuk sampai pada tahap memakannya perlu usaha dan tenaga terlebih dahulu. Namanya juga kerang, pasti memiliki cangkang. Penjual menyediakan batu dan besi sebagai alat pukul untuk membuka kerang sebelum menyantapnya.

Proses ini menjadi keasyikan tersendiri saat menikmati tiram bakar di kampung tersebut, yang mana kita akan mendengar dentingan pengunjung memukul kerang yang akan masuk ke perut.

Jadi ada tahapan memakan tiram bakar. Pertama, pengunjung terlebih dahulu memukul dan mengumpulkan isi kerang dalam piring, saat dirasa sudah cukup barulah disajikan dengan nasi dan sambalnya. Yang paling mahir memukul, maka ialah yang akan menikmati tiram bakar lebih banyak.

Perjuangan untuk menikmati makanan ini cukup melelahkan namun semua terbayar saat merasakan kenikmatannya. Lidah orang Bugis yang gemar makanan pedas juga menjadi satu cita rasa khusus saat menyantap makanan ini. Sensasi asam pedas selalu berhasil membuat liur menetes dan rasa itu menjadi godaan terberat saat proses membuka cangkang kerang. Membutuhkan cukup kesabaran sebelum memakannya dengan puas. 

  • Tiram Bakar
  • Sambal jeruk dan recca pao
  • Hidangan tiram bakar

Saya merekomendasikan kuliner ini untuk para penikmat seafood. Aroma tiram yang khas karena dibakar dengan daun kelapa kering ditambah sambal khas warga lokal sangat memuaskan lidah. Tekstur tiramnya kenyal, meski cangkangnya gosong, namun tidak membuat isinya hangus. Rasa tiramnya hampir sama dengan jenis olahan kerang lainnya namun karena tiram ini dibakar sehingga terdapat aroma tersendiri. Wajar saja setiap harinya tempat itu tidak pernah kosong pengunjung. 

Saat hari libur biasanya sangat ramai sehingga pengunjung sering antri untuk mendapatkan giliran. Agar tidak menunggu terlalu lama, pengunjung bisa memesan tiram bakar sebelum berangkat ke lokasi, supaya saat sampai di sana bisa langsung memakannya. Tempat ini buka mulai pagi sampai sore hari. 

Pengunjung jarang ada yang datang sendiri, kalau bukan bersama keluarga, ya bersama teman. Tireng memang lebih seru jika disantap secara beramai-ramai karena akan melihat berbagai ekspresi saat memukul membuka kerang sehingga gelak tawa kerap kali terdengar.

Kehadiran tireng berhasil menambah penghasilan warga setempat sehingga menjadi UMKM produktif yang bergerak di bidang kuliner. Penghasilan para suami sebagai nelayan terbantu oleh penghasilan para istri yang menjual tiram bakar di rumah mereka sehingga ekonomi keluarga lebih stabil.

Rasanya sayang jika kita berkunjung ke Barru tapi tidak menikmati satu makanan khas ini. Jika kamu tertarik ke sana, bisa datang ke samping Sungai Lajari dekat pantai. Di depan rumah warga, berjajar penjual tiram bakar. Suasana makan makin seru kala menyantapnya sambil menikmati pemandangan tambak yang menghampar luas di depan rumah para penjual.

Waktu senja akan terlihat jelas di tempat itu, sekaligus menjadi ajang mengabadikan momen di penghabisan hari.


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan TikTok kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

The post Menyantap Tiram Bakar Khas Barru appeared first on TelusuRI.

]]>
https://telusuri.id/menyantap-tiram-bakar-khas-barru/feed/ 0 36275